Senin, 15 September 2008

BUNDA MARIA dalam Injil Perjanjian Baru


Mat 1:16 Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Mat 1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
Mat 1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
Mat 1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
Mat 2:11 Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Mat 13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
Mat 27:56 Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.
Mat 27:61 Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu.
Mat 28:1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.


Markus Indonesia Katolik -Terjemahan Baru
Mrk 6:3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Mrk 15:40 Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome.
Mrk 15:47 Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.
Mrk 16:1 Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.
Mrk 16:9 Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.


Lukas Indonesia Katolik -Terjemahan Baru
Luk 1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Luk 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
Luk 1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
Luk 1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
Luk 1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
Luk 1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Luk 1:39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
Luk 1:41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
Luk 1:46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,
Luk 1:56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Luk 2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.
Luk 2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,
Luk 2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.
Luk 2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.
Luk 2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
Luk 8:2 dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,

Luk 10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
Luk 10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Luk 24:10 Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul.


Yohanes Indonesia Katolik -Terjemahan Baru
Yoh 11:1 Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta.
Yoh 11:2 Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.
Yoh 11:19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
Yoh 11:20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.
Yoh 11:28 Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau."
Yoh 11:29 Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.
Yoh 11:31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.
Yoh 11:32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."
Yoh 11:33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:
Yoh 11:45 Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
Yoh 12:3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Yoh 19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Yoh 20:1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
Yoh 20:11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu,
Yoh 20:13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan."
Yoh 20:15 Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya."
Yoh 20:16 Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru.
Yoh 20:18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.


Kisah Para Rasul Indonesia Katolik -Terjemahan Baru
Kis 1:14 Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.
Kis 12:12 Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.


Roma Indonesia Katolik -Terjemahan Baru
Rm 16:6 Salam kepada Maria, yang telah bekerja keras untuk kamu.

Devosi Tujuh Duka Perawan Maria

Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria

persetujuan resmi Paus Pius VII tahun 1815

PENDAHULUAN

TUJUH RAHMAT

MANFAAT

MADAH STABAT MATER DOLOROSA

DOA-DOA

DOA KEPADA SP MARIA BERDUKACITA

MEDITASI TUJUH DUKA SP MARIA oleh St Alfonsus Maria de Liguori

PERINGATAN SP MARIA BERDUKACITA


PENDAHULUAN


Tujuan dari Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria adalah mendorong persatuan dengan sengsara Kristus melalui persatuan dengan sengsara istimewa yang ditanggung Santa Perawan sebab ia adalah Bunda Allah. Dengan mempersatukan diri dengan, baik Sengsara Kristus dan Dukacita BundaNya yang Tersuci, kita masuk ke dalam Hati Yesus dan menghormatinya dengan terlebih lagi; Yesus dihormati dengan terlebih lagi sebab kita begitu menghormati BundaNya.

Tujuh Dukacita Santa Perawan Maria diambil dari peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Kitab Suci. Devosi ini memiliki sejarah yang panjang, meskipun tidak secara resmi disebarluaskan Gereja hingga awal abad kesembilanbelas. Sebelum persetujuan resmi Paus Pius VII, Ordo Servite mendapatkan ijin pada tahun 1668 untuk merayakan Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita; Ordo Servite banyak berupaya dalam mempopulerkan Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria.

Pada Abad Pertengahan, Teologi Katolik memusatkan diri terutama pada Sengsara Kristus; namun demikian, di samping Manusia Sengsara, umat beriman senantiasa juga merenungkan dukacita Ratu Para Martir. Devosi kepada Kristus yang Tersalib dan kepada Santa Perawan Maria Berdukacita berkembang seiring. Di Kalvari, dalam satu pengertian, terdapat dua altar besar, yang satu adalah Tubuh Yesus, dan yang lain adalah Hati Maria yang Tak Bernoda. Kristus mempersembahkan Tubuh-Nya; Bunda Maria mempersembahkan hatinya, jiwanya sendiri. Setiap tanggal 15 September, sehari sesudah Pesta Salib Suci, Gereja mengenangkan belas kasih Santa Perawan Maria dalam Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita; namun tepat juga dalam tahun liturgi, teristimewa dalam Masa Prapaskah, kita menghormati Dukacita Santa Perawan Maria.

Maria tidak diceritakan dalam kisah-kisah Injil mengenai Transfigurasi ataupun masuknya Yesus dengan jaya ke Yerusalem, tetapi ia diceritakan ada di Kalvari. Maria memahami benar apa Kehendak Allah dan ia setia serta taat, bekerjasama dengan Putranya sebagai Co-redemptrix. Ia telah mempersiapkan kurban bagi persembahan dan sekarang ia mempersembahkan-Nya di altar Kalvari.

Injil Yohanes 19:25 mengatakan, “Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.” Atas amanat wasiat Kristus dari atas salib, Bunda Maria dimaklumkan sebagai Bunda seluruh umat manusia.

Maria mempunyai tiga kekasih dalam Hatinya yang Tak Bernoda: Tuhan, Putranya, dan jiwa-jiwa. Ia begitu mengasihi dunia hingga ia menyerahkan Putra tunggalnya. Seperti dikatakan St Bernardus, “Pedang tidak akan sampai kepada Yesus apabila ia tidak terlebih dahulu menembusi hati Maria.” Maria mencintai jiwa-jiwa; dan di Kalvari, setelah menanggung sengsara yang begitu keji, ia memperoleh ganjaran menjadi bunda segenap umat manusia.

Maria adalah Rasul, sebab ia adalah Co-redemptrix: Lihatlah Maria di Kalvari, ia berduka dan berdoa; ia berdiri, bagaikan seorang yang mempersembahkan kurban.

St Ambrosius mengatakan, “Aku membaca bahwa ia berdiri, tetapi aku tidak membaca bahwa ia menangis.” Ketika Maria menyerahkan Putra tunggalnya bagi kita, ia menyerahkan semuanya bagi kita. Sebab itu, dengan tepat dapat dikatakan: “Lihatlah hati ini yang begitu mengasihi segenap umat manusia hingga tak menyisakan sedikitpun bagi mereka.”

TUJUH RAHMAT DARI DEVOSI INI


1. Aku akan menganugerahkan damai dalam keluarga mereka.

2. Mereka akan mendapatkan pencerahan mengenai misteri-misteri ilahi.

3. Aku akan menghibur mereka dalam kesesakan dan aku akan menyertai mereka dalam karya mereka.

4. Aku akan memberikan apapun yang mereka minta sepanjang tidak bertentangan dengan kehendak Putra ilahiku atau menodai kekudusan jiwa-jiwa mereka.

5. Aku akan membela mereka dalam pertempuran rohani melawan musuh neraka, dan aku akan melindungi mereka di setiap saat hidup mereka.

6. Aku akan memberikan pertolongan yang kelihatan di saat ajal mereka; mereka akan memandang wajah Bunda mereka.

7. Aku memperolehkan rahmat ini dari Putra Ilahiku, bahwa mereka yang menyebarluaskan devosi kepada airmata dan dukacitaku, akan direnggut langsung dari kehidupan duniawi ini ke kebahagiaan surgawi yang abadi, sebab segala dosa mereka telah diampuni, dan Putraku serta aku akan menjadi penghiburan dan sukacita abadi mereka.

MANFAAT DEVOSI KEPADA BUNDA DUKACITA

1. Menyadari nilai suatu jiwa, yang begitu tak ternilai hingga dibayar dengan Kurban Agung di Kalvari.

2. Giat berkarya bagi jiwa-jiwa, melalui pewartaan, menunaikan kewajiban hidup, dan berdoa bagi orang-orang berdosa.

3. Berdoa senantiasa, hidup dalam persatuan dengan Tuhan; siapa pun yang memiliki hati serupa dengan Hati Yesus dan Hati Maria, akan bekerja demi keselamatan jiwa-jiwa.

Apabila kita berdosa, kita membuat Santa Perawan berduka, sebab dia adalah sungguh Bunda kita, Bunda rohani kita, dan ia merawat kita seperti merawat Bayinya, lebih dari dua ribu tahun yang lalu.

Adalah kehendak Yesus bahwa kita merenungkan Sengsara-Nya, berdevosi kepada-Nya dan memperbaharui duka kita atas dosa. Adalah kehendak-Nya juga, seperti yang diterangkan dengan jelas oleh Gereja, bahwa kita merenungkan belas kasih Maria dalam Sengsara-Nya.

Misa Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita memasukkan madah tradisional, Stabat Mater, yang menurut tradisi syair-syairnya dimasukkan ke dalam 14 Perhentian Jalan Salib. St Bonaventura dianggap sebagai pencipta madah ini. Kami menyajikannya di bawah ini secara keseluruhan baik dalam bahasa Latin maupun terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia. Di akhir renungan Tujuh Duka, akan kita dapati dua doa kepada Santa Perawan Maria Berdukacita: satu oleh St Bonaventura dan yang lainnya oleh St. Alfonsus Maria de Liguori.

STABAT MATER DOLOROSA


LATIN

Stabat mater dolorosa
iuxta crucem lacrimosa
dum pendebat filius

cuius animam gementem
contristantem et dolentem
pertransivit gladius

quam tristis et afflicta fuit
illa benedicta mater unigenti
quae maerebat et dolebat et tremebat
dum videbat
nati poenas incliti

Quis est homo qui no fleret
matrem Christi si videret
in tanto supplicio
Quis non posset contristari
piam matrem contemplari
dolentem cum filio

Pro peccatis suae gentis
vidit Iesum in tormentis
et flagellis subditum
vidit suum dulcem natum
morientem desolatum
dum emisit spiritum

Eia mater fons amoris

Me sentire vim doloris
fac ut tecum lugeam
Fac ut ardeat cor meum
in amando Christum Deum
ut sibi complaceam

Sancta mater istud agas
crucifixi fige plagas
cordi meo valide
tui nati vulnerati
tam dignati pro me pati
poenas mecum divide
Fac me vere tecum flere
crucifixo condolere
donec ego vixero
iuxta crucem tecum stare
meque tibi sociare
in planctu desidero

Virgo virginium praeclara
mihi iam non sis amara
fac me tecum plangere
fac ut portem Christi mortem
passionis fac consortem
et plagas recolere
Fac me plagis vulnerari
cruce had inebriari
et cruore filii

per te Virgo sim defensus
inflamatus et accensum
in die iudicii

Fac me cruce custodiri
morte Christi praemuniri
confoveri gratia

Quando corpus morietur
fac ut animae donetur
paradisi gloria
INDONESIA

Dekat Salib,
berdiri Bunda yang berduka berurai airmata,
dekat dengan Yesus, akhirnya.

Walau sukacita jiwa telah sirna,
didera derita, dirundung duka,
masih pula sebilah pedang menembusinya.

Oh betapa pilu dan pedih.
Adakah itu Bunda yang terberkati,
dari seorang Putra yang tunggal!
Wahai ratapan bisu yang tak kunjung henti,
wahai mata pudar, yang tak pernah lagi bersinar
dari Putra menawan yang penuh sengsara!

Bunda Kristus yang terkasih memandang,
dalam sengsaranya yang sungguh dahsyat,
Siapakah yang lahir dari seorang perempuan yang tidak akan menangis?
Bunda Kristus yang terkasih merenungkan,
piala sengsara yang harus direguknya,
adakah yang tak hendak berbagi sengsara dengannya?

Oleh sebab dosa-dosa bangsa-Nya sendiri,
ia melihat-Nya tergantung dalam kehinaan
hingga Ia menyerahkan RohNya;
dihancur-binasakan, dinistakan, dikutuk, dihujat;
ia memandang Putranya yang lemah lembut,
sekujur tubuh-Nya terkoyak payah berlumuran darah akibat penderaan.

Wahai, engkau Bunda sumber belas kasih.

Sentuhlah rohku dari atas sana,
jadikan hatiku serupa hatimu.
Buatlah aku merasa seperti engkau merasa;
buatlah jiwaku bernyala-nyala dan lebur
dalam kasih Kristus, Tuhan-ku.

Bunda Tersuci, tembusilah hatiku.
Dalam hatiku, biarlah setiap luka memulihkan Juruselamat-ku yang tersalib.
Perkenankanlah aku berbagi bersamamu sengsara-Nya;
Ia, yang dihukum mati demi dosa-dosaku,
Ia, yang wafat disiksa demi aku.
Perkenankanlah airmataku berbaur dengan airmatamu,
meratapi Dia yang meratapi aku,
setiap hari sepanjang masa hidupku.
Dekat salib aku tinggal bersamamu,
di sana menangis dan berdoa bersamamu,
hanya itu yang kuminta daripadamu.

Perawan dari segala perawan yang terberkati,
sudi dengarkanlah permohonanku yang sangat;
perkenankanlah aku turut serta dalam dukacita ilahimu.
Perkenankanlah aku hingga akhir hayatku,
dalam tubuhku menanggung wafat
Putramu yang meregang nyawa.
Luka dengan segenap bilur-bilur-Nya,
benamkanlah jiwaku hingga larut sepenuhnya
dalam Darah-Nya.

Dekatlah aku, ya Santa Perawan,
kalau-kalau aku terbakar dan mati dalam kobaran api
pada murka hari penghakiman-Nya.

Kristus, sebab itu, apabila Engkau memanggilku kelak,
BundaMu adalah perlindunganku,
Salib-Mu adalah kemenanganku.

Walau tubuhku lebur dalam debu,
kiranya jiwaku boleh memuliakan kebajikan-Mu;
aman bersama-Mu di surga.



sumber : “The Seven Dolors”; Catholic Tradition; www.catholictradition.org

Maria Berdukacita 13 September

Santa Perawan Maria Berdukacita

oleh: P. William P. Saunders

Pada bulan 13 September kita memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Dapatkah dijelaskan makna dan asal-mula peringatan ini?
~ seorang pembaca di Fairfax

Gelar “Bunda Dukacita” diberikan kepada Bunda Maria dengan menitikberatkan pada sengsara dan dukacitanya yang luar biasa selama sengsara dan wafat Kristus. Menurut tradisi, sengsara Bunda Maria ini tidak terbatas hanya pada peristiwa-peristiwa sengsara dan wafat Kristus; melainkan meliputi “tujuh dukacita” Maria, seperti yang dinubuatkan Nabi Simeon yang memaklumkannya kepada Maria, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan - dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri -, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Lukas 2:34-35). Tujuh Dukacita Bunda Maria meliputi Nubuat Simeon, Pengungsian Keluarga Kudus ke Mesir; Kanak-kanak Yesus Hilang dan Diketemukan di Bait Allah; Bunda Maria Berjumpa dengan Yesus dalam Perjalanan-Nya ke Kalvari; Bunda Maria berdiri di kaki Salib ketika Yesus Disalibkan; Bunda Maria Memangku Jenasah Yesus setelah Ia Diturunkan dari Salib; dan kemudian Yesus Dimakamkan. Secara keseluruhan, nubuat Simeon bahwa sebilah pedang akan menembus hati Bunda Maria digenapi dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, Bunda Maria terkadang dilukiskan dengan hatinya terbuka dengan tujuh pedang menembusinya. Dan yang terpenting ialah bahwa setiap dukacita diterima Bunda Maria dengan gagah berani, dengan penuh kasih, dan dengan penuh kepercayaan, seperti digemakan dalam Fiat-nya, “jadilah padaku menurut perkataan Tuhan,” yang diucapkannya pertama kali dalam peristiwa Kabar Sukacita.

Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita mulai populer pada abad keduabelas, meskipun dalam berbagai gelar yang berbeda. Beberapa tulisan didapati berasal dari abad kesebelas, teristimewa di kalangan para biarawan Benediktin. Pada abad keempatbelas dan kelimabelas, peringatan dan devosi ini telah tersebar luas di kalangan Gereja.

Yang menarik, pada tahun 1482, peringatan ini secara resmi dimasukkan dalam Misale Romawi dengan gelar “Santa Perawan Maria Bunda Berbelas Kasihan,” (Our Lady of Compassion) dengan menekankan besarnya cinta kasih Bunda Maria yang diperlihatkannya dalam sengsara bersama Putranya. Kata `compassion' berasal dari kata Latin `cum' dan `patior' yang artinya “menderita bersama”. Dukacita Bunda Maria melampaui dukacita siapa pun oleh sebab ia adalah Bunda Yesus, yang bukan hanya Putranya, melainkan juga Tuhan dan Juruselamatnya; Bunda Maria sungguh menderita bersama Putranya. Pada tahun 1727, Paus Benediktus XIII memasukkan Peringatan Santa Perawan Maria Bunda Berbelas Kasihan dalam Penanggalan Romawi, yang jatuh pada hari Jumat sebelum Hari Minggu Palma. Peringatan ini kemudian ditiadakan dengan revisi penanggalan yang diterbitkan dalam Misale Romawi tahun 1969.

Pada tahun 1668, peringatan guna menghormati Tujuh Dukacita Maria ditetapkan pada hari Minggu setelah tanggal 14 September, yaitu Pesta Salib Suci. Peringatan ini kemudian disisipkan dalam penanggalan Romawi pada tahun 1814, dan Paus Pius X menetapkan tanggal yang permanen, yaitu tanggal 15 September sebagai Peringatan Tujuh Duka Santa Perawan Maria (yang sekarang disederhanakan menjadi Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita). Penekanan utamanya di sini adalah Bunda Maria yang berdiri dengan setia di kaki salib di mana Putranya meregang nyawa; seperti dicatat dalam Injil St. Yohanes, “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: `Ibu, inilah, anakmu!' Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: `Inilah ibumu!'” (Yohanes 19:26-27). Konsili Vatikan Kedua dalam Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja menulis, “…ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya. Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Putranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya.” (#58).

St. Bernardus (wafat tahun 1153) menulis, “Sungguh, ya Bunda Maria, sebilah pedang telah menembus hatimu…. Ia wafat secara jasmani oleh karena kasih yang jauh lebih besar daripada yang dapat dipahami manusia. Bunda-Nya wafat secara rohani oleh karena kasih seperti yang tak dapat dibandingkan selain dengan kasih-Nya.” (De duodecim praerogatativs BVM).

Dengan menekankan belas kasihan Bunda Maria, Bapa Suci kita, Paus Yohanes Paulus II, mengingatkan umat beriman, “Bunda Maria yang Tersuci senantiasa menjadi penghibur yang penuh kasih bagi mereka yang mengalami berbagai penderitaan, baik fisik maupun moral, yang menyengsarakan serta menyiksa umat manusia. Ia memahami segala sengsara dan derita kita, sebab ia sendiri juga menderita, dari Betlehem hingga Kalvari. 'Dan jiwa mereka pula akan ditembusi sebilah pedang.' Bunda Maria adalah Bunda Rohani kita, dan seorang ibunda senantiasa memahami anak-anaknya serta menghibur dalam penderitaan mereka. Dengan demikian, Bunda Maria mengemban suatu misi istimewa untuk mencintai kita, misi yang diterimanya dari Yesus yang tergantung di Salib, untuk mencintai kita selalu dan senantiasa, dan untuk menyelamatkan kita! Lebih dari segalanya, Bunda Maria menghibur kita dengan menunjuk pada Dia Yang Tersalib dan Firdaus!” (1980).

Oleh sebab itu, sementara kita menghormati Bunda Maria, Bunda Dukacita, kita juga menghormatinya sebagai murid yang setia dan teladan kaum beriman. Marilah kita berdoa seperti yang didaraskan dalam doa pembukaan Misa merayakan peringatan ini: “Bapa, sementara PutraMu ditinggikan di atas salib, Bunda-Nya Maria berdiri di bawah kaki salib-Nya, menanggung sengsara bersama-Nya. Semoga Gereja-Mu dipersatukan dengan Kristus dalam Sengsara dan Wafat-Nya, sehingga beroleh bagian dalam kebangkitan-Nya menuju hidup baru.” Dengan meneladani Bunda Maria, semoga kita pun dapat mempersatukan segala penderitaan kita dengan sengsara Kristus, serta menghadapinya dengan gagah berani, penuh kasih dan kepercayaan.

sumber : “Straight Answers: Mother of Sorrows” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Devosi Sabtu Pertama

Devosi Sabtu Pertama untuk Pemulihan

oleh: P. Francis J. Peffley

Pada tanggal 13 Juli 1917, Bunda Maria menampakkan diri untuk ketiga kalinya kepada anak-anak dari Fatima: Jacinta Francisco, dan Lucia. Bunda Maria memperlihatkan kepada mereka suatu penglihatan yang amat mengerikan tentang neraka dan berkata: “Kalian telah melihat neraka, ke mana jiwa-jiwa para pendosa yang malang itu akan pergi. Untuk menyelamatkan mereka, Tuhan menghendaki agar di dunia diadakan devosi kepada Hati-ku Yang Tak Bernoda….. Aku akan datang untuk meminta Komuni pemulihan pada hari Sabtu Pertama.”

Pada tanggal 10 Desember 1925, Bunda Maria menampakkan diri bersama Kanak-kanak Yesus kepada Lucia, yang pada waktu itu menjadi postulan (masa percobaan, persiapan masuk biara sebelum masa novisiat) Dorothean di Pontevedra, Spanyol. Bunda Maria berkata kepada Lucia: “Puteriku, pandanglah Hati-ku yang dikelilingi oleh duri-duri, yang setiap saat ditusukkan oleh orang-orang yang tidak tahu berterimakasih, dengan hujatan-hujatan serta rasa tidak tahu terimakasih mereka. Setidak-tidaknya engkau, berusahalah untuk menghiburku, dan menyebarluaskan bahwa aku berjanji untuk menolong pada saat ajal dengan segala rahmat yang dibutuhkan bagi keselamatan jiwa, kepada mereka semua yang pada Sabtu Pertama selama lima bulan berturut-turut: pergi menerima Sakramen Tobat, menerima Komuni Kudus, mendaraskan lima peristiwa Rosario, serta menemaniku selama 15 menit dengan merenungkan peristiwa-peristiwa Rosario, dengan ujud untuk pemulihan Hati-ku Yang Tak Bernoda.

Bayi Yesus menampakkan diri kepada Lucia kembali pada tahun 1926 dan, atas permintaannya, Yesus memberikan persetujuan bahwa “praktek devosi ini dapat dilakukan pada hari Minggu sesudah Sabtu Pertama, karena alasan-alasan tertentu, selama para imam mengijinkan.” Yesus juga mengatakan kepada Lucia bahwa Sakramen Tobat dapat dilakukan dengan tenggang waktu delapan hari dari hari devosi, asalkan orang tersebut berada dalam keadaan rahmat. Di Vatikan, Paus Yohanes Paulus II secara pribadi memimpin doa Rosario pada hari Sabtu Pertama pada waktu menerima-Nya, dengan ujud untuk mempersembahkannya bagi pemulihan Hati Maria Yang Tak Bernoda.

Dalam penampakan Tuhan Yesus selanjutnya pada tahun 1930, Lucia bertanya kepada-Nya mengapa Ia menghendaki devosi lima Sabtu pertama, dan bukannya sembilan atau tujuh sebagai penghormatan atas Tujuh Duka Maria. “Puteri-Ku,” jawab-Nya, “alasannya sederhana.” Yesus mengatakan kepada Lucia bahwa ada lima jenis penghinaan serta hujatan yang dilontarkan terhadap Hati Maria Yang Tak Bernoda:

1. Hujat menentang Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa
2. Hujat menentang Maria tetap perawan selamanya
3. Hujat menentang Maria Bunda Allah serta menolak untuk menerima Maria sebagai Bunda segenap umat manusia
4. Hujat yang dilakukan oleh mereka yang berusaha secara terang-terangan menanamkan rasa acuh, benci serta memandang hina Bunda Yang Dikandung Tanpa Dosa dalam hati anak-anak.
5. Hujat yang dilakukan oleh mereka yang menghina Bunda Maria secara langsung dengan gambar-gambar kudusnya.


Suster Lucia, dalam sepucuk surat kepada ibunya, menekankan akan pentingnya Devosi Sabtu Pertama sebagai sarana untuk memberikan penghiburan kepada Bunda Maria. Sr Lucia menulis: “Saya berharap bahwa ibu akan menjawab saya dengan mengatakan bahwa ibu mempraktekan devosi Sabtu pertama serta melakukannya dengan cara yang terbaik, sehingga semua orang yang datang ke rumah ibu turut mempraktekkannya pula. Ibu tidak akan pernah dapat memberikan penghiburan kepadaku yang lebih besar daripada ini….Hiburlah Bunda Surgawi kita dengan devosi Sabtu pertama serta berusahalah agar orang-orang lain pun ikut menghibur Bunda Maria juga, dan dengan berbuat demikian, ibu akan membuatku amat bahagia.”

Ketika kita memenuhi segala persyaratan sederhana yang diminta bagi devosi Sabtu Pertama dengan semangat pemulihan, kita membantu meringankan penderitaan yang diakibatkan oleh penghinaan-penghinaan terhadap Hati Maria Yang Tak Bernoda. Kita juga memperoleh keuntungan dari penyembuhan Tuhan atas dosa, dan kita mulai mengikuti jalan damai-Nya.

Pada saat ini, dilakukan usaha di seluruh dunia untuk menjawab permintaan Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas devosi Lima Sabtu Pertama untuk Pemulihan. Di Amerika Serikat, di setiap keuskupan dilakukan usaha untuk memulai devosi Sabtu Pertama di setiap paroki, dan di banyak paroki di Amerika Serikat praktek devosi ini telah dilakukan.

Sesungguhnya orang banyak dapat melihat perubahan-perubahan yang menggembirakan yang terjadi di Eropa Timur dan belahan-belahan bumi lainnya sebagai hasil dari meningkatnya praktek devosi Sabtu Pertama atas permintaan Bunda Maria dari Fatima. Keikutsertaan dalam devosi Sabtu Pertama dapat dilakukan baik secara bersama-sama maupun secara pribadi. Jika devosi dilakukan secara bersama-sama, Rosario dapat didaraskan sebelum atau sesudah Misa Sabtu pagi atau Misa Sabtu sore. Renungan akan peristiwa-peristiwa Rosario dapat dilakukan secara pribadi.

sumber : "The First Saturdays of Reparation" by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley

Rosario

ROSARIO
dalam Terang Kitab Suci

oleh: P. Victor Hoagland, C.P.



Pengantar Rosario dalam terang Kitab Suci untuk anak-anak

Bagaimana Berdoa Rosario?

Pengantar Peristiwa-peristiwa Gembira

Merenungkan Peristiwa-peristiwa Gembira:

"Peristiwa-peristiwa Gembira mengingatkan kita agar senantiasa bersukacita."

1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel

2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya

3. Yesus dilahirkan di Betlehem

4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah

5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah

Pengantar Peristiwa-peristiwa Cahaya

Merenungkan Peristiwa-peristiwa Cahaya:

"Peristiwa-peristiwa Cahaya mengingatkan kita agar meneladani Yesus, sang Terang Dunia."

1. Yesus dibaptis di Sungai Yordan

2. Yesus menyatakan Diri-Nya dalam perjamuan nikah di Kana

3. Yesus mewartakan Kerajaan Allah serta menyerukan pertobatan

4. Yesus dipermuliakan

5. Yesus menetapkan Ekaristi

Pengantar Peristiwa-peristiwa Sedih

Merenungkan Peristiwa-peristiwa Sedih:

"Kisah-kisah sengsara Yesus hendak mengatakan kepada kita agar tidak menyerah - bahkan dalam situasi yang amat buruk sekalipun. Tuhan akan menolong kita agar mampu melewatinya; Tuhan akan menguatkan kita agar mampu melangkah maju."

1. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakrat maut

2. Yesus didera

3. Yesus dimahkotai duri

4. Yesus memanggul salib-Nya (ke Gunung Kalvari)

5. Yesus wafat disalib

Pengantar Peristiwa-peristiwa Mulia

Merenungkan Peristiwa-peristiwa Mulia:

"Tuhan memberi kita hidup baru yang tak akan berkesudahan."

1. Yesus bangkit dari kematian

2. Yesus naik ke surga

3. Roh Kudus turun atas para Rasul

4. Maria diangkat ke surga

5. Maria dimahkotai di surga

Doa-doa Dasar:

Syahadat Para Rasul

Tanda Salib

Bapa Kami

Kemuliaan

Salam Maria


Catatan:

“Rosario Dalam Terang Kitab Suci” telah dicetak dan disebarluaskan oleh Karya Kepausan Indonesia. Bagi yang berminat memiliki buku tersebut, dapat memesannya dengan mengganti biaya cetak sebesar Rp 3.000 /eks ke Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia, Jl. Cut Meutia 10, Jakarta 10340, Telp & Fax: 021 31924819; e-mail: kki-kwi@kawali.org


sumber : “A Scriptural Rosary for Children” by Fr Victor Hoagland, C.P. ; Copyright 2002 - The Passionist Missionaries - All rights reserved; www.cptryon.org/prayer/child/rosary

disesuaikan dengan : 1. Alkitab Deuterokanonika; diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia - Lembaga Biblika Indonesia; 2. Puji Syukur; disusun oleh Komisi Liturgi KWI

ayat-ayat Kitab Suci: dikutip dari Alkitab Deuterokanonika; copyright Lembaga Alkitab Indonesia

Doa Rosario

"Rosario adalah doa yang penuh kuasa bagi perdamaian"

oleh: Cindy Wooden

Catholic News Service, 16 Oktober 2002

VATIKAN CITY (CNS) -- Rosario adalah doa yang penuh kuasa untuk perdamaian, untuk keluarga, serta untuk merenungkan peristiwa-peristiwa dalam hidup Yesus, demikian kata Paus Yohanes Paulus II dalam surat apostolik yang baru diterbitkannya.

Sementara memuji mereka yang dengan setia berdoa rosario dengan merenungkan peristiwa-peristiwa seperti yang biasa dipakai selama ini, paus juga menganjurkan tambahan lima “peristiwa cahaya” - yaitu masa perutusan Yesus di hadapan orang banyak - untuk lebih menekankan fokus rosario pada Kristus.

Paus Yohanes Paulus II menandai peringatan 24 tahun pelantikannya sebagai paus pada tanggal 16 Oktober dengan menandatangani surat apostolik “Rosarium Virginis Mariae” (“Rosario Santa Perawan Maria”), pada saat mengadakan audiensi umum mingguan.

Bapa Suci memaklumkan Tahun Rosario hingga bulan Oktober mendatang, serta meminta setiap orang untuk berdoa rosario dengan lebih sering, dengan penuh cinta dan dengan pemahaman bahwa doa rosario akan mempersatukan mereka dengan Bunda Maria serta menghantar mereka kepada Yesus.

Kelima peristiwa baru yang dianjurkan Bapa Suci adalah:

Yesus Dibaptis di Sungai Yordan
Yesus Menyatakan Diri-Nya dalam perjamuan nikah di Kana
Yesus Mewartakan Kerajaan Allah serta Menyerukan Pertobatan
Yesus Dipermuliakan
Yesus Menetapkan Ekaristi

Paus Yohanes Paulus II juga mengungkapkan cintanya yang istimewa akan doa-doa Maria dan menyampaikan saran-saran bagaimana umat beriman dapat berdoa rosario dengan lebih baik.

“Rosario telah menyertai saya di saat-saat suka dan di saat-saat duka,” tulisnya. “Dalam rosario saya selalu menemukan penghiburan.”

Hanya selang dua minggu setelah pengangkatannya sebagai Bapa Suci pada tahun 1978, ia mengatakan, “Sejujurnya saya mengakui: Rosario adalah doa favorit saya.”

Dan, katanya, “mengenang kembali segala kesulitan yang juga menjadi bagian dari pelaksanaan tugas perutusan saya, saya merasa perlu untuk menyampaikan sekali lagi, sebagai suatu undangan yang hangat kepada siapa saja untuk mengalami secara pribadi bahwa: Rosario sungguh `meningkatkan irama hidup manusia', dan menjadikannya selaras dengan `irama' hidup Tuhan sendiri.”

Bapa Suci meminta bantuan setiap orang untuk menanggapi “krisis rosario” yang ditandai dengan kelalaian mengajarkannya kepada anak-anak serta keragu-raguan -yang didukung oleh beberapa teolog- bahwa rosario itu kuno, takhyul atau pun anti-ekumene.

Terutama setelah “serangan yang mengerikan” tanggal 11 September 2001, paus mengatakan: menggairahkan kembali doa rosario merupakan sumbangan umat Katolik yang amat berharga bagi perwujudan perdamaian dunia.

Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa rosario memberi “rasa damai bagi mereka yang mendoakannya,” membimbing mereka untuk memandang wajah Kristus dalam diri sesama, untuk peka terhadap kesedihan serta penderitaan sesama, serta membangkitkan kerinduan untuk menjadikan dunia “lebih indah, lebih adil, lebih selaras dengan rencana Tuhan.”

“Sekarang ini, saya hendak mempercayakan diri kepada kuasa doa rosario …. sebagai sumber damai di dunia dan sumber damai dalam keluarga,” tulisnya.

Rosario, kata paus, adalah dan akan selalu merupakan doa dari dan bagi keluarga.

Mendaraskan doa rosario bersama-sama dalam keluarga akan mempersatukan mereka dengan Keluarga Kudus, membawa harapan-harapan serta persoalan-persoalan mereka kepada Tuhan, serta memusatkan perhatian mereka kepada gambaran kehidupan Kristus, dan bukannya gambar televisi, katanya.

Berbicara tentang praktek doa rosario, Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa rosario mengulang-ulang doa yang sama dengan tujuan merenungkan serta memusatkan pikiran, dan bukannya mendatangkan kejenuhan.

Pertama-tama, katanya, biji-biji rosario janganlah dipandang sebagai “barang jimat,” tetapi sebagai sarana untuk melambangkan “perenungan serta usaha terus-menerus untuk mencapai kesempurnaan Kristiani.”
Biji-biji rosario juga dapat “mengigatkan kita akan begitu banyaknya persahabatan dan ikatan persatuan serta persaudaraan yang mempersatukan kita dengan Kristus.”

Peristiwa-peristiwa rosario, meskipun bukan pengganti bacaan Kitab Suci, haruslah menghantar pikiran kita kepada Kristus dan kepada peristiwa-peristiwa lain dalam hidup-Nya, demikian kata paus. Sebagian orang mungkin akan merasa tertolong dengan gambar atau ikon Kitab Suci dari peristiwa yang sedang direnungkan, atau setidak-tidaknya, dengan menggambarkan peristiwa -peristiwa tersebut dalam pikiran mereka.

Paus Yohanes Paulus II juga menganjurkan agar umat membaca ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan peristiwa yang direnungkan, bukan sebagai sarana untuk mengingat kembali informasi yang ada, “tetapi untuk mengijinkan Tuhan berbicara.”

Seringkali terjadi, pada waktu berdoa rosario, kata paus, umat beriman lupa bahwa bagian penting dari suatu doa kontemplasi adalah keheningan; karenanya baik pada waktu mendaraskan doa rosario secara pribadi atau pun bersama-sama dalam suatu kelompok, dianjurkan untuk berhenti sejenak dalam keheningan setelah suatu ayat dibacakan.

Sementara sepuluh Salam Maria dalam suatu peristiwa merupakan “elemen paling penting” dalam rosario, paus meminta umat beriman untuk lebih memperhatikan pendarasan doa Bapa Kami dan Kemuliaan, doa-doa yang menghantar umat kepada Allah Bapa dan kepada Allah Tritunggal.

Bapa Suci menganjurkan bahwa jika rosario didaraskan dalam suatu kelompok, Kemuliaan sebaiknya dinyanyikan “sebagai suatu cara untuk memberikan penekanan yang pantas kepada Tritunggal Mahakudus yang amat penting dalam semua doa Kristiani.”

Paus Yohanes Paulus II juga meminta umat beriman untuk sekali-kali berhenti serta memandang salib yang tergantung pada rosario mereka.

“Hidup dan doa umat beriman berpusat pada Kristus,” tulisnya. Sama seperti Rosario, “segala sesuatu berasal dari Dia, segala sesuatu menghantar kita kepada Dia, segala sesuatu, melalui Dia, dalam persatuan dengan Roh Kudus, menuju kepada Bapa.”

Rosario itu doa yang fleksibel, katanya. Ujud-ujud doa khusus dapat diucapkan pada akhir setiap peristiwa; sebagian dapat dinyanyikan; sebagai penutup, berbagai kelompok yang berbeda dalam usia, budaya serta etnis dapat memilih doa atau lagu-lagu Maria yang sesuai.

Terutama ketika berusaha menghidupkan doa rosario bagi anak-anak, beberapa penyesuaian juga diperkenankan, katanya: “Mengapa tidak mencobanya?”

sumber : "Rosary is powerful prayer for peace, pope says in apostolic letter" by Cindy Wooden; Catholic News Service; Copyright (c) 2002 Catholic News Service/U.S. Conference of Catholic Bishops; www.catholicnews.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Catholic News Service”

Mengapa Baerdoa Rosario

Mengapa Berdoa Rosario?

oleh: P. Francis J. Peffley

Apa itu doa? Doa ialah berbicara dengan Tuhan; mengangkat hati serta pikiran kita kepada Tuhan. "Doa adalah kunci Surga." - St. Agustinus

Mengapa kita berdoa? Kita berdoa agar kita dapat masuk Surga. St. Agustinus mengatakan: “Sama seperti tubuh tidak dapat hidup tanpa makanan, demikian juga jiwa kita tidak dapat hidup secara rohani tanpa doa.” St. Alfonsus mengatakan: “Ia yang berdoa, diselamatkan; ia yang tidak berdoa, celaka!” Doa sangat besar kuasanya. (Yak 5:16-18, 2Raj 20:1-6).

Siapa yang berdoa? Yang berdoa ialah orang yang ingin berbahagia selamanya bersama Tuhan di surga.

Kapan kita berdoa? Kita berdoa senantiasa, siang dan malam.

Di mana kita berdoa? Kita berdoa di rumah, di kamar kita (Mat 6:1-6), di Gereja dengan keluarga kita (Mat 21:13), atau di mana saja. Dengan doa kita dapat menguduskan saat-saat senggang kita, kita dapat berdoa ketika sedang berjalan-jalan di taman, mengendarai mobil atau naik bis dan mempersembahkan waktu luang kita itu kepada Tuhan.

Apakah Tuhan selalu menjawab doa-doa kita? Ya. Ada tiga bentuk jawaban doa - ya, tidak, dan tunggu. Tidak ada doa yang tidak dijawab dan tidak ada doa yang tidak didengarkan. St. Thomas Aquinas mengajarkan: "Tuhan tidak mengabulkan apa yang kita minta dalam doa jika permintaan kita itu tidak baik bagi keselamatan kita." Kita harus bertanya apa kehendak Tuhan bagi kita. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:31-33) “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat 16:26). Tuhan memenuhi kebutuhan kita, tetapi tidak keserakahan kita.

Bagaimana kita dapat berdoa dengan baik? Konsentrasi (Mat 6:7,8), Iman (Ibr 11:6), Kerendahan hati (Yak 4:6, lihat juga Mat 6:1-6, Lukas 18:9-14). Prioritas yang Benar (Luk 22:42), Devosi (Mat 15:8), Kesungguhan (Luk 22:43,44), Ketekunan (Luk 11:5-10 / Luk 18:1-8, Mat 24:13), dan dengan tidak jemu-jemu. Kita wajib berdoa sekurang-kurangnya 15 menit setiap hari. Di dunia ini kita mempersiapkan diri untuk tinggal bersama Tuhan selama-lamanya. Karena Tuhan adalah Pribadi yang paling penting dalam hidup kita, kita wajib berbicara kepada-Nya setiap hari. Setiap harinya kita menghabiskan lebih banyak waktu sekedar untuk makan, bersantai dan menikmati hiburan. Jiwa kita jauh lebih penting daripada tubuh kita. Dan Tuhan pastilah jauh lebih penting daripada siapa pun atau apa pun juga dalam hidup kita, jadi Ia layak mendapatkan prioritas utama. Berapa banyak kita harus berdoa? Kitab Suci mengatakan: - selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (Luk 18:1, 1Tes 5:17, Ef 6:18 dan Kis 6:4).

Mengapa Tuhan menghendaki kita berdoa kepada Bunda Maria? Kita berdoa kepada Bunda Maria karena ia adalah Bunda Allah dan doa-doanya sangatlah besar kuasanya (Yoh 2:1-11). Ketika kita berdoa Salam Maria, kita menggabungkan penyembahan kepada Tuhan dan penghormatan kepada Bunda Maria. Kita menyatukan doa-doa kita kepada Tuhan dengan doa-doa Bunda Maria kepada Tuhan. Kita tidak menyembah Bunda Maria, kita hanya menyembah Tuhan saja. Ketika kita berdoa kepada Bunda Maria, kita menghormatinya sebagai Bunda Allah dan sebagai Bunda Rohani kita (Why 12:17, Yoh 19:26,27). Saat kita amat membutuhkan pertolongan, kita tidak saja berdoa sendiri kepada Tuhan secara langsung, tetapi kita juga meminta orang lain berdoa bagi kita dan bersama kita. Ketika kita berdoa Rosario, kita didukung oleh Bunda Maria, Bunda Allah yang Kudus, yang berdoa kepada Tuhan bagi kita dan bersama kita. Tuhan menghendaki kita menghormati Bunda Maria karena perannya yang istimewa dalam karya keselamatan Allah. Tuhan menghendaki Bunda Maria ambil bagian dalam penebusan umat manusia, sama seperti Hawa ambil bagian dalam jatuhnya umat manusia ke dalam dosa. Sama seperti seorang Bapa dipenuhi sukacita karena cinta dan penghormatan yang diberikan orang kepada anak-anaknya, demikian juga Allah Bapa dipenuhi sukacita dan menghendaki kita menghormati puteri-Nya, Maria, Bunda PuteraNya, Yesus.

Mengapa kita wajib berdoa Rosario? Karena doa Rosario telah didaraskan serta dianjurkan selama berabad-abad oleh para Paus dan santo/santa besar, dan juga karena pengaruhnya yang baik - sama seperti pohon yang baik menghasilkan buah yang baik (Mat 7:17). Juga, karena ke-15 Janji Bunda Maria bagi umat Kristiani yang berdoa Rosario dan karena Bunda Maria menampakkan diri di Lourdes dan di Fatima untuk meminta kita berdoa rosario. Rosario telah menyelamatkan serta mengubah ribuan jiwa, mengapa tidak menggunakannya untuk menyelamatkan jiwamu?

Bagaimana kita berdoa Rosario? Dengan merenungkan ke-15 misteri, dengan mendaraskan sepuluh Salam Maria pada manik-maniknya serta satu Bapa Kami dan Kemuliaan di setiap misteri.

Bagaimana kita merenungkan misteri-misteri Rosario? Kita merenungkan misteri-misteri rosario dengan menggunakan imajinasi kita untuk menghadirkan misteri yang sedang kita renungkan di hadapan kita. Kemudian sambil membayangkan imajinasi yang hadir di pikiran, kita mengucapkan doa Salam Maria. Sementara merenung, kita mengulang-ulang doa kita, sama seperti yang dilakukan Yesus (Mat 26:44). Dalam berdoa Rosario, pada dasarnya kita mengatakan, “Yesus dan Bunda Maria, aku mencintaimu” berulang-ulang kali. Sementara kita melakukannya, kita bertumbuh dalam cinta kepada Tuhan. Mengatakan, “Aku mencintaimu” tidak pernah basi. Jika kita sungguh-sungguh mencintai, pernyataan cinta seperti itu akan semakin memperdalam cinta kita.

Bagaimana kita dapat mulai berdoa Rosario setiap hari? Dengan mendoakan hanya satu misteri dengan sepuluh Salam Maria setiap hari, hingga kita merasa rindu untuk berdoa lebih banyak.

sumber : "Why Pray the Rosary" by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley

Salam Maria dan Rosario

Salam Maria dan Rosario

oleh: P. Victor Hoagland, C.P.

Kita mengatakan Bapa “kami” dalam doa Bapa Kami. Dengan mengatakan “kami”, kita menyatakan bahwa doa bukanlah suatu tindakan yang kita lakukan seorang diri. Kita berdoa bersama dengan yang lain.

Bersama siapakah kita berdoa? Kita berdoa bersama Yesus Kristus. Yesus tidak hanya mengajar kita bagaimana harus berdoa, tetapi Ia juga berdoa bersama kita serta mempersatukan doa-doa kita dengan doa-Nya sendiri. Oleh karena kita berdoa bersama Dia, doa-doa kita seringkali diakhiri dengan kata-kata sebagai berikut: “dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah, Tuhan kita, yang hidup dan berkuasa untuk selama-lamanya.” Kita berdoa bersama Yesus Kristus.

Bapa “kami” berarti kita berdoa bersama yang lain juga; sebagai contoh, mereka semua yang telah dibaptis dalam nama Kristus. Doa Bapa Kami hendaknya senantiasa mengingatkan umat Kristiani akan persatuan mereka satu dengan yang lain, meskipun sayangnya, perbedaan-perbedaan masih memisahkan gereja-gereja Kristen. Kita, umat Kristen, percaya bahwa kita bersatu dalam doa; kita dapat berdoa bersama yang lain serta saling mendoakan satu sama lain. Doa merupakan sumber hidup yang mempersatukan kita semua.

Dalam Gereja Katolik, keyakinan bahwa kita bersatu dalam doa dengan yang lain diungkapkan dalam doa kepada Bunda Maria, Bunda Yesus, dan kepada para kudus. “Kita percaya akan persekutuan para kudus” yang berdoa bersama kita dan bagi kita, dalam persatuan dengan Yesus Kristus.

Doa yang indah bagi Bunda Maria dalam tradisi Katolik adalah doa Salam Maria. Bagian pertama dari doa tersebut berkembang dalam abad pertengahan ketika Maria, Bunda Yesus, menjadi perhatian umat Kristiani sebagai saksi terbesar atas hidup, wafat serta kebangkitan Kristus. Bagian awal doa merupakan salam Malaikat Gabriel di Nazaret, menurut Injil Lukas:

Salam Maria,
penuh rahmat,
Tuhan sertamu,

Dengan perkataan tersebut, malaikat Tuhan menyatakan belas kasih Ilahi. Tuhan akan menyertai Maria. Maria akan melahirkan Yesus Kristus ke dunia.

Bagian selanjutnya, adalah salam yang disampaikan kepada Maria oleh Elisabet, sepupunya, seperti ditulis dalam Injil St. Lukas:

terpujilah engkau di antara wanita,
dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.

Dan akhirnya, pada abad ke-15, bagian doa selanjutnya ditambahkan:

Santa Maria, bunda Allah,
doakanlah kami yang berdosa ini
sekarang dan waktu kami mati.

Bagian doa tersebut memohon kepada Maria, yang penuh rahmat serta dekat dengan Putra-nya, untuk mendoakan kita orang berdosa, sekarang dan saat ajal menjelang. Bersama dengan murid kepada siapa Yesus mempercayakan ibunda-Nya di Kalvari dengan mengatakan “Inilah ibumu!”, kita mengakui Bunda Maria sebagai bunda kita. Bunda Maria akan senantiasa mendekatkan kita pada Kristus. Sejak dari permulaan Bunda Maria mengenal-Nya; ia menjadi saksi atas hidup, wafat dan kebangkitan Kristus; tidakkah Bunda Maria akan membantu kita untuk lebih mengenal Putra-nya dan misteri hidup-Nya? Kita mengandalkan belas kasih Bunda Maria kepada kita seperti yang ia lakukan bagi pasangan pengantin di Kana, di Galilea. Kita mempercayakan segala kebutuhan kita kepada Bunda Maria.

Pada akhir abad ke-16, kebiasaan mendaraskan 150 Salam Maria dalam suatu rangkaian doa atau perpuluhan menjadi populer di kalangan umat Kristiani. Dalam doa-doa tersebut, peristiwa-peristiwa hidup, wafat dan kebangkitan Yesus direnungkan. Praktek doa itu sekarang dikenal sebagai Doa Rosario.

Bunda Maria senantiasa menjadi teladan iman dan pelindung orang-orang Kristen yang percaya. Ketika Malaikat Gabriel datang kepadanya, ia percaya akan warta yang disampaikan malaikat dan tetap teguh pada imannya tanpa ragu sedikit pun meskipun harus melewati pencobaan gelap Kalvari. Bunda Maria mendampingi kita juga yang adalah saudara dan saudari Putra-nya, sepanjang ziarah kita di dunia yang penuh dengan kesulitan dan mara bahaya.

Selama berabad-abad telah banyak umat Kristiani mengakui bahwa Salam Maria dan Rosario merupakan sumber rahmat rohani. Doa rosario adalah doa yang sederhana sekaligus mendalam. Rosario dapat dilakukan siapa saja, pengulangan kata-katanya mendatangkan kedamaian bagi jiwa. Renungan akan kisah hidup Yesus dalam peristiwa-peristiwa gembira, cahaya, sedih, maupun mulia dimaksudkan agar diamalkan dalam hidup kita sendiri. Melalui peristiwa-peristiwa tersebut, kita berharap untuk “meneladani apa yang diteladankan dan memperoleh apa yang dijanjikan”.

sumber : “The Hail Mary and the Rosary” by Fr. Victor Hoagland, C.P.; Copyright 1997-1999 - The Passionist Missionaries; www.cptryon.org/prayer

Kuasa Doa Satu Salam Maria

Kuasa Doa Satu Salam Maria

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu,
terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.

Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini,
sekarang dan waktu kami mati. Amin.

Jutaan umat Katolik biasa mendaraskan Salam Maria. Sebagian mendaraskannya dengan begitu cepat, bahkan tanpa memikirkan kata-kata yang mereka ucapkan. Pernyataan-pernyataan berikut ini semoga dapat membantu kita mendaraskannya dengan lebih khusuk.

Satu Salam Maria yang didaraskan dengan baik memenuhi hati Bunda Maria dengan sukacita dan memperolehkan bagi diri kita sendiri rahmat-rahmat luar biasa yang tak terkatakan, yang ingin dilimpahkan Bunda Maria kepada kita. Satu Salam Maria yang didaraskan dengan baik memperolehkan bagi kita jauh lebih banyak rahmat daripada seribu Salam Maria yang didaraskan secara asal.

Doa Salam Maria bagaikan suatu tambang emas di mana kita senantiasa dapat menggali darinya tanpa ia pernah menjadi habis. Sulitkah mendaraskan Salam Maria dengan baik? Yang kita perlukan hanyalah belajar memahami nilai dan artinya.

St. Hieronimus mengatakan bahwa “kebenaran yang terkandung dalam Salam Maria begitu agung dan luhur, begitu mengagumkan, hingga tak ada manusia atau pun malaikat yang dapat memahami sepenuhnya.”

St. Thomas Aquinas, Pujangga Gereja yang terkemuka, 'yang paling bijaksana di antara para kudus dan yang paling kudus di antara para bijaksana', seperti dinyatakan oleh Paus Leo XIII, berkhotbah selama 40 hari lamanya di Roma hanya tentang Salam Maria, membuat para pendengarnya terpesona serta penuh sukacita.

Pastor F. Suarez, seorang imam Yesuit yang terpelajar dan kudus, ketika sedang menghadapi ajal menyatakan bahwa dengan senang hati ia akan menyerahkan seluruh dari banyak buku berbobot yang ia tulis, juga seluruh karya sepanjang hidupnya, demi mendapatkan ganjaran dan jasa dari satu doa Salam Maria yang didaraskan dengan khusuk dan tulus.

St. Mechtilda, yang sangat mengasihi Bunda Maria, suatu hari sedang berusaha keras untuk menggubah sebuah doa yang indah untuk menghormati Bunda Maria. Bunda Maria menampakkan diri kepadanya, dengan tulisan emas di dadanya: “Salam Maria penuh rahmat.” Santa Perawan berkata kepadanya, “Berhentilah, anakku terkasih, dari usahamu itu, oleh sebab tidaklah mungkin engkau dapat menggubah suatu doa yang dapat memberiku sukacita dan kebahagiaan seperti Salam Maria.”

Seorang pria memperoleh sukacita luar biasa dengan mendaraskan Salam Maria secara perlahan-lahan. Santa Perawan menampakkan diri kepadanya dengan tersenyum dan mengatakan kepadanya hari serta jam bilamana ia akan meninggal, serta memperolehkan baginya kematian yang paling kudus dan bahagia. Setelah kematiannya, sekuntum bunga bakung putih yang indah tumbuh dari mulutnya. Pada daun-daun bunganya tertulis “Salam Maria”.

Cesarius menceritakan kisah serupa. Seorang biarawan yang rendah hati dan kudus tinggal di sebuah biara. Daya tangkap dan daya ingatnya begitu lemah hingga ia hanya dapat menghafalkan satu doa saja, yaitu “Salam Maria”. Setelah kematiannya, sebatang pohon tumbuh di atas kuburnya dan pada semua daun-daunnya tertulis: “Salam Maria”.

Kisah-kisah indah berikut ini menunjukkan kepada kita betapa tinggi nilai devosi kepada Bunda Maria dan betapa besar kuasa doa Salam Maria yang didaraskan dengan khusuk.

Setiap kali kita mengucapkan Salam Maria, kita mengulangi kata-kata yang sama yang diucapkan Malaikat Agung St. Gabriel pada waktu menyampaikan salam kepada Maria pada Hari Kabar Sukacita, yaitu ketika ia menjadi Bunda Putra Allah.

Begitu banyak rahmat dan sukacita yang memenuhi jiwa Maria saat itu.

Sekarang, pada saat kita mendaraskan Salam Maria, kita mempersembahkan sekali lagi segala rahmat dan sukacita tersebut kepada Bunda Maria dan ia menerimanya dengan bahagia yang mendalam.

Sebagai balasnya, ia membagikan sukacitanya itu kepada kita.

Suatu ketika, Yesus meminta St. Fransiskus Asisi untuk memberi-Nya sesuatu. Orang kudus itu menjawab, “Tuhan terkasih, aku tak dapat memberi-Mu apa-apa lagi, sebab aku telah memberikan segalanya untuk-Mu, yaitu segenap cintaku.”

Yesus tersenyum dan berkata, “Fransiskus, berikan pada-Ku segenap cintamu itu lagi dan lagi, setiap kali, cintamu itu mendatangkan kesukaan yang sama bagi-Ku.”

Demikian juga dengan Bunda kita terkasih. Setiap kali kita mendaraskan Salam Maria, Bunda Maria menerima dari kita segala sukacita dan kebahagiaan yang sama seperti yang ia terima dari perkataan St. Gabriel.

Allah yang Mahakuasa telah menganugerahkan kepada Bunda-Nya yang Terberkati segala kemuliaan, keagungan, dan kekudusan yang diperlukan untuk menjadikannya Bunda-Nya Sendiri yang paling sempurna.

Namun demikian, Ia juga menganugerahkan kepada Bunda-Nya segala pesona, cinta, kelemah-lembutan serta kasih sayang yang diperlukan untuk menjadikannya Bunda kita yang paling terkasih. Bunda Maria adalah sungguh-sungguh dan benar-benar Bunda kita.

Seperti anak-anak lari kepada ibunya ketika menghadapi bahaya untuk minta perlindungan, demikian juga patutlah kita lari segera dengan keyakinan tak terbatas kepada Maria.

St. Bernardus dan banyak para kudus lainnya mengatakan bahwa tak pernah sekali pun terdengar pernah terjadi di suatu waktu atau pun tempat bahwa Bunda Maria menolak mendengarkan doa anak-anaknya yang di bumi.

Mengapakah kita tidak menyadari kebenaran yang sangat menghibur hati kita ini? Mengapakah kita menolak cinta dan penghiburan yang ditawarkan oleh Bunda Allah yang Manis kepada kita?

Adakah sikap acuh kita yang mengerikan, yang menjauhkan kita dari pertolongan dan penghiburan yang sedemikian itu?

Mengasihi dan mengandalkan Maria berarti berbahagia di dunia sekarang ini dan berbahagia kelak di Surga.

Dr. Hugh Lammer adalah seorang Protestan fanatik, dengan prasangka-prasangka kuat menentang Gereja Katolik. Suatu hari ia menemukan suatu penjelasan tentang Salam Maria dan membacanya. Ia begitu terpesona olehnya hingga mulai mendaraskannya setiap hari. Tanpa disadarinya, segala antipati dan kebenciannya terhadap Gereja Katolik mulai lenyap. Ia menjadi seorang Katolik, seorang imam yang kudus dan profesor Teologi Katolik di Breslau.

Seorang imam diminta datang ke sisi pembaringan seorang yang sedang menghadapi ajal dalam keputusasaan oleh karena dosa-dosanya. Namun demikian, orang itu bersikukuh menolak mengakukan dosa-dosanya. Sebagai usahanya yang terakhir, imam meminta si sakit agar setidak-tidaknya ia mendaraskan Salam Maria. Sesudah mendoakan Salam Maria, pria malang itu mengakukan dosanya dengan tulus dan meninggal dengan kudus.

Di Inggris, seorang imam paroki diminta untuk pergi menemui seorang wanita Protestan yang sedang sakit parah dan rindu menjadi seorang Katolik. Ketika ditanya apakah ia pernah pergi ke Gereja Katolik, atau apakah ia pernah belajar dari umat Katolik, atau apakah ia membaca buku-buku Katolik, ia menjawab, “Tidak, tidak pernah.” Sejauh yang dapat diingatnya ialah - ketika masih kanak-kanak - ia belajar dari seorang gadis kecil tetangga yang Katolik doa Salam Maria, yang kemudian dilakukannya setiap malam. Wanita itu kemudian dibaptis dan sebelum meninggal boleh menikmati kebahagian menyaksikan suami dan anak-anaknya dibaptis juga.

St. Gertrude mengatakan dalam bukunya, “Wahyu” bahwa ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan atas rahmat-rahmat yang Ia berikan kepada seorang kudus tertentu, kita juga memperoleh bagian besar atas rahmat-rahmat tersebut.

Jika demikian, rahmat-rahmat apakah yang tidak akan kita peroleh jika kita mendaraskan Salam Maria sementara kita mengucap syukur kepada-Nya atas segala rahmat tak terkatakan yang telah Ia anugerahkan kepada Bunda-Nya Maria?

With Ecclesiastical Approval

“. . . Satu Ave Maria (Salam Maria) yang didaraskan tanpa perasaan mendalam, tetapi dengan kehendak yang tulus dalam masa kekeringan, jauh lebih bernilai di hadapanku daripada satu Rosario penuh yang didaraskan di tengah penghiburan.”

Bunda Maria kepada Sr. Benigna Consolata Ferrero

“Seorang imam Yesuit yang kudus dan terpelajar, Pastor Suarez, memahami dengan begitu mendalam nilai Salam Malaikat (Salam Maria) hingga ia mengatakan bahwa ia akan dengan senang hati menyerahkan segala ilmu yang diperolehnya demi memperoleh ganjaran dan jasa satu Salam Maria yang didaraskan dengan pantas.”

St. Louis De Montfort, Rahasia Rosario, hal. 48

sumber : “The Power of One Hail Mary”; www.catholictradition.org
Angelus

Sebagian besar umat Katolik Roma mempunyai kebiasaan untuk mengucapkan serangkaian doa tiga kali dalam sehari. Rangkaian doa tersebut dikenal dengan “Doa Angelus” atau “Doa Malaikat Tuhan” Angelus didaraskan pada jam 6 pagi, jam 12 siang dan jam 6 petang. Nama Angelus diambil dari kata pertama dalam doa tersebut dalam bahasa Latin, artinya “Malaikat”. Beginilah bunyinya: Angelus Domini nuntiavit Mariae atau Malaikat Tuhan menyampaikan kabar kepada Maria.

Doa Angelus mungkin adalah suatu cara bagi umat beriman untuk berdoa bersama seperti dalam Breviary atau Ofisi, yaitu doa yang didoakan oleh para imam dan para anggota komunitas suatu Ordo Religius. Umat yang tidak dapat membaca, dapat menghafalkan doanya.

Doa Angelus sudah dimulai sejak tahun 1263 oleh Santo Bonaventura dalam Sidang Umum Ordo Fransiskan. Doa ini berkembang dari abad ke abad sampai dengan zaman Paus Yohanes XXII yang memberikan indulgensi kepada orang yang mengucapkan Doa Angelus.

Paus Pius V dalam tahun 1571 memperbaharui dan melengkapi bentuknya seperti yang kita kenal sekarang ini. Pada waktu itu, Doa Angelus diucapkan pada dini hari untuk menghormati kebangkitan Yesus, pada siang hari untuk menghormati sengsara Yesus dan pada senja hari untuk menghormati peristiwa Inkarnasi.

Di Italia, Doa Kemuliaan ditambahkan sesudah setiap Salam Maria untuk menghormati Tritunggal Mahakudus dalam hubungannya dengan Maria.

Paus Yohanes XXIII dalam catatannya tentang lonceng Angelus yang didentangkan pada pada pagi hari menggambarkan, lonceng dini hari merupakan tanda pergantian malam menjadi siang yang gemilang, pada saat itu langit menunduk untuk bertemu dengan bumi.

Paus Paulus VI dalam ensiklik “Marialis Cultus” menulis, “Doa ini sesudah berabad-abad tetap mempertahankan nilainya dan kesegaran aslinya.” Paus Yohanes Paulus II menandaskan bahwa Doa Angelus tak perlu diubah sebab bentuknya sederhana, diangkat dari Injil, dan asal-muasalnya berkaitan dengan doa perdamaian dan misteri Paska.

Banyak keluarga Katolik dengan setia mengucapkan Doa Angelus pagi, siang dan malam hari. Juga di Indonesia, sejak puluhan tahun yang lampau, bila mendengar lonceng Angelus berbunyi, umat langsung meninggalkan segala kesibukannya untuk sejenak memanjatkan Doa Angelus. Pada Masa Paskah, Doa Angelus diganti dengan Doa Ratu Surga.

Dalam Doa Angelus, biasanya satu orang akan mengucapkan suatu kalimat dan yang lain memberikan tanggapan. Mengapa kita tidak mulai ikut mendoakannya juga?

Bapa Suci sendiri memimpin umatnya berdoa Angelus setiap hari Minggu siang.

Beginilah doanya:

DOA RATU SURGA

Maria diberi kabar oleh malaikat Tuhan, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan pada waktu kami mati. Amin.

Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.

Salam Maria ....

Sabda sudah menjadi daging, dan tinggal di antara kita.

Salam Maria ....

Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji Kristus.

Ya Allah, karena kabar malaikat kami mengetahui bahwa Yesus Kristus Putra-Mu menjadi manusia; curahkanlah rahmat-Mu ke dalam hati kami, supaya karena sengsara dan salib-Nya, kami dibawa kepada kebangkitan yang mulia. Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami. Amin.

DOA RATU SURGA (dalam Masa Paskah)

Ratu Surga bersukacitalah, alleluya,
sebab Ia yang sudi kau kandung, alleluya,
telah bangkit seperti disabdakan-Nya, alleluya!
Doakanlah kami pada Allah, alleluya!
Bersukacita dan bergembiralah, Perawan Maria, alleluya,
sebab Tuhan sungguh telah bangkit, Alleluya!

Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan kebangkitan PutraMu, Tuhan kami Yesus Kristus. Kami mohon, perkenankanlah kami bersukacita dalam kehidupan kekal bersama BundaNya, Perawan Maria. Demi Kristus, pengantara kami. Amin.

sumber : 1. Kartu Doa Gereja Katolik Roh Kudus, Surabaya; 2. News For Kids, Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com; disesuaikan dengan buku Puji Syukur; Komisi Liturgi KWI

Kalender Liturgi Katolik

Bunda Maria dalam Kalender Liturgi Katolik

oleh: P. Kasmirus Jumat, SMM *

Alonso Calo, The Immaculate Conception, 1650

Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada sejak zaman Gereja Perdana. Namun, karena suasana penganiayaan dan perlawanan yang kuat terhadap penyebaran agama Kristen pada masa itu tidak memungkinkan umat Gereja Perdana untuk memberikan penghormatan seperti yang kita adakan dewasa ini. Namun, bagaimanapun juga, penghor- matan kepada Bunda Maria sudah ada dalam liturgi, bahkan sejak sebelum Konsili Efesus (tahun 421).

Kita tahu bahwa para penulis besar dari abad pertama seperti St. Ignatius dari Antiokhia, St. Yustinus Martir, St. Ireneus, dan lain-lain telah menulis dan mengakui bahwa Maria adalah Perawan dan Bunda Allah. Setelah Konsili Nicea (325 CE), tulisan-tulisan tentang Bunda Maria makin berkembang, bukan hanya di Gereja Timur melainkan juga di Gereja Barat. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari kontroversi tentang Kristus sebagai Allah yang secara tidak langsung berhubungan dengan Maria sebagai Bunda Allah. Perkembangan akan cinta dan devosi kepada Kristus dan BundaNya memberikan Maria tempat yang istimewa dalam liturgi dan hal ini semakin nyata setelah Konsili Efesus. Namun kapan persisnya devosi kepada Maria dimasukkan dalam liturgi Gereja, tidak dapat diketahui dengan pasti.

Dalam tulisan ini, kami hanya membatasi pada perayaan-perayaan Maria dalam Liturgi Gereja Katolik Roma serta asal usul perayaan tersebut. Berbagai perayaan Maria dirayakan secara universal dan dicantumkan secara resmi dalam kalender Liturgi Gereja Katolik Roma. Perayaan-perayaan itu dibeda-bedakan sesuai tingkatnya, ada yang setingkat Hari Raya (Sollemnitas), Hari Pesta (Festum) dan Peringatan (Memoria). Hari-hari peringatan pun dibagi lagi dalam kategori peringatan wajib, fakultatif, dan peringatan khusus.

PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT HARI RAYA (SOLLEMNITAS)

Perayaan-perayaan setingkat Hari Raya (Solemnitas) dirayakan seperti hari Minggu. Dalam Ibadat Harian (Officium Divinum), perayaan pada tingkat ini dimulai pada sore hari sebelum hari raya yang bersangkutan, yang dikenal dengan istilah Ibadat Sore Pertama. Dengan demikian, Perayaan Ekaristi yang diadakan sore hari ini dapat menggantikan misa pada hari berikutnya.

Dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik, terdapat empat perayaan Maria yang setingkat Hari Raya.

1. Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah

Perayaan ini dirayakan pada tanggal 1 Januari. Pengakuan akan kebundaallahan Maria merupakan unsur sentral dalam penghormatan umat Katolik terhadap Bunda Maria. Dasar pengakuan ini terutama Kitab Suci yang menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan dari Santa Perawan Maria. Kalau kita mengakui Yesus sebagai Allah, maka kita pun mengakui Maria sebagai Bunda Allah.

Sekitar tahun 430, Nestorius memberikan ajaran bahwa Maria hanyalah Christotokos dan bukannya Theotokos. Dengan memberi gelar Christotokos, Nestorius mau mengatakan bahwa Yesus itu hanyalah Kristus, manusia yang terurapi dan bukan Allah. Dengan demikian, Maria hanyalah Bunda Kristus dan bukannya Bunda Allah. Ajaran sesat Nestorius ini terkenal dengan sebutan Nestorianisme. Aliran Nestorianisme ini ditentang keras oleh Konsili Efesus (431). Konsili menegaskan bahwa Maria itu Bunda Allah, Theotokos, karena dia melahirkan Allah.

2. Hari Raya Kabar Sukacita

Dasar biblis perayaan ini adalah kunjungan Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria (Luk 1:26-38). Dalam kunjungan itu Malaikat Allah meminta kesediaan Maria untuk menjadi ibu bagi Putra Allah yang Mahatinggi. Peristiwa ini menjadi awal sejarah kekristenan dan atas kesediaan Maria, maka Allah menjelma menjadi manusia.

Santo Louis-Marie de Montfort (1673-1716) mengatakan bahwa Hari Raya Kabar Sukacita merupakan cikal bakal kehadiran Gereja. Bertitik tolak dari ajaran yang mengatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus di mana Yesus berperan sebagai Kepalanya, St. Montfort berpandangan bahwa seorang ibu tidak mungkin hanya mengandung kepala tanpa tubuh.
Dengan demikian, penyerahan Gereja kepada Bunda Maria, bukan dimulai pada peristiwa di kaki salib ketika murid yang dikasihi Yesus diserahkan kepada Maria dan sebaliknya (Yoh 19:25-27), melainkan pada saat Maria dipercayakan untuk mengandung Putra Allah (Luk 1:28-38). Pesta ini dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 25 Maret, tepat sembilan bulan sebelum kelahiran Yesus (Perayaan Natal).

3. Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga

Perayaan ini jatuh pada tanggal 15 Agustus, berdasarkan dogma yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII tanggal 15 Agustus 1950. Ini merupakan dogma yang paling banyak menimbulkan kontroversi. Keyakinan dan khotbah-khotbah tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga sudah mulai sejak abad ke-6. Namun sebagai dogma, baru dipromulgasikan pada tanggal 15 Agustus 1950 oleh Paus Pius XII.

Gereja meyakini bahwa Bunda Maria, yang secara istimewa dipersiapkan Allah menjadi tempat kediaman PutraNya, yang telah menjalani hidup dengan kesucian yang luar biasa, pada akhir hidupnya pasti mendapatkan keistimewaan dari Allah. Kalau sekedar mengatakan bahwa Maria dikandung secara istimewa, menjalani hidup secara istimewa dan mendapatkan pahala abadi secara istimewa, sebenamya tidak mengalami kesulitan. Tetapi yang menjadi kontroversi adalah pernyataan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan. Surga bukanlah locus, jadi bagaimana mungkin ada tempat untuk badan yang berbentuk materi?

Ajaran yang mengatakan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan merupakan suatu ungkapan dan keyakinan iman. Manusia kehabisan kata-kata untuk bisa menjelaskan dan mengungkapkan penghormatan dan penghargaannya atas keistimewaan Maria itu.

4. Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda

Perayaan ini jatuh pada tanggal 8 Desember karena berdasarkan pada dogma yang dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854. Dikatakan bahwa Bunda Maria sejak dikandung ibunya, tidak ternoda oleh dosa asal. Hal ini merupakan berkat rahmat dan keistimewaan yang secara khusus diberikan Allah karena dia dipersiapkan untuk menyambut Sabda Allah yang menjelma.

Dalam Bula “Ineffabilis Deus” Paus Pius IX mendefenisikan dogma Maria Dikandung Tanpa Noda sebagai berikut:

“Santa Perawan Maria, sejak saat pertama ia dikandung, oleh rahmat dan karunia yang istimewa dari Allah yang Mahakuasa, demi jasa-jasa Yesus Kristus, penyelamat bangsa manusia, tetap terjaga, luput dari segala noda dosa asal.”

Gereja percaya bahwa Allah menyiapkan suatu wadah yang pantas, yang khusus dan tak bercela. Suatu tempat yang layak bagi kediaman PutraNya. Dan Maria-lah yang dipilih Allah untuk menjadi wadah tersebut, sehingga sejak dikandung, Maria tidak terjangkit dosa asal.

PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT HARI RAYA (FESTUM)

1. Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elizabeth

Pesta ini dirayakan untuk mengenang kunjungan Maria kepada saudaranya Elizabeth di Ain Karim. Ain Karim adalah sebuah kota di Yehuda (di sebelah barat Yerusalem) yang berjarak kira-kira 10 km dari Yerusalem dan menurut tradisi merupakan tempat tinggal keluarga Imam Zakaria. Maria tinggal di sana selama tiga bulan (bdk. Luk 1:39-56). Pesta ini dirayakan tanggal 31 Mei.

2. Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

Kita tidak mempunyai informasi biblis dan historis tentang kapan dan di mana Bunda Maria dilahirkan. Penyebutan nama Yoakim dan Ana sebagai orangtuanya pun hanyalah berdasarkan tradisi dan Injil Apokrief (Apokrief adalah buku-buku yang seringkali penuh legenda dan merupakan jiplakan dari kitab-kitab asli yang termasuk Kitab Suci, biasanya dibubuhi nama seorang tokoh Perjanjian Lama atau seorang Rasul sebagai pengarangnya).
Perayaan ini berawal dari tradisi Gereja Timur dan mulai berkembang di Gereja Barat sejak abad ke lima. Hari kelahiran Bunda Maria dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 8 September.

PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT PERINGATAN (MEMORIA)

1. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu

Setelah diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya, Bunda Maria dinobatkan sebagai Ratu. Peringatan ini dirayakan tujuh hari setelah Hari Raya Bunda Maria diangkat ke Surga, yaitu pada tanggal 22 Agustus. Apakah Bala Malaikat di surga memerlukan waktu tujuh hari untuk mempersiapkan upacara penobatan Maria sebagai Ratu? Ini juga merupakan ungkapan iman yang tidak bisa lagi dijelaskan secara logis dan kronologis. Gereja kehabisan kosa kata
untuk mengungkapkan penghargaannya atas keistimewaan Bunda Maria.

2. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita

Kehidupan Bunda Maria tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Yesus. Setelah merayakan Pesta Salib Suci, Gereja memperingati kedukaan Maria yang antara lain karena penyaliban Putranya. Maka peringatan ini dirayakan pada tanggal 15 September. Peringatan ini mulai dirayakan tahun 1668 dan ditetapkan sebagai perayaan untuk seluruh Gereja oleh Paus Pius VII pada tahun 1814 untuk mengenang penderitaan yang dialaminya dalam masa pembuangan di Prancis.

Peringatan Bunda Maria Berdukacita dikenal juga dengan nama “Tujuh Kedukaan Maria”. Ada begitu banyak kejadian dalam kehidupan Bunda Maria yang menggambarkan penderitaannya, namun Gereja menyebut tujuh yang lazim, yaitu: nubuat Simeon tentang suatu pedang yang akan menembus jiwanya, pengungsian ke Mesir, Yesus hilang di Bait Allah pada umur 12 tahun, Yesus ditangkap dan diadili, Yesus disalibkan dan wafat, Yesus diturunkan dari salib, dan Yesus dimakamkan.

3. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu Rosario

Pada abad-abad pertama, peringatan Maria selalu dikaitkan dengan kehidupan Bunda Maria, namun sejak abad abad ke-12 Gereja menambah perayaan Maria yang berkaitan dengan kejadian-kejadian tertentu dalam kehidupan menggereja. Misalnya Peringatan “Maria Ratu Rosario” yang jatuh pada tanggal 7 Oktober. Peringatan ini dirayakan untuk mengenang kemenangan pasukan Katolik dalam perang Lepanto pada abad ke-15. Kemenangan ini diyakini karena umat berdoa memohon bantuan Bunda Maria dengan berdoa rosario. Tahun 1571 Paus Pius V menetapkan peringatan ini sebagai perayaan syukur dan pada tahun 1716 Paus Clement XI menetapkannya sebagai perayaan untuk seluruh Gereja.

4. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah

Persembahan Maria ke Kenisah juga tidak mempunyai informasi biblis, selain bersumber pada tradisi dan Injil Apokrief. Dalam hal ini Gereja boleh mengakui keunggulan Kitab Suci Al Quran yang memberikan informasi yang agak memadai tentang masa kecil Maria (bdk. Q 4 atau Sura Al Imran dan Q 19 atau Sura Al Maryam), termasuk persembahannya ke Kenisah. Peringatan Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah ini berawal dari tahun 543 untuk mengenang pemberkatan Gereja Bunda Maria di Yerusalem. Tahun 1585 perayaan ini dimasukkan dalam Kalender Liturgi Gereja Barat dan sekarang dirayakan sebagai pengakuan akan Bunda Maria yang merupakan kenisah di mana Allah (Putra) berdiam. Gereja merayakan peringatan ini pada tanggal 21 November.

Masih ada banyak peringatan lain yang dirayakan dalam liturgi Gereja Katolik baik yang bersifat fakultatif maupun secara khusus dirayakan oleh kelompok atau tarekat religius tertentu.

* Imam biarawan Serikat Maria Montfortan; Studi Teologi Dogmatik, khususnya memperdalam Mariologi di Universitas Santo Thomas, Manila, Filipina.

sumber : Majalah Liturgi Vol. 17, No. 3, Mei-Juni 2006; diterbitkan oleh Komisi Liturgi KWI

Persoalan yang tak pernah selesai membahas Maria

MARIA:

Persoalan yang tak pernah selesai?

Kita kenal ungkapan ini: "Bicara tentang Maria, tak akan ada habisnya!" Pada tgl 13 April 2001, ketika orang Katolik berbondong-bondong ke gereja untuk upacara cium salib, sebagian orang pergi ke satu tempat di Surabaya ini untuk melihat kebenaran berita "Maria yang menangis air mata madu". Berita ini tidak terlalu heboh. Mungkin karena orang mulai bosan dengan sensasi-sensasi seperti ini. Tetapi untuk saya, berita ini menarik buat direnungkan. Kenapa demikian? Karena belum selesai kita dikejutkan dengan berita: "Maria menangis air mata darah", tiba-tiba kita dihadapkan dengan berita "air mata madu". Lalu saya berpikir praktis: "Bunda Maria ini dari tahun ke tahun koq makin aneh?" Atau yang aneh itu siapa? Maria-nya atau orang-orangnya yang aneh? Menurut catatan sejarah gereja, sudah terjadi banyak penampakan Santa Maria. Ada yang sudah diakui secara resmi oleh gereja, yang lain masih dalam proses penyelidikan. Gereja selalu mengambil sikap "hati-hati", tidak terlalu cepat mengakui semua penampakan itu.


Pada bulan Mei dan Oktober, ribuan bahkan jutaan orang Katolik berziarah dan berdoa menghormati secara khusus Bunda Maria. Gereja menghimbau agar setiap anggotanya menaruh hormat yang penuh terhadap Bunda Gereja ini. Ada dua hal ekstrim yang harus dijauhkan dalam sikap seseorang terhadap devosi kepada Bunda Maria. Yang pertama adalah godaan untuk melebih-lebihkan peran Ilahi dalam karya penyelamatan. Dalam argumen ini Allah tidak perlu kerja-sama manusiawi. Manusia tidak punya peran apa-apa. Sehingga tidak seorang manusia pun, termasuk Maria, bisa layak dihormati. Karena, penghormatan seperti itu akan mengurangi kemuliaan yang hanya ditujukan kepada Allah. Akibat dari ekstrim ini muncul apa yang kita sebut "Mariophobia". Godaan yang kedua yakni melebih-lebihkan peran manusiawi dalam karya penyelamatan sampai melalaikan peran Ilahi. Argumen ini menegaskan bahwa Allah membutuhkan sarana untuk menghadirkan diri. Dan sarana paling nyata adalah Yesus Putra-Nya yang lahir dari rahim Maria. Akibat yang muncul dari ekstrim ini, orang berkeyakinan bahwa sarana saja sudah cukup. Hormati Maria saja sudah lumayan atau ungkapan lazimnya "Mariocentricisme".

Gereja menganjurkan agar setiap anggota membangun penghormatan yang benar dan sehat terhadap Bunda Maria. Keibuan Maria dalam kehidupan gereja sungguh-sungguh memberi inspirasi pelayanan bagi gereja. Uskup Fulton J. Sheen dalam bukunya: "Treasure in Clay" menulis: "Saya berkeyakinan bahwa kelemahan agama-agama dewasa ini yakni pada mereka tidak ada 'aspek keibuan'. Agama-agama sering terjebak kepada wajah agama yang keras dan fanatik. Mungkin boleh ditegaskan di bulan Maria ini, bahwa dunia kita, negara kita, gereja kita, terancam konflik dan menjadi goncang, karena banyak orang kehilangan aspek tadi. Jangan sampai kehidupan kita diwarnai dengan kekerasan dan sikap fanatik, justru karena agama-agama kita kehilangan anggotanya yang berhati ibu.

Berbahagialah kamu yang menerima dan mengakui Maria sebagai Bunda Gereja.

dikutip dari : “Semoga Saya Melihat”; Kumpulan Suara Gembala Gereja Katolik Gembala Yang Baik, Surabaya

Mengapa Umat Katolik Berdoa kepada Maria

Mengapa Umat Katolik Berdoa
kepada Santa Perawan Maria

Banyak orang non-Katolik telah diajari sedari kecil untuk meyakini bahwa salah satu bukti nyata akan ketidakbenaran ajaran Katolik dapat dilihat dalam penghormatan yang disampaikan kepada Santa Perawan Maria dalam Gereja Katolik, dan dalam begitu banyaknya doa yang dengan penuh kepercayaan disampaikan kepada Bunda Maria oleh umat Katolik. Sementara itu, benar juga bahwa banyak orang non-Katolik, setelah mempelajari dasar-dasar kebenaran akan devosi umat Katolik kepada Maria, begitu terpikat olehnya hingga akhirnya mereka menjadi Katolik. Kebenaran tersebut sangat sederhana dan gamblang dan seluruhnya terkandung dalam dua kebenaran berikut.

1. MARIA ADALAH BUNDA ALLAH.

Katolik percaya bahwa Allah tidak terikat oleh suatu kewajiban apapun untuk memiliki seorang ibunda; Katolik percaya bahwa Ia memilih untuk memiliki seorang ibunda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Ia memilih untuk memperkenankan tubuh manusiawi-Nya dibentuk dalam rahimnya.

Ia memilih untuk memperkenankan ibunda-Nya melahirkan-Nya ke dunia sebagai seorang bayi kecil mungil. Ia memilih untuk mengijinkan ibunda-Nya menyusui-Nya, menggendong-Nya dalam pelukannya, melindungi-Nya dari mara bahaya, dan mengajari-Nya seperti layaknya seorang anak diajari oleh orangtuanya: berjalan, berbicara dan berdoa. Dengan demikian, Ia memilih untuk memberikan kepada Maria kuasa atas Diri-Nya yang hanya dapat dinyatakan dengan cinta. Katolik percaya bahwa dalam memilih ibunda-Nya, Putra Allah memilih untuk memberikan kepadanya kuasa atas kehendak-Nya, yang karena kasih senantiasa dimiliki oleh seorang ibu yang baik bagi anaknya.

2. MARIA ADALAH BUNDA SELURUH UMAT MANUSIA.

Katolik percaya bahwa Putra Allah memilih untuk datang ke dunia melalui seorang ibunda agar ibunda-Nya itu dapat menerima pula segenap anak manusia yang berdosa sebagai saudara-saudari-Nya. Ia memberikan teladan bagaimana bunda-Nya harus dihormati dan dikasihi. Ia mempersiapkan bunda-Nya sebagai bunda seluruh umat manusia dengan memintanya untuk menanggung segala bentuk penderitaan yang mungkin, dan dengan demikian, mengajarkan kepadanya untuk menaruh belas kasihan pada segala bentuk penderitaan anak-anaknya. Jika ibunda-Nya itu adalah Bunda bagi Diri-Nya Sendiri, pastilah Ia membebaskannya dari penderitaan, oleh sebab Ia mempunyai kuasa untuk melakukannya dan karena Ia mencintai Bunda-Nya dengan kasih yang tak terbatas. Ia mengadakan mukjizat-Nya yang pertama di hadapan publik atas permintaan Bunda-Nya, dan menjelang ajal-Nya, Ia mengingatkan Bunda-Nya bahwa ia telah dipersiapkan sejak dari semula untuk menjadi bunda bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, Katolik percaya bahwa Maria pastilah dengan antusias menolong mereka, dalam pencobaan jiwa maupun badan, seperti layaknya seorang ibu dengan antusias mengusahakan kesejahteraan bagi anaknya.

Rosario yang didaraskan umat Katolik merupakan ungkapan kepercayaan mereka terhadap kedua kebenaran di atas. Umat Katolik yakin bahwa jika Maria berbicara kepada Putra Ilahi-nya bagi mereka, tak perlu diragukan lagi mereka pasti akan menerima jawab atas doa-doa mereka.

Imprimi Potest: John N. McCormick, C.SS.R.
Provincial, St. Louis Province
Redemptorist Fathers, May 2, 1960

Imprimatur: + Joseph E. Ritter, Archbishop of St. Louis,
May 5, 1960

sumber : “Why Catholics Pray to the Blessed Virgin Mary”; www.catholictradition.org

Mengapa Kita Menghormati Bunda Maria

Mengapa Kita Menghormati Bunda Maria?

Sepanjang bulan Mei, Gereja meminta kita untuk memberi perhatian secara lebih istimewa kepada Santa Perawan Maria, Bunda Allah. Bunda Maria sangat berarti bagi kita karena beberapa alasan:

MARIA, GADIS YAHUDI

Pertama-tama karena Bunda Maria adalah Bunda Yesus. Maria adalah seorang gadis belia, mungkin usianya masih belasan tahun, ketika ia menjadi Bunda Yesus.

Kemungkinan besar Maria dilahirkan di kota Sepphoris, yang terletak di sebelah utara Palestina. Sepphoris adalah sebuah kota besar di mana bangsa Yahudi dan bangsa Romawi hidup berdampingan dengan damai. Sepphoris merupakan ibu kota Galilea. Kota itu memiliki banyak rumah yang indah dan bahkan sebuah gedung teater yang besar. Sepphoris hancur luluh dilanda gempa bumi besar ketika Maria masih kanak-kanak. Jadi keluarga Maria pindah beberapa mil jauhnya ke Nazareth, sebuah dusun kecil yang berpenduduk hanya 150 hingga 300 orang.

“Nazareth” dalam bahasa Ibrani mempunyai dua arti yang berbeda. Nazareth bisa berarti “lili, bunga bakung” yang merupakan simbol kehidupan, dapat juga berarti “keturunan”. Keluarganya berasal dari keturunan Raja Daud. Baik itu artinya bunga bakung ataupun keturunan, Nazareth adalah nama yang indah bagi tempat tinggal Maria. Di sanalah Maria bertemu dengan Yusuf, seorang tukang kayu. Kemungkinan Yusuf tidak jauh lebih tua dari Maria. Mereka pun bertunangan. Biasanya, masa pertungangan berlangsung selama satu tahun atau lebih. Si gadis akan menenun dan melakukan pekerjaan rumah tangga, sementara sang pria akan membangun rumah tempat tinggal mereka. Kisah selanjutnya kita baca setiap tahun pada hari Natal.

MARIA, BUNDA ALLAH

Kita tidak boleh lupa bahwa Yesus adalah sungguh Allah. Yesus juga sungguh Manusia, dan Ia bangga menjadi manusia. Yesus sering menyebut diri-Nya, “Anak Manusia.” Dalam bahasa Ibrani ungkapan tersebut berarti “manusia”. Karena Yesus tidak dapat dibagi menjadi dua: Yesus yang Allah dan Yesus yang Manusia, maka bunda-Nya juga disebut Bunda Allah.

MARIA, BUNDA KITA

Menjelang ajal-Nya di salib, Yesus memberikan Bunda Maria kepada kita untuk menjadi bunda kita juga. Yesus melakukannya ketika Ia menyerahkan Bunda Maria ke dalam pemeliharaan St. Yohanes, Rasul. Yesus berkata, " Inilah ibumu." Artinya Tuhan telah mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya sendiri. Ingatlah, ketika Yesus bangkit dari antara orang mati, Ia berkata, “Aku akan pergi kepada Allah-Ku dan Allah-mu, kepada Bapa-Ku dan Bapa-mu.” Jadi kita mempunyai Bapa dan Bunda yang sama dengan Yesus. Dengan demikian kita semua menjadi saudara dan saudari-Nya. Kita semua merupakan suatu keluarga yang mengagumkan!

Tunjukkanlah hormatmu kepada Bunda Maria. Ia membawa kita kepada Putera-nya, Yesus.

sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
Penampakan: Haruskah Percaya?

oleh: P. William P. Saunders *

Lourdes (1858) La Salette (1846)

Baru-baru ini saya berziarah ke Lourdes. Kepada seorang teman, saya menceritakan kisah penampakan Santa Perawan Maria kepada St Bernadette, tetapi ia mengatakan, “Kau tidak sungguh-sungguh percaya akan semua cerita itu kan?” Tentu saja saya percaya, tetapi apakah orang Katolik harus percaya akan penampakan Bunda Maria di Lourdes?
~ seorang pembaca di Arlington

Gereja Katolik membedakan antara wahyu umum dan wahyu pribadi. Wahyu umum didefinisikan sebagai berikut: Tuhan, dalam kebajikan dan kebijaksanaan-Nya yang tak terhingga, memilih untuk menyatakan DiriNya kepada umat manusia. Sesuai dengan rencana keselamatan Allah, Yesus Kristus - sungguh Allah yang menjadi sungguh manusia, Sabda Allah yang berinkarnasi - dalam persatuan dengan Roh Kudus, secara sempurna dan sepenuhnya menyatakan Bapa kepada kita. St Paulus dalam surat kepada orang Ibrani (1:1-3) mengajarkan dengan tepat definisi ini, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.”

Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi dari Konsili Vatikan II (No. 4) secara khusus memaklumkan, “Setelah berulang kali dan dengan berbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para Nabi, `akhirnya pada zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera' (Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus PuteraNya, yakni sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh 1:1-18). Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai `manusia kepada manusia', `menyampaikan sabda Allah' (Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan oleh Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36; 17:4). Oleh karena itu Dia - barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (1ih. Yoh 14:9) - dengan segenap kehadiran dan penampilan-Nya, dengan sabda maupun karya-Nya, dengan tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat-Nya, namun terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya penuh kemuliaan dari maut, akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran, menyelesaikan wahyu dengan memenuhinya, dan meneguhkan dengan kesaksian ilahi, bahwa Allah menyertai kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa serta maut, dan untuk membangkitkan kita bagi hidup kekal. Adapun tata keselamatan Kristiani, sebagai perjanjian baru dan tetap, tidak pernah akan lampau; dan sama sekali tidak boleh dinantikan lagi wahyu umum yang baru, sebelum Tuhan kita Yesus Kristus menampakkan Diri dalam kemuliaan-Nya (lih.1Tim 6:14 dan Tit 2:13).”

Wahyu yang telah Tuhan berikan kepada semua orang sepanjang segala abad ini dipelihara dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci. Kitab Suci adalah Sabda Tuhan yang dicatat dalam tulisan oleh penulis manusia dengan inspirasi dari Roh Kudus; tak akan ada kitab atau ayat yang akan ditambahkan ataupun dikurangkan dari Kitab Suci. Tradisi Suci adalah warisan Sabda Allah, yang dipercayakan Yesus kepada para rasul; para rasul dan penerus mereka, dengan dibimbing dan diterangi Roh Kudus, yang disebut Kristus sebagai Roh Kebenaran, telah memelihara, menjelaskan dan mewartakannya dengan setia. Salah satu contoh Tradisi Suci adalah Kredo Nicea. Keduanya, Kitab Suci dan Tradisi Suci, membentuk satu warisan wahyu ilahi, “sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama” (Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi, No. 9).

Dalam definisi-definisi di atas, suatu poin penting digarisbawahi, “Walaupun wahyu itu sudah selesai, namun isinya sama sekali belum digali seluruhnya; masih merupakan tugas kepercayaan umat Kristen, supaya dalam peredaran zaman lama-kelamaan dapat mengerti seluruh artinya (Katekismus Gereja Katolik, No. 66; bdk juga No. 74-83). Di sinilah terletak peran Magisterium sebagai pelindung, penafsir dan guru yang otentik dari wahyu ilahi, dengan dibimbing dan dihindarkan dari salah oleh Roh Kudus. Segenap umat beriman Katolik wajib menerima kebenaran-kebenaran yang dinyatakan ini dengan iman ilahi. Menyangkalnya berarti sesat; misalnya menyangkal misteri inkarna si Tuhan kita, kehadiran nyata Tuhan kita dalam Ekaristi Kudus, ataupun adanya neraka.

Dengan dasar pemahaman yang kokoh tentang wahyu umum ini, sekarang kita bertolak ke wahyu pribadi dan pertanyaan di atas. Selama berabad-abad, pribadi-pribadi tertentu dianugerahi wahyu pribadi oleh Tuhan, yaitu pesan yang hanya disampaikan kepada mereka. Sebagai contoh, para kudus berikut menerima pesan-pesan khusus dari Tuhan kita: St. Hildegarde (wafat 1179), St. Gertrude (wafat 1301), St. Birgitta dari Swedia (wafat 1373), St. Katarina dari Siena (wafat 1380), St. Vincentius Ferrer (wafat 1419), St. Theresia dari Avila (wafat 1582), St. Yohanes dari Salib (wafat 1591), dan St. Margareta Maria Alacoque (wafat 1690). Berbagai penampakan Santa Perawan Maria juga merupakan wahyu pribadi, di mana Bunda Maria berbicara atas nama Putranya; beberapa dari antaranya yang paling terkenal adalah di Guadalupe (1531), Rue du Bac (1830), La Salette (1846), Lourdes (1858), Pontmain (1871), dan Fatima (1917).

Walau Gereja mengakui wahyu-wahyu pribadi ini dan membenarkan isi pesan-pesan yang disampaikan, namun wahyu-wahyu pribadi ini tidak menambah ataupun melengkapi warisan iman. Berdasarkan keadaan Gereja pada saat wahyu pribadi disampaikan, pesan-pesan tersebut hanya mengilhami orang untuk hidup lebih taat dan setia, serta mendorong orang untuk semakin mendekatkan diri pada Kristus.

Sebagai contoh, pada tahun 1983, dalam ziarahnya ke Fatima, Paus Yohanes Paulus II menyatakan, “Gereja telah senantiasa mengajarkan dan akan terus memaklumkan bahwa wahyu ilahi mencapai kepenuhannya dalam Yesus Kristus, yang adalah kepenuhan dari wahyu itu dan bahwa `sama sekali tidak boleh dinantikan lagi wahyu umum yang baru, sebelum Tuhan kita Yesus Kristus menampakkan Diri dalam kemuliaan-Nya' (Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi, No. 4). Gereja mengevaluasi dan menilai wahyu-wahyu pribadi menurut kriteria keselarasannya dengan Wahyu yang satu itu. Jika Gereja menerima pesan-pesan Fatima, di atas segalanya adalah karena pesan-pesan yang disampaikan mengandung suatu kebenaran dan suatu panggilan yang intinya adalah kebenaran dan panggilan dari Injil itu sendiri.” Pada pokoknya, Bapa Suci menekankan bahwa wahyu pribadi di Fatima tidak menambah, tidak bertentangan, ataupun mengurangi warisan wahyu yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci; walau demikian, sungguh wahyu pribadi ini menggerakkan umat beriman untuk memberikan perhatian dan mengamalkan pesan warisan wahyu itu.

Sebagai contoh, penampakan Tuhan kita kepada St. Margareta Maria Alacoque di mana Yesus menunjukkan HatiNya yang Mahakudus dan menyampaikan Duabelas Janji kepadanya. Walau penampakan ini diselidiki dengan seksama dan dinilai dapat dipercaya, namun kita patut ingat bahwa devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus berakar dari Kitab Suci sendiri, disajikan dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja, dan diajarkan banyak orang baik sebelum maupun sesudah St. Margareta Maria. Hal ini dengan terang dan jelas ditekankan dalam ensiklik Paus Pius XII “Haurietis aquas” (1956) yang sangat indah mengenai devosi yang pantas kepada Hati Yesus yang Mahakudus. Seorang beriman Katolik wajib memiliki penghormatan yang saleh kepada Hati Yesus yang Mahakudus, entah apakah ia secara pribadi menerima, meragukan ataupun menolak wahyu-wahyu pribadi yang disampaikan Tuhan kepada St. Margareta Maria.

Beberapa hal penting patut diperhatikan menyangkut wahyu-wahyu pribadi. Pertama, wahyu-wahyu pribadi tidak menambah ataupun melengkapi warisan wahyu ilahi dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci. Wahyu pribadi tidak pernah boleh disejajarkan dengan Kitab Suci dan Tradisi Suci. Gereja senantiasa memperingatkan umat beriman terhadap antusiasme rohani yang meluap atas wahyu pribadi yang demikian hingga melalaikan Kitab Suci dan Tradisi Suci.

Kedua, Magisterium harus dengan cermat dan seksama memeriksa semua wahyu-wahyu pribadi. Karena wahyu pribadi ini dianugerahkan kepada pribadi-pribadi tertentu, maka ada kemungkinan terjadi kesalahan manusiawi, ilusi dan distorsi (= penyimpangan) dalam melaporkan atau mengingat. Sejujurnya, perlu dipertimbangkan juga kemungkinan tindakan setan, sebab setan bahkan mempergunakan apa-apa yang tampaknya baik untuk menarik orang dari Tuhan.

Ketiga, pengakuan yang diberikan Gereja terhadap suatu wahyu pribadi berarti bahwa wahyu pribadi tersebut tidak bertentangan dengan warisan wahyu dalam hal iman ataupun moral, bahwa isinya dapat disebarluaskan, dan bahwa umat beriman dapat mempercayainya dengan hati-hati dan bijaksana. Jika Gereja belum secara resmi mengakui suatu wahyu pribadi, berhati-hatilah. Jika Gereja telah memaklumkan bahwa suatu wahyu pribadi tidak benar dan bertentangan dengan iman, baiklah kita menjauhkan diri darinya.

Keempat, bahkan jika Gereja telah memberikan pengakuan resmi terhadap suatu wahyu pribadi, umat beriman tidak wajib mempercayai wahyu pribadi tersebut. Seorang beriman Katolik dipanggil untuk meyakini iman sesuai warisan iman dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci.

Dalam budaya spiritualitas “peradaban baru” di mana kita hidup, umat beriman Katolik patut memfokuskan diri pada bacaan-bacaan: pertama dan terutama, Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik; dan kedua, tulisan-tulisan para kudus yang telah diakui. Apabila timbul suatu kegemparan akibat berita adanya penampakan-penampakan atau fenomena rohani lainnya, patut kita ingat hal ini, “Konsumen waspadalah!”

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College.

sumber : “Straight Answers: Apparitions and Dogmas” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Tertidurnya Maria

oleh: P. William P. Saunders *

Saya menyetel Channel 118 untuk mengikuti program Rosario. Ketika imam sampai pada misteri keempat, “Maria Diangkat ke Surga,” mereka memperlihatkan pemandangan sebuah gereja di Israel yang diberi nama “Tertidurnya Maria.” Di sana terdapat sebuah patung Bunda Maria yang tertidur dan sebuah makam kosong. Saya belum pernah mendengar tentang tertidurnya Maria. Mohon penjelasan.
~ seorang pembaca ACH

Istilah “Tertidurnya Maria” (bahasa Latin “dormire” artinya tidur) dapat menyesatkan sebab seolah lebih terfokus pada wafat dan pemakaman Bunda Maria. Keyakinan seputar tertidurnya Maria pada hakekatnya berhubungan dengan diangkatnya Santa Perawan Maria, badan dan jiwa, ke surga. Dengan jawaban pendahuluan seperti di atas, kita perlu meninjau kembali Dogma Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga dan bagaimana dogma ini berhubungan dengan “Tertidurnya Maria”.

Memang, peristiwa Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga tidak dicatat dalam Kitab Suci. Sebab itu, banyak kaum fundamentalis yang menafsirkan Kitab Suci secara harafiah akan mengalami kesulitan dalam memahami keyakinan ini. Namun demikian, pertama-tama kita patut berdiam diri dan merenungkan peran Bunda Maria dalam misteri keselamatan, sebab inilah yang menjadi dasar dari keyakinan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Kita percaya teguh bahwa sejak dari awal mula perkandungannya, karena kasih karunia istimewa dari Allah Yang Mahakuasa, Maria bebas dari segala noda dosa, termasuk dosa asal. Malaikat Agung St Gabriel mengenali Maria sebagai “penuh rahmat,” “terpuji di antara perempuan,” dan “bersatu dengan Tuhan.” Maria telah dipilih untuk menjadi Bunda Juruselamat kita. Dari kuasa Roh Kudus, ia mengandung Tuhan kita, Yesus Kristus, dan melalui dia, sungguh Allah menjadi juga sungguh manusia, “Sabda itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14).

Sepanjang masa hidupnya, walau catatan dalam Injil amat terbatas, Maria senantiasa menghadirkan Tuhan kita kepada yang lain: kepada Elisabet dan puteranya, Yohanes Pembaptis, yang melonjak kegirangan dalam rahim ibundanya atas kehadiran Tuhan yang masih berada dalam rahim BundaNya; kepada para gembala yang sederhana dan juga kepada para majus yang bijaksana; pula kepada warga Kana ketika Tuhan kita meluluskan kehendak BundaNya dan melakukan mukjizat-Nya yang pertama. Terlebih lagi, Maria berdiri di kaki salib bersama Putranya, memberi-Nya dukungan dan berbagi penderitaan dengan-Nya lewat kasihnya seperti yang hanya dapat diberikan oleh seorang ibunda. Dan akhirnya, Maria ada bersama para rasul pada hari Pentakosta ketika Roh Kudus turun dan Gereja dilahirkan. Sebab itu, masing-masing dari kita dapat melihat serta merenungkan Maria sebagai hamba Allah yang setia, yang ikut ambil bagian secara intim dalam kelahiran, kehidupan, wafat dan kebangkitan Tuhan kita.

Karena alasan-alasan ini, kita percaya bahwa janji Tuhan yang diberikan kepada setiap kita akan keikutsertaan dalam hidup yang kekal, termasuk kebangkitan badan, digenapi dalam diri Maria. Sebab Maria bebas diri dosa asal dan segala konsekuensinya (salah satunya adalah kerusakan badan setelah kematian), sebab ia ikut ambil bagian secara intim dalam hidup Tuhan dan dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, dan sebab ia ada saat Pentakosta, maka model dari pengikut Kristus ini sungguh pantas ikut ambil bagian dalam kebangkitan badan dan kemuliaan Tuhan di akhir hidupnya.

Berdasarkan pemahaman ini, Paus Pius XII dengan khidmad memaklumkan dalam Munificentissimus Deus tanggal 1 November 1950, bahwa “Bunda Allah yang Tak Bernoda Dosa, Maria yang tetap perawan selamanya, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya.” Patut dicatat bahwa definisi khidmad tersebut tidak menjelaskan apakah Maria wafat secara fisik sebelum diangkat ke surga atau langsung diangkat ke surga; hanya dikatakan, “Maria, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia ….”

Jadi apakah Bunda Maria wafat terlebih dahulu sebelum diangkat ke surga? Apakah ia “tertidur”? Apakah ia dimakamkan? Gereja tidak mengikat kita pada suatu jawab tertentu sebab tradisi mengenainya kurang jelas. Dalam suatu kumpulan kisah apokrif berjudul Transitus Mariae (Perjalanan Maria), yang dianggap sebagai tulisan Uskup St. Melito dari Sardis (wafat ±thn 200), Bunda Maria wafat dihadapan para rasul di Yerusalem, dan kemudian menurut kisah tersebut, tubuhnya menghilang begitu saja, atau dimakamkan dan kemudian menghilang.

St Yohanes Damaskus (wafat 749) juga menuliskan suatu kisah yang menarik sehubungan dengan SP Maria Diangkat ke Surga, “St Juvenal, Uskup Yerusalem, dalam Konsili Kalsedon (451), memberitahukan kepada Kaisar Marcian dan Pulcheria, yang ingin memiliki tubuh Bunda Allah, bahwa Maria wafat di hadapan segenap para rasul, tetapi bahwa makamnya, ketika dibuka atas permintaan St Thomas, didapati kosong; dari situlah para rasul berkesimpulan bahwa tubuhnya telah diangkat ke surga.”

Namun demikian, kisah-kisah ini janganlah lebih diutamakan dari dasar teologis mengenai keyakinan kita akan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Sebaliknya, patutlah kita ingat bahwa para Bapa Gereja membela dogma SP Maria Diangkat ke Surga dengan dua alasan: Sebab Maria bebas dari noda dosa dan tetap perawan selamanya, ia tidak mengalami kerusakan badan, yang adalah akibat dari dosa asal, setelah wafatnya. Juga, jika Maria mengandung Kristus dan memainkan peran yang akrab mesra sebagai BundaNya dalam penebusan manusia, maka pastilah juga ia ikut ambil bagian badan dan jiwa dalam kebangkitan dan kemuliaan-Nya.

Namun demikian, kisah-kisah saleh mempopulerkan istilah “tertidur,” merenungkan bahwa Maria di akhir hidupnya “tertidur” dan kemudian diangkat ke dalam kemuliaan surga. Kaisar Byzantine Mauritius (582-602) menetapkan perayaan Tertidurnya Santa Perawan Maria pada tanggal 15 Agustus bagi Gereja Timur demi memperingati wafat dan diangkatnya Santa Perawan Maria ke surga. (Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa perayaan ini telah tersebar luas sebelum Konsili Efesus pada tahun 431.) Pada akhir abad keenam, Gereja Barat juga merayakannya dengan nama SP Maria Diangkat ke Surga.

Entah kita mempergunakan istilah “tertidur” atau “diangkat ke surga,” keyakinan dasarnya tetap sama. Katekismus, dengan mengutip Liturgi Byzantine, memaklumkan, “Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Putranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain. `Pada waktu persalinan engkau tetap mempertahankan keperawananmu, pada waktu meninggal, engkau tidak meninggalkan dunia ini, ya Bunda Allah. Engkau telah kembali ke sumber kehidupan, engkau yang telah menerima Allah yang hidup dan yang akan membebaskan jiwa-jiwa kami dari kematian dengan doa-doamu'” (No 966).

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga memberikan kepada masing-masing kita pengharapan besar sementara kita merenungkan satu sisi ini dari Bunda Maria. Maria menggerakkan kita dengan teladan dan doa agar bertumbuh dalam rahmat Tuhan, agar berserah pada kehendak-Nya, agar mengubah hidup kita melalui kurban dan penitensi, dan mencari persatuan abadi dalam kerajaan surga. Pada tahun 1973, Konferensi Waligereja Katolik dalam surat “Lihatlah Bundamu” memaklumkan, “Kristus telah bangkit dari mati; kita tidak membutuhkan kepastian lebih lanjut akan iman kita ini. Maria diangkat ke surga lebih merupakan suatu pengingat bagi Gereja bahwa Tuhan kita menghendaki agar mereka semua yang telah diberikan Bapa kepada-Nya dibangkitkan bersama-Nya. Dalam Maria diangkat ke dalam kemuliaan, ke dalam persatuan dengan Kristus, Gereja melihat dirinya menjawab undangan dari Mempelai surgawi.”

* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College in Alexandria and pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls.

sumber : “Straight Answers: The Dormition of Mary” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2001 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com