Rabu, 10 September 2008

BAB ENAM

PEMBINAAN UNTUK MERASUL

28. (Perlunya pembinaan untuk merasul)
Kerasulan hanya dapat mencapai kesuburan yang sepenuhnya, bila ada pembinaan yang bersifat aneka dan lengkap. Pembinaan itu dituntut bukan saja supaya awam sendiri tetap harus berkembang dalam hidup rohani dan pengetahuan ajaran, melainkan juga karena usaha-usahanya harus disesuaikan dengan bermacam-macam situasi, orang-orang, dan tugas-tugas. Pembinaan untuk kerasulan itu harus dilandasi dasar-dasar, yang oleh Konsili suci ini telah dinyatakan dan diuraikan dalam dokumen-dokumen lain[ [46]]. Selain itu pembinaan yang diperuntukkan bagi semua orang kristiani, karena keaneka-ragaman orang-orang dan keadaan-keadaan maka tidak sedikitlah bentuk-bentuk kerasulan, yang memerlukan pembinaan yang khusus juga.

29. (Dasar-dasar pembinaan awam untuk kerasulan)
Kaum awam ikut serta menunaikan perutusan Gereja dengan cara mereka sendiri. Maka pembinaan mereka untuk kerasulan juga mendapat cirinya yang istimewa dari sifat sekuler (keduniaan) serta corak hidup rohani yang khas bagi status awam.
Pembinaan itu kerasulan mengandaikan suatu pembinaan manusiawi yang utuh dan sesuai dengan watak-perangai serta situasi-situasi masing-masing. Sebab seorang awam, yang mengenal dunia zaman sekarang dengan baik, harus menjadi anggota yang sungguh berintegrasi dalam masyarakat serta kebudayaan sendiri.
Akan tetapi seorang awam hendaknya pertama-tama belajar menjalankan perutusan Kristus dan Gereja, dengan hidup dari iman akan misteri ilahi penciptaan dan penebusan, lagi pula digerakkan oleh Roh Kudus yang menghidupkan Umat Allah, dan yang mendorong semua orang untuk mencintai Allah Bapa dan dunia serta orang-orang dalam Dia. Pembinaan itu harus dipandang sebagai dasar dan syarat setiap kerasulan yang subur.
Kecuali pembinaan rohani diperlukan pendidikan pengetahuan yang tangguh, yakni dibidang teologi, etika dan filsafat, sesuai dengan usia, situasi hidup dan bakat-kemampuan yang bermacam-macam. Lagi pula janganlah diabaikan pentingnya tingkat hidup budaya yang umum beserta pendidikan praktis dan teknis.
Untuk memelihara hubungan-hubungan antar-manusia yang baik perlulah nilai-nilai sungguh manusiawi dikembangkan, terutama seni bergaul dan bekerja sama secara persaudaraan, dan mengadakan dialog.
Tetapi, karena pembinaan untuk kerasulan tidak dapat hanya terdiri dari pengajaran teoritis melulu, hendaknya awam setapak demi setapak dan dengan bijaksana, sejak awal pembinaannya, belajar memandang, menilai serta menjalankan segalanya dalam cahaya iman, melalui kegiatannya membina serta menyempurnakan diri bersama orang-orang lain, dan dengan demikian secara aktif memulai pengabdiannya kepada Gereja[ [47]]. Pembinaan itu selalu disempurnakan, karena pribadi manusia semakin menjadi dewasa dan karena perkembangan masalah-persoalan, dan menuntut mutu pengetahuan yang semakin tinggi serta kegiatan yang menanggapi situasi. Dalam memenuhi semua persyaratan untuk pembinaan kesatuan dan keutuhan pribadi manusia harus selalu diperhatikan, sehingga keselarasan dan keseimbangannya tetap terjamin dan ditingkatkan.
Demikianlah awam secara mendalam dan penuh semangat mengintegrasikan diri ke dalam kenyataan dunia sekarang, dan dengan tepat guna menerima perannya dalam mengurusi perkara-perkaranya, pun sekaligus sebagai anggota yang hidup serta saksi Gereja menghadirkan serta mengaktifkannya di pangkuan kenyataan-kenyataan dunia ini[ [48]].

30. (Mereka yang wajib membina sesama untuk kerasulan)
Pembinaan untuk kerasulan harus mulai sejak awal anak-anak. Tetapi secara istimewa hendaknya para remaja dan kaum muda diperkenalkan dengan kerasulan, dan diresapi semangatnya. Selama hidup pembinaan itu harus disempurnakan, sejauh tugas-tugas baru yang diterima menuntutnya. Maka jelaslah bahwa mereka yang bertugas dalam pendidikan kristiani juga terikat oleh kewajiban untuk memberi pembinaan bagi kerasulan.
Merupakan tugas orang tua dalam keluarga: menyiapkan hati anak-anak mereka sejak kecil untuk mengenali cinta kasih Allah terhadap semua orang, serta mengajar mereka demi sedikit, terutama dengan teladan, untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan jasmani maupun rohani sesama. Jadi seluruh keluarga dan kebersamaan hidupnya menjadi bagaikan masa persiapan untuk kerasulan.
Disamping itu anak-anak hendaknya dididik, supaya melampaui lingkup keluarga, dan membuka hati bagi jemaat-jemaat gerejawi maupun masyarakat duniawi. Hendaknya mereka ditampung dalam jemaat setempat paroki sedemikian rupa, sehingga disitu mereka memperoleh kesadaran, bahwa mereka merupakan anggota yang hidup dan aktif Umat Allah. Hendaklah para imam dalam katekese dan pelayanan sabda, dalam bimbingan rohani, dan dalam pelayanan-pelayanan pastoral lainnya memperhatikan pembinaan untuk kerasulan.
Begitu pula merupakan tugas mereka yang berkecimpung dalam bidang pendidikan di sekolah-sekolah, di kolese-kolese dan lembaga-lembaga katolik lainnya: memupuk semangat katolik dan kegiatan merasul di kalangan kaum muda. Bila pembinaan itu tidak ada, entah karena kaum muda tidak mengunjungi sekolah-sekolah itu, atau karena sebab-sebab lain, para orangtua dan gembala jiwa, begitu pula persekutuan-persekutuan kerasulan, hendaknya semakin mengusahakan pembinaan itu. Adapun para guru dan para pendidik, yang karena panggilan serta tugas mereka menjalankan bentuk kerasulan awam yang luhur, hendaknya berbekalkan pengetahuan yang diperlukan dan kecakapan untuk mendidik, sehingga mampu memberi pembinaan itu dengan tepat-guna.
Begitu juga kelompok-kelompok dan persekutuan-persekutuan awam, yang mengejar tujuan kerasulan atau tujuan-tujuan adikodrati lainnya, harus dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus mengembangkan pembinaan untuk kerasulan sesuai dengan tujuan dan coraknya sendiri[ [49]]. Himpunan-himpunan itu sering merupakan jalan yang biasa untuk pembinaan yang cocok bagi kerasulan. Sebab disitu diberi pembinaan pengetahuan, rohani dan praktis. Para anggotanya bersama dengan teman-teman dan sahabat-sahabat mereka dalam kelompok-kelompok kecil mempertimbangkan cara-cara dan buah hasil usaha-usaha kerasulan mereka, dan membandingkan cara hidup mereka sehari-hari dengan Injil.
Pembinaan semacam itu harus di atur sedemikian rupa, sehingga seluruh kerasulan awam ikut dipertimbangkan. Kerasulan itu harus dijalankan bukan saja diantara kelompok-kelompok dalam persekutuan-persekutuan sendiri, tetapi juga dalam segala situasi selama hidup, terutama dalam hidup profesional dan sosial. Bahkan setiap anggota harus dengan tekun menyiapkan diri untuk kerasulan, dan itu lebih mendesak pada usia dewasa. Sebab sementara umur bertambah, jiwa manusia menjadi lebih terbuka, dan dengan demikian setiap orang dapat lebih cermat mengenali bakat-bakat, yang oleh Allah dilimpahkan atas jiwanya; ia dapat dengan lebih subur mengamalkan karisma-karisma, yang oleh Roh Kudus dikurniakan kepadanya demi kesejahteraan saudara-saudaranya.

31. (Penyesuaian pembinaan dengan pelbagai bentuk kerasulan)
Pelbagai bentuk kerasulan secara khusus pula menuntut pembinaan yang sesuai.
a) Mengenai kerasulan untuk mewartakan Injil kepada sesama dan menguduskan mereka, para awam perlu menerima pembinaan khusus untuk mengadakan wawancara dengan orang-orang lain, entah beriman atau tidak, untuk mengungkapkan amanat kristus kepada semua orang[ [50]].
Adapun zaman sekarang ini materialisme dalam aneka coraknya tersebar luas dimana-mana, juga dikalangan katolik, khususnya pokok-pokok yang sedang diperdebatkan . Selain itu, menghadapi bentuk materialisme mana pun juga hendaknya mereka menampilkan kesaksian hidup menurut Injil.
b) Mengenai pembaharuan tata-dunia sekarang ini secara kristiani, hendaknya kaum awam diberi penyuluhan tentang makna yang sesungguhnya dan nilai-nilai duniawi, baik dalam dirinya sendiri, maupun sehubungan dengan semua tujuan pribadi manusia. Hendaklah mereka dilatih dalam menggunakan hal-hal itu dengan tepat, dan dalam mengatur lembaga-lembaga, sambil selalu mengindahkan kesejahteraan umum menurut prinsip-prinsip ajaran moral dan sosial Gereja. Terutama azas-azas ajaran sosial serta kesimpulan-kesimpulannya hendaknya oleh awam dipelajari sedemikian rupa, sehingga mereka menjadi cakap, baik untuk memberikan sumbangan mereka sendiri demi pengembangan ajaran itu, maupun untuk dengan cermat menerapkannya pada masing-masing kejadian[ [51]].
c) Karena amal cinta kasih dan belaskasihan menampilkan kesaksian hidup kristiani yang cemerlang, pembinaan kerasulan juga harus mendorong untuk menjalankan amal kasih itu. Dengan demikian Umat beriman kristiani sejak kecil belajar berbagi duka derita dengan sesama, dan dengan kebesaran jiwa meringankan beban mereka yang menderita kekurangan[ [52]].

32. (Upaya-upaya yang digunakan)
Bagi para awam yang membaktikan diri dalam kerasulan sudah tersedia banyak upaya-upaya, yakni: sidang-sidang, kongres-kongres, rekoleksi, latihan rohani, pertemuan yang sering diadakan , konferensi-konferensi, buku-buku, komentar-komentar, untuk memperdalam pengetahuan Kitab suci dan ajaran katolik, untuk memupuk hidup rohani dan memahami situasi dunia, begitu pula untuk menemukan dan mengembangkan metode-metode yang sesuai[ [53]].
Upaya-upaya pembinaan itu memperhitungkan pelbagai bentuk kerasulan di lingkungan-lingkungan, tempat kerasulan itu dijalankan.
Untuk tujuan itu telah didirikan pusat-pusat atau lembaga-lembaga pendidikan tinggi, yang telah memperbuahkan hasil-hasil yang amat baik.
Konsili suci ini bergembira atas usaha-usaha semacam itu, yang dibeberapa daerah telah berkembang dengan subur, dan menghimbau, supaya juga di tempat-tempat lain usaha-usaha dikembangkan menurut kebutuhan.
Kecuali itu segala bidang kerasulan hendaklah didirikan pusat-pusat dokumentasi dan studi bukan hanya di bidang teologi, melainkan juga di bidang antropologi, psikologi, sosiologi, dan metodologi, supaya lebih ditingkatkan lagi bakat-kemampuan kaum awam, pria maupun wanita, kaum muda maupun kaum dewasa.

AJAKAN

33. Maka kepada segenap kaum awam Konsili suci dalam Tuhan menyerukan dengan sangat, supaya mereka dengan suka rela, dengan jiwa besar, dengan hati yang siap-sedia menanggapi sapaan Kristus, yang justru sekarang ini dengan lebih mendesak mengundang mereka, dan supaya mereka mengikuti dorongan Roh Kudus. Hendaknya kaum muda menyadari, bahwa panggilan itu secara istimewa ditujukan kepada mereka, dan menyambutnya penuh kegembiraan dan dengan kebesaran jiwa. Sebab Tuhan sendiri melalui Konsili suci ini sekali lagi mengundang semua para awam, supaya mereka semakin erat bergabung dengan Diri-Nya, dan seraya mengenakan pada diri mereka sendiri cita rasa yang ada pada-Nya (lih. Flp 2:5), ikut serta menjalankan perutusan-Nya yang membawa keselamatan. Sekali lagi Tuhan mengutus mereka ke semua kota dan tempat yang akan dikunjungi-Nya sendiri (lih. Luk 10:1). Mereka diajak untuk – melalui bermacam-macam bentuk dan cara dalam satu kerasulan Gereja, yang tiada hentinya harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan zaman yang baru, - membawakan diri sebagai rekan-rekan sekerja-Nya, selalu giat dalam karya Tuhan (lih. 1Kor 15:58).

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini, berkenan kepada para Bapa Konsili suci. Dan Kami, atas kuasa Rasuli yang oleh Kristus diserahkan kepada kami, dalam Roh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yang terhormat, lagipula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkan dalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 18 bulan November tahun 1965.

Saya PAULUS
Uskup Gereja Katolik

(Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

Tidak ada komentar: