Selasa, 09 September 2008
Bunda Segala Bangsa
Santa Perawan Maria Bunda Segala Bangsa
"Aku menempatkan kakiku di atas dunia.
Aku akan menolong mereka dan memimpin
mereka menuju tujuan yang sejahtera!
Tetapi, mereka harus mendengarkan aku..."
Pesan Bunda Segala Bangsa 17 Oktober 1945
Lukisan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Segala Bangsa menggambarkan Maria sebagai
Penebus-serta, Pengantara dan Pembela segala bangsa.
Ia menempatkan kakinya di atas bola dunia di depan salib. Ia bersatu dengan
Gereja dan Salib. Itulah sebabnya Bunda Maria memperoleh karunia untuk
membagikan berkat-berkat salib kepada dunia.
Ketiga sinar yang memancar dari tangannya melambangkan rahmat,
penebusan serta perdamaian yang terus-menerus diterimanya dari salib.
Pada tanggal 25 Maret 1945, pada Hari Raya Kabar Sukacita,
seorang wanita sederhana bernama Ida Peerdeman yang tinggal bersama saudara-saudara
perempuannya di Amsterdam, Holland mendapat penampakan Bunda Maria.
Peristiwa ini merupakan awal dari serangkaian sekitar 60 penampakan yang berakhir
pada tanggal 31 Mei 1959 dan dikenal sebagai "Pesan-pesan Bunda Segala Bangsa".
Setelah pengumuman Dogma Maria Diangkat ke Sorga pada tahun 1950,
Bunda Maria menampakkan diri berdiri di atas bola dunia sebagai Bunda Segala Bangsa.
Bunda Maria memberi penjelasan mengenai gelarnya:
"Sebelum wafat-Nya, salah satu tindakan Tuhan Yesus adalah memberi semua bangsa
kepada Miriam atau Maria, menjadi Bunda Segala Bangsa.
Hal itu jelas dari kata-kata-Nya: 'Wanita, lihatlah anakmu. Anak, lihatlah ibumu'.
Dengan peristiwa ini, Miriam atau Maria menerima gelarnya yang baru ini".
(Pesan Bunda Maria 5 Oktober 1952).
"Suruh lukis gambarku ini dan bersama dengannya sebarluaskan doa yang aku ajarkan
kepadamu. Karena aku ingin menjadi Bunda Segala Bangsa dan karenanya aku rindu
agar doa ini diterjemahkan ke segala bahasa dan diucapkan setiap hari."
(Pesan Bunda Maria 4 Maret 1951).
Doa Yang Diajarkan oleh Bunda Segala Bangsa
Ya Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah Bapa,utuslah Roh-Mu ke seluruh dunia sekarang
ini juga.Biarlah Roh Kudus tinggal di dalam hati semua bangsasupaya kemerosotan,
malapetaka atau peperangan dijauhkan dari bangsa-bangsa.
Semoga Bunda Segala Bangsa, yaitu Santa Maria, menjadi Pembela kami. Amin.
"Aku menempatkan kakiku di atas dunia.
Aku akan menolong mereka dan memimpin
mereka menuju tujuan yang sejahtera!
Tetapi, mereka harus mendengarkan aku..."
Pesan Bunda Segala Bangsa 17 Oktober 1945
Lukisan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Segala Bangsa menggambarkan Maria sebagai
Penebus-serta, Pengantara dan Pembela segala bangsa.
Ia menempatkan kakinya di atas bola dunia di depan salib. Ia bersatu dengan
Gereja dan Salib. Itulah sebabnya Bunda Maria memperoleh karunia untuk
membagikan berkat-berkat salib kepada dunia.
Ketiga sinar yang memancar dari tangannya melambangkan rahmat,
penebusan serta perdamaian yang terus-menerus diterimanya dari salib.
Pada tanggal 25 Maret 1945, pada Hari Raya Kabar Sukacita,
seorang wanita sederhana bernama Ida Peerdeman yang tinggal bersama saudara-saudara
perempuannya di Amsterdam, Holland mendapat penampakan Bunda Maria.
Peristiwa ini merupakan awal dari serangkaian sekitar 60 penampakan yang berakhir
pada tanggal 31 Mei 1959 dan dikenal sebagai "Pesan-pesan Bunda Segala Bangsa".
Setelah pengumuman Dogma Maria Diangkat ke Sorga pada tahun 1950,
Bunda Maria menampakkan diri berdiri di atas bola dunia sebagai Bunda Segala Bangsa.
Bunda Maria memberi penjelasan mengenai gelarnya:
"Sebelum wafat-Nya, salah satu tindakan Tuhan Yesus adalah memberi semua bangsa
kepada Miriam atau Maria, menjadi Bunda Segala Bangsa.
Hal itu jelas dari kata-kata-Nya: 'Wanita, lihatlah anakmu. Anak, lihatlah ibumu'.
Dengan peristiwa ini, Miriam atau Maria menerima gelarnya yang baru ini".
(Pesan Bunda Maria 5 Oktober 1952).
"Suruh lukis gambarku ini dan bersama dengannya sebarluaskan doa yang aku ajarkan
kepadamu. Karena aku ingin menjadi Bunda Segala Bangsa dan karenanya aku rindu
agar doa ini diterjemahkan ke segala bahasa dan diucapkan setiap hari."
(Pesan Bunda Maria 4 Maret 1951).
Doa Yang Diajarkan oleh Bunda Segala Bangsa
Ya Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah Bapa,utuslah Roh-Mu ke seluruh dunia sekarang
ini juga.Biarlah Roh Kudus tinggal di dalam hati semua bangsasupaya kemerosotan,
malapetaka atau peperangan dijauhkan dari bangsa-bangsa.
Semoga Bunda Segala Bangsa, yaitu Santa Maria, menjadi Pembela kami. Amin.
Maria Tabut Perjanjian Baru
Maria sebagai Tabut perjanjian, Maria dikandung tanpa
Noda dosa (Immaculata) dan Maria diangkat ke Surga
Gelar Maria sebagai Tabut Perjanjian & Dogma Immaculata
St. Maria digelari tabut perjanjian. apakah ada dasarnya dalam kitab suci tentang hal tersebut? Pertama-tama marilah kita lihat apakah itu tabut perjanjian?
Tabut perjanjian adalah tempat untuk menyimpan 10 Perintah Allah. tabut perjanjian dibuat sebagus dan sebaik mungkin (lihatlah pada keluaran 25:10-22) lalu sesudah semua itu dilakukan Tuhan pun hadir dalam bentuk (dng tanda) awan (lihatlah pada keluaran 40:34) maka kesimpulannya untuk menaruh Firman Allah diperlukan tempat yang terbaik demikian halnya dengan Maria yang harus mengandung Yesus yang adalah Firman.
Maria di-identifikasi sebagai Tabut Perjanjian Baru (The Ark of the New Covenant) seperti bisa dilihat dalam ayat-ayat berikut ini:
Tabut Perjanjian yang berisi manna, tongkat harun dan loh batu: Ibrani 9:4 "Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian yang seluruhnya disalut dengan emas, di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian.
• Yesus adalah Roti yang turun dari Surga = Manna: Yohanes 6:32-35 "Maka kata Yesus kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari surga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia...Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi."
• Yesus adalah Imam Agung = Tongkat Harun: Ibrani 8:1 "Inti dari segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan tahta Yang Mahabesar di surga"
• Yesus adalah Sang Firman = 10 Perintah Allah: Yohanes 1:1 "Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah"
Seperti Daud berkata tentang tabut perjanjian, demikian pula Elizabeth berkata tentang Maria:
• 2 Samuel 6:9 "Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada Tuhan, lalu katanya: 'Bagaimana tabut Tuhan itu dapat sampai kepadaku?''
• Lukas 1:43 "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"
• Juga ada adegan dimana Daud melonjak-lonjak/menari gembira di depan tabut perjanjian dan pararelnya bisa ditemukan pada ayat Lukas 1:44 "Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan"
Wahyu 11:19 dan 12:1 "Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat." "Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya."
Dari uraian diatas Gereja Katolik percaya Maria dikandung tidak bernoda dosa asal karena Maria mengandung Yesus sang sabda yang menjadi Manusia (lihat pada yohanes 1:1-18) kita tahu bahwa Allah tidak mungkin bersatu dengan dosa karena Allah adalah Kudus (lihatlah pada Yes 6:3) dan jika kita tidak suci maka kita tidak akan melihat Allah (Ibrani 12:14) apalagi Maria yang harus mengandung Allah yang menjelma menjadi manusia. Pada Lukas 1:28 "engkau yang dikaruniai" menurut salah seorang Bapa Gereja yang bernama Origenes kata dikaruniai hanya diberikan kepada Maria hal itu dikarenakan Maria dibebaskan dari noda dosa sehingga ia layak menyandang gelar "yang dikaruniai" dosa asal dan dosa pribadi menghalangi orang untuk menerima Karunia sedangkan pada Maria mendapat gelar "yang dikaruniai" maka ini menunjukkan Maria dibebaskan dari noda dosa (saya sudah cek dari Konkordasi kitab suci memang kata dikaruniai hanya ada pada lukas 1:28) oleh sebab itulah Martin Luther (Tokoh Reformasi Protestan) mengatakan: "She is full of grace, proclaimed to be entirely without sin - something exceedingly great. For God's grace fills her with everything good and makes her devoid of all evil." (Personal {"Little"} Prayer Book, 1522). maka karena hal itu Gereja Katolik percaya Maria dipersiapkan dari awal mula untuk mengandung Yesus sang sabda, hal itu mungkin sekali karena sebelum kita lahir Allah sudah mengenal kita (lihatlah pada Yeremia 1:5) dan tentunya karena Maria akan mengandung sang Sabda tentunya Maria dipersiapkan sebaik mungkin oleh Allah sama halnya bila kita mengambil analogi dari tabut perjanjian dimana tabut perjanjian dipersiapkan dari awal (sebelum tabut itu terbentuk misalnya harus disepuh emas,dll) untuk menyimpan sabda Allah. Hal ini tidak bertentangan dengan Roma 3:23 karena Maria bebas dari noda Dosa juga karena Rahmat Penebusan dari Yesus Kristus yang akan dikandungnya jadi Maria memang tetap memerlukan penyelamat itulah makanya Maria berkata "hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," (lukas 1:47) ini menunjukkan bahwa Maria tetap butuh seorang penyelamat.
Tentang Maria diangkat ke Surga
Dalam Gereja Katolik St. Maria dipercaya diangkat ke Surga dengan jiwa & Raganya setelah meninggal dunia hal ini menjadi Dogma dalam Gereja Katolik yang dimaklumkan pada 1 November 1950 oleh Paus Pius XII. Dogma ini bukan sesuatu yang jatuh dari langit tetapi sudah lama hal ini dihayati dalam Tradisi Apostolik.
Bila kita mereview Dogma ini dalam Kitab Suci ini merupakan suatu hal yang panjang dan rumit sekali kita akan membahasnya dengan lebih jelas bila kita sudah memahami Dogma Maria Immaculata.
dalam Perjanjian Lama ada 2 orang yang kesurga tanpa mengalami kematian yakni Henokh & Elia. Jika Henokh dan Elia tidak dipersiapkan secara Khusus oleh Allah untuk mengandung Yesus dengan dibebaskan dari segala Noda dosa apalagi Maria yang sudah dipersiapkan secara Khusus. Henokh & Elia tidak mendapat gelar "yang dikaruniai"(Lukas 1:28) dapat diangkat ke Surga apalagi Maria yang mendapat Gelar itu. selain itu, St. Paulus dalam surat-suratnya juga menyatakan bahwa dimungkinkan adanya pengangkatan ke surga (bdk 1tes 4:17, 2kor 12:2). Jika demikian, mengapa Maria tidak mendapat kehormatan tersebut?
Dogma Maria diangkat ke Surga didasari karena ia dipersatukan erat dengan Puteranya "Dan suatu Pedang akan menembus jiwamu sendiri" (lukas 2:35) ini menunjukkan perasaan yang akan dialami Maria perihal Yesus yang di ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan ........ (Lukas 2:34) ini menunjukkan kedekatan antara Maria & Yesus demikian halnya ketika Yesus wafat, bangkit dan naik ke Surga. Maria juga mengalami kematian, tetapi dibangkitkan dengan jiwa & raganya untuk bersatu dengan Puteranya disurga itulah juga yang dialami oleh semua orang yang diselamatkan oleh Yesus (1 Tes 4:17) jadi Dogma Maria diangkat ke Surga menyatakan bahwa Maria mendahului semua orang lain menikmati keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus karena ia dipersatukan erat dengan Puteranya.
Dalam Wahyu 11:19 dikatakan "Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat." disini dinyatakan bahwa Tabut perjanjian berada didalam surga lalu Wahyu 12:1-6"Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya....." jelas disini adalah Maria dan wahyu 11:19 sambungannya langsung adalah Wahyu 12:1-dst jadi setelah terlihat tabut perjanjian-Nya maka ada kilat,dll sesudah itu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan.....dst....... ini menunjukkan bahwa tabut perjanjian ada di Surga dan tabut perjanjian itu adalah Maria jadi langsung atau tidak langsung Yohanes hendak mengatakan bahwa Maria ada di Sorga dengan Tubuhnya juga bukan hanya rohnya saja. mengapa? karena Tubuh Maria adalah Tabut perjanjian dimana Sang sabda yaitu Yesus yang menjelma menjadi Manusia dikandung ditubuhnya (lebih jelasnya baca uraian diatas tentang tabut perjanjian baru). lalu diperkuat dalam Wahyu 12:6 muncul kesan bahwa Maria memang disediakan suatu tempat oleh Allah dan bisa saja St. Yohanes hendak mengatakan bahwa Maria sesudah selesai segala tugasnya Maria diberi tempat Khusus.
itulah sebabnya Para Kudus pada masa awal kekristenan bersaksi:
• St. Gregory (594 AD), bishop of Tours, declared that "the Lord . . . commanded the body of Mary be taken in a cloud into paradise; where now, rejoined to the soul, Mary reposes with the chosen ones."
• St. Germaine I (+732 AD), Patriarch of Constantinople, speaks thusly to Mary, "Thou art . . . the dwelling place of God . . . exempt from all dissolution into dust."
• St. John Damascene asserted, "He who had been pleased to become incarnate (of) her . . . was pleased . . . to honor her immaculate and undefiled body with incorruption . . . prior to the common and universal resurrection."
Sampai sekarang, tidak pernah ditemukan kubur St. Maria. padahal kita tahu umat Kristen perdana sangat menghormati Maria, mustahil jika misalnya makam Bunda Maria tidak dijaga dan dilestarikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa apa yang terjadi pada Maria, dapat terjadi pada kita umat beriman. Maria adalah typos (model) Gereja. Maria Dikandung tanpa Noda Dosa karena dipersiapkan untuk menghadirkan Kristus melalui dirinya [lihat penjelasan tabut perjanjian] untuk menjalankan rencana penyelamatan Allah, kita menjadi bebas noda dosa (dosa asal dan dosa sebelum pembabtisan) pada saat pembabtisan [walaupun dalam perjalanan hidup sesudah pembabtisan kita dapat berbuat dosa kembali] untuk mempersiapkan kehadiran Yesus dalam diri kita sehingga dapat kita wartakan pada masyarakat sehingga benarlah yang dikatakan oleh Paulus “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Galatia 2:20). Maria Diangkat ke Surga setelah wafatnya, kitapun akan dibangkitkan pula dengan jiwa dan raga kita, kita akan mengenakan tubuh yang baru yang tidak akan binasa lagi (lih. 1Kor 15:50-54) setelah kita wafat.
Noda dosa (Immaculata) dan Maria diangkat ke Surga
Gelar Maria sebagai Tabut Perjanjian & Dogma Immaculata
St. Maria digelari tabut perjanjian. apakah ada dasarnya dalam kitab suci tentang hal tersebut? Pertama-tama marilah kita lihat apakah itu tabut perjanjian?
Tabut perjanjian adalah tempat untuk menyimpan 10 Perintah Allah. tabut perjanjian dibuat sebagus dan sebaik mungkin (lihatlah pada keluaran 25:10-22) lalu sesudah semua itu dilakukan Tuhan pun hadir dalam bentuk (dng tanda) awan (lihatlah pada keluaran 40:34) maka kesimpulannya untuk menaruh Firman Allah diperlukan tempat yang terbaik demikian halnya dengan Maria yang harus mengandung Yesus yang adalah Firman.
Maria di-identifikasi sebagai Tabut Perjanjian Baru (The Ark of the New Covenant) seperti bisa dilihat dalam ayat-ayat berikut ini:
Tabut Perjanjian yang berisi manna, tongkat harun dan loh batu: Ibrani 9:4 "Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian yang seluruhnya disalut dengan emas, di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian.
• Yesus adalah Roti yang turun dari Surga = Manna: Yohanes 6:32-35 "Maka kata Yesus kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari surga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia...Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi."
• Yesus adalah Imam Agung = Tongkat Harun: Ibrani 8:1 "Inti dari segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan tahta Yang Mahabesar di surga"
• Yesus adalah Sang Firman = 10 Perintah Allah: Yohanes 1:1 "Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah"
Seperti Daud berkata tentang tabut perjanjian, demikian pula Elizabeth berkata tentang Maria:
• 2 Samuel 6:9 "Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada Tuhan, lalu katanya: 'Bagaimana tabut Tuhan itu dapat sampai kepadaku?''
• Lukas 1:43 "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"
• Juga ada adegan dimana Daud melonjak-lonjak/menari gembira di depan tabut perjanjian dan pararelnya bisa ditemukan pada ayat Lukas 1:44 "Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan"
Wahyu 11:19 dan 12:1 "Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat." "Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya."
Dari uraian diatas Gereja Katolik percaya Maria dikandung tidak bernoda dosa asal karena Maria mengandung Yesus sang sabda yang menjadi Manusia (lihat pada yohanes 1:1-18) kita tahu bahwa Allah tidak mungkin bersatu dengan dosa karena Allah adalah Kudus (lihatlah pada Yes 6:3) dan jika kita tidak suci maka kita tidak akan melihat Allah (Ibrani 12:14) apalagi Maria yang harus mengandung Allah yang menjelma menjadi manusia. Pada Lukas 1:28 "engkau yang dikaruniai" menurut salah seorang Bapa Gereja yang bernama Origenes kata dikaruniai hanya diberikan kepada Maria hal itu dikarenakan Maria dibebaskan dari noda dosa sehingga ia layak menyandang gelar "yang dikaruniai" dosa asal dan dosa pribadi menghalangi orang untuk menerima Karunia sedangkan pada Maria mendapat gelar "yang dikaruniai" maka ini menunjukkan Maria dibebaskan dari noda dosa (saya sudah cek dari Konkordasi kitab suci memang kata dikaruniai hanya ada pada lukas 1:28) oleh sebab itulah Martin Luther (Tokoh Reformasi Protestan) mengatakan: "She is full of grace, proclaimed to be entirely without sin - something exceedingly great. For God's grace fills her with everything good and makes her devoid of all evil." (Personal {"Little"} Prayer Book, 1522). maka karena hal itu Gereja Katolik percaya Maria dipersiapkan dari awal mula untuk mengandung Yesus sang sabda, hal itu mungkin sekali karena sebelum kita lahir Allah sudah mengenal kita (lihatlah pada Yeremia 1:5) dan tentunya karena Maria akan mengandung sang Sabda tentunya Maria dipersiapkan sebaik mungkin oleh Allah sama halnya bila kita mengambil analogi dari tabut perjanjian dimana tabut perjanjian dipersiapkan dari awal (sebelum tabut itu terbentuk misalnya harus disepuh emas,dll) untuk menyimpan sabda Allah. Hal ini tidak bertentangan dengan Roma 3:23 karena Maria bebas dari noda Dosa juga karena Rahmat Penebusan dari Yesus Kristus yang akan dikandungnya jadi Maria memang tetap memerlukan penyelamat itulah makanya Maria berkata "hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," (lukas 1:47) ini menunjukkan bahwa Maria tetap butuh seorang penyelamat.
Tentang Maria diangkat ke Surga
Dalam Gereja Katolik St. Maria dipercaya diangkat ke Surga dengan jiwa & Raganya setelah meninggal dunia hal ini menjadi Dogma dalam Gereja Katolik yang dimaklumkan pada 1 November 1950 oleh Paus Pius XII. Dogma ini bukan sesuatu yang jatuh dari langit tetapi sudah lama hal ini dihayati dalam Tradisi Apostolik.
Bila kita mereview Dogma ini dalam Kitab Suci ini merupakan suatu hal yang panjang dan rumit sekali kita akan membahasnya dengan lebih jelas bila kita sudah memahami Dogma Maria Immaculata.
dalam Perjanjian Lama ada 2 orang yang kesurga tanpa mengalami kematian yakni Henokh & Elia. Jika Henokh dan Elia tidak dipersiapkan secara Khusus oleh Allah untuk mengandung Yesus dengan dibebaskan dari segala Noda dosa apalagi Maria yang sudah dipersiapkan secara Khusus. Henokh & Elia tidak mendapat gelar "yang dikaruniai"(Lukas 1:28) dapat diangkat ke Surga apalagi Maria yang mendapat Gelar itu. selain itu, St. Paulus dalam surat-suratnya juga menyatakan bahwa dimungkinkan adanya pengangkatan ke surga (bdk 1tes 4:17, 2kor 12:2). Jika demikian, mengapa Maria tidak mendapat kehormatan tersebut?
Dogma Maria diangkat ke Surga didasari karena ia dipersatukan erat dengan Puteranya "Dan suatu Pedang akan menembus jiwamu sendiri" (lukas 2:35) ini menunjukkan perasaan yang akan dialami Maria perihal Yesus yang di ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan ........ (Lukas 2:34) ini menunjukkan kedekatan antara Maria & Yesus demikian halnya ketika Yesus wafat, bangkit dan naik ke Surga. Maria juga mengalami kematian, tetapi dibangkitkan dengan jiwa & raganya untuk bersatu dengan Puteranya disurga itulah juga yang dialami oleh semua orang yang diselamatkan oleh Yesus (1 Tes 4:17) jadi Dogma Maria diangkat ke Surga menyatakan bahwa Maria mendahului semua orang lain menikmati keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus karena ia dipersatukan erat dengan Puteranya.
Dalam Wahyu 11:19 dikatakan "Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat." disini dinyatakan bahwa Tabut perjanjian berada didalam surga lalu Wahyu 12:1-6"Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya....." jelas disini adalah Maria dan wahyu 11:19 sambungannya langsung adalah Wahyu 12:1-dst jadi setelah terlihat tabut perjanjian-Nya maka ada kilat,dll sesudah itu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan.....dst....... ini menunjukkan bahwa tabut perjanjian ada di Surga dan tabut perjanjian itu adalah Maria jadi langsung atau tidak langsung Yohanes hendak mengatakan bahwa Maria ada di Sorga dengan Tubuhnya juga bukan hanya rohnya saja. mengapa? karena Tubuh Maria adalah Tabut perjanjian dimana Sang sabda yaitu Yesus yang menjelma menjadi Manusia dikandung ditubuhnya (lebih jelasnya baca uraian diatas tentang tabut perjanjian baru). lalu diperkuat dalam Wahyu 12:6 muncul kesan bahwa Maria memang disediakan suatu tempat oleh Allah dan bisa saja St. Yohanes hendak mengatakan bahwa Maria sesudah selesai segala tugasnya Maria diberi tempat Khusus.
itulah sebabnya Para Kudus pada masa awal kekristenan bersaksi:
• St. Gregory (594 AD), bishop of Tours, declared that "the Lord . . . commanded the body of Mary be taken in a cloud into paradise; where now, rejoined to the soul, Mary reposes with the chosen ones."
• St. Germaine I (+732 AD), Patriarch of Constantinople, speaks thusly to Mary, "Thou art . . . the dwelling place of God . . . exempt from all dissolution into dust."
• St. John Damascene asserted, "He who had been pleased to become incarnate (of) her . . . was pleased . . . to honor her immaculate and undefiled body with incorruption . . . prior to the common and universal resurrection."
Sampai sekarang, tidak pernah ditemukan kubur St. Maria. padahal kita tahu umat Kristen perdana sangat menghormati Maria, mustahil jika misalnya makam Bunda Maria tidak dijaga dan dilestarikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa apa yang terjadi pada Maria, dapat terjadi pada kita umat beriman. Maria adalah typos (model) Gereja. Maria Dikandung tanpa Noda Dosa karena dipersiapkan untuk menghadirkan Kristus melalui dirinya [lihat penjelasan tabut perjanjian] untuk menjalankan rencana penyelamatan Allah, kita menjadi bebas noda dosa (dosa asal dan dosa sebelum pembabtisan) pada saat pembabtisan [walaupun dalam perjalanan hidup sesudah pembabtisan kita dapat berbuat dosa kembali] untuk mempersiapkan kehadiran Yesus dalam diri kita sehingga dapat kita wartakan pada masyarakat sehingga benarlah yang dikatakan oleh Paulus “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Galatia 2:20). Maria Diangkat ke Surga setelah wafatnya, kitapun akan dibangkitkan pula dengan jiwa dan raga kita, kita akan mengenakan tubuh yang baru yang tidak akan binasa lagi (lih. 1Kor 15:50-54) setelah kita wafat.
Maria Harapan dan Penghiburan bagi Umat Allah
Maria Harapan & Hiburan Umat Allah
Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan, jiwa dan citra serta awal penyempurnaan. Gereja dimasa datang. Begitu pula dalam dunia ini sampai tiba hari Tuhan (bdk.2 Ptr.3:10) ia bersinar gemilang sebagai tanda harapan yang pasti dari tanda hiburan bagi umat Allah, yang sedang berziarah. (Lumen Gentium Artikel 68)
"Manusia dewasa ini membiarkan dirinya terpikat oleh macam-macam gambaran contoh, mode, tontonan dan kebiasaan yang seringkali merupakan bujukan nafsu, kenikmatan dan keburukan ..., semangat toleransi yang membiarkan arus dekadensi moral, peracunan pendapat umum dan perusakan adat kebiasaan yang baik. Untuk menemukan kembali keindahan, cinta dan hidup dalam ungkapannya yang murni, marilah kita cari dalam kemurnian sejati yang terpancar dalam diri Maria yangtelah terkandung tanpa noda" (Paus Paulus VI).
KEISTIMEWAAN MARIA
Bukan saja karena kewanitaannya Maria istimewa dan pantas di puji, lebih dari pada itu, Maria yang telah dipilih Allah menjadi wahana kehadiranNya yang menyelamatkan di tengah umat manusia dan dimuliakan dengan diangkat ke surga. Tentu saja dalam kepenuhan dirinya sebagai wanita, Maria menjawab panggilan istimewa itu. Jadi Maria merupakan teladan atau model kita semua sebagai orang beriman, Maria yang diangkat ke surga dengan badan dan jiwa merupakan idealisme umat Allah. Tentu saja idealisme hanya diperlukan selama umat Allah menempuh eksistensi keduniaannya, yakni berziarah. Di dalam Maria umat Allah menemukan tanda yang paling cocok untuk menopang aspirasinya mengenai kehidupan surgawi. Maria sebagai citra umat Allah, awal penyempurnaan umat Allah di masa depan dan tanda pengharapan yang pasti bagi umat Allah. Melalui penegasan ini diakui sepenuhnya bahwa Yesus Kristus sendiri telah menggenapi janjiNya perihal eschaton di dalam diri Maria, Artinya:
Pertama, Kerajaan Allah sudah ditetapkan dalam dan melalui peristiwa Yesus Kristus. Dalam batasan ini Kerajaan Allah merupakan realitas yang sungguh ada. Kesaksian Kitab Suci menandaskan bahwa dengan peristiwa Yesus Kristus sudah terwujudlah eskatologi.
Kedua, Kerajaan Allah terwujud sepenuhnya dalam waktu yang akan datang. Kerajaan Allah tidak pernah sepenuhnya sekarang, dalam sejarah bangsa manusia.
Ketiga, berkat kehidupan, kematian, kebangkitan dan permuliaan Yesus Kristus Kerajaan Allah sudah dipastikan. Oleh karena itu para beriman "memiliki kesempatan" untuk menantikan serta mengharapkan aktualisasi keselamatan paripurna dalam rangka sejarah duniawi ini. (Rm.8:23), atau memperoleh jaminan bakal terwujudnya keselamatan melalui Roh Kristus sendiri (2 Kor 1:22;5:5; Ef 1:14).
Keyakinan ini menguatkan pengharapan kaum beriman. Keselamatan yang mencakup seluruh situasi dan yang sekarang diharapkan tidak hanya terjadi dalam waktu yang akan datang tetapi juga disini dan saat ini. Jadi berbicara tentang dogma Maria Diangkat Ke Surga, berarti menegaskan peranan Maria. Maria menikmati keselamatan paripurna sekaligus mengafirmasikan bahwa keselamatan ilahi itu meliputi seluruh eksistensi (tubuh dan jiwa) Maria (bdk.Rm 8:23;Flp.3:21 ;Kej. 1:3-31). Dan dengan demikian dinyatakan : keselamatan definitif mencakup eksistensi manusia seluruhnya. Maka apa yang terungkap dalam dogma tentang Maria itu ialah pusat pengharapan kristiani, yakni janji akan penebusan tubuh dan jiwa. Oleh karena itu penyelamatan Maria bukan sekedar cerita mistis seperti halnya dalam pewayangan atau legenda rakyat yang sakral. Keselamatan itu benar-benar tertuju pada pribadi tertentu yang pernah hidup di dunia ini "Pengalaman " khas pribadi Maria ini de facto mempengaruhi hidup orang beriman dalam menantikan dengan rindu keselamatan paripurna yang masih akan datang. Maria adalah tanda harapan yang hidup di tengah Umat Allah untuk menggambarkan keselamatan paripurna. Jadi, ajaran tentang pemuliaan Maria itu menegaskan kembali peran Maria dalam rangka Gereja, yaitu bahwa kini, didunia ini (sampai hari Tuhan,2 Ptr 3:10) Maria menjadi citra awal penyempurnaan Gereja di masa depan. Sekaligus Maria menjadi tanda harapan yang pasti dan hiburan bagi gereja yang berziarah. Dengan memahami peran ganda Maria sebagai citra awal penyempurnaan Gereja di masa depan dan tanda harapan yang pasti bagi Gereja, umat beriman mempunyai gambaran tentang keselamatan kekal yang bakal dinikmati. Penyelamatan itu hanya terjadi dalam kuasa Kristus Tuhan berpolakan keselamatan Maria yang meliputi semua tingkatan eksistensinya biologis dan spiritual. Berkat dogma mengenai Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya kepercayaan dan harapan umat beriman akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal semakin diperkokoh dan dihidupkan. Karena penetapan itu menilai positif kehidupan manusia dalam kerangka dunia ini, sekaligus meneguhkan dan merumuskan keyakinan bahwa hal-hal eskatologis seyogyanya dimengerti secara historis dalam dan mulai di dunia ini. Di dunia ini Gereja berziarah. Satu-satunya tujuan akhir ziarah Gereja ialah Allah yang maha baik, yang telah menjanjikan dan melaksanakan keselamatan. Keselamatan yang dijanjikan-Nya itulah yang telah dinikmati para kudus, khususnya Maria bermakna sebagai tanda real sukacita dan harapan Gereja. Pasalnya, nasib mereka itulah nasib yang akan dialami Gereja yang kini berziarah di dunia. Ini semua dimungkinkan berkat Allah yang menyatakan diriNya secara penuh dalam Anak Maria, Yesus Kristus yang telah mati dan dibangkitkan demi kemuliaan Bapa serta kehidupan saudara-saudari-Nya dalam Gereja yang mendunia.
Hari-hari Resmi
Sudah berabad-abad lamanya Gereja menghormati Bunda Maria. Keyakinan bahwa Maria ini sudah mulia dan berbahagia selamanya di surga de facto telah mendorong anggota Gereja untuk berlari ke bawah perlindungannya serta memohon bantuan darinya terhadap segala marabahaya yang mengancam hidupnya. Devosi Maria ini dapat berupa "Cultus Privatus" (Rosario, Ziarah, Novena, dll). Namun dalam liturgi resmi Gereja sepanjang tahun dirayakan pesta-pesta atau peringatan-peringatan yang berkenaan dengan Bunda Maria. Ini yang disebut "Cultus Publicus", dengan konsekwensi seluruh Gereja terlibat. Menurut kalenderium liturgi sekurang-kurangnya ada 18 (delapan belas) perayaan (sepanjang tahun) yang berhubungan dengan Bunda Maria:
Tujuh (7) perayaan kelas satu(solemnitas), yaitu : 1 Januari : Santa Maria Bunda Allah; 6 Januari, Penampakan Tuhan ; 19 Maret, St. Yusuf (suami Maria); 25 Maret, Kabar Sukacita; 15 Agustus, Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga; 8 Desember, Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa; 25 Desember, Kelahiran Yesus.
Lima (5) perayaan kelas dua (festum), yaitu : 2 Febuari, Yesus dipersembahkan Dalam Kenisah; 31 Mei, Maria Mengunjungi Elizabet; 22 Agustus, Santa Perawan Maria, Ratu; 8 September, Kelahiran Santa Perawan Maria; 30 Desember, Keluarga Kudus.
Enam (6) perayaan kelas tiga (memoria), yaitu : 11 Februari, Santa Perawan Maria di Lourdes; 16 Juli, Santa Perawan Maria di Gunung Karmel; 26 Juli, Yoakim dan Anna (orang tua Maria); 15 September, Santa Perawan Maria Berdukacita; 7 Oktober, Rosario Santa Perawan Maria; 21 November, Santa Perawan Maria Dipersembahkan Dalam Bait Allah.
Dari perkembangan devosi ini diketahui, bahwa pada
pokoknya anggota umat Allah "mendekati" Bunda Maria karena selain didesak oleh kerinduan untuk menyerupai jalan hidup Maria yang nampaknya membahagiakan; juga didorong untuk sampai kepada Yesus Kristus melalui Maria, Bunda-Nya, Per Mariam ad lesum!
Delapan butir motif berdevosi Maria
Pertama, devosi ini terdorong untuk membaktikan diri secara menyeluruh demi pengabdian kepada Allah. Kedua, devosi membuat kita mengikuti jejak Kristus dan meneladan kerendahan-Nya. Ketiga, devosi membuahkan kesadaran panggilan dan tugas kehidupan seperti Maria. Keempat, devosi merupakan sarana unggul untuk menjaga kemuliaan Allah yang lebih besar. Kelima, devosi
mengantar kita pada kesatuan dengan Tuhan secara singkat menyenangkan. Keenam, devosi memberi kita kebebasan mendalam yang merupakan dambaan sebagai anak-anak Allah (bdk.Rm.8:21). Ketujuh, devosi mendapatkan rahmat
agung bagi sesama kita. Kedelapan, devosi merupakan sarana ketekunan yang mengagumkan
Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan, jiwa dan citra serta awal penyempurnaan. Gereja dimasa datang. Begitu pula dalam dunia ini sampai tiba hari Tuhan (bdk.2 Ptr.3:10) ia bersinar gemilang sebagai tanda harapan yang pasti dari tanda hiburan bagi umat Allah, yang sedang berziarah. (Lumen Gentium Artikel 68)
"Manusia dewasa ini membiarkan dirinya terpikat oleh macam-macam gambaran contoh, mode, tontonan dan kebiasaan yang seringkali merupakan bujukan nafsu, kenikmatan dan keburukan ..., semangat toleransi yang membiarkan arus dekadensi moral, peracunan pendapat umum dan perusakan adat kebiasaan yang baik. Untuk menemukan kembali keindahan, cinta dan hidup dalam ungkapannya yang murni, marilah kita cari dalam kemurnian sejati yang terpancar dalam diri Maria yangtelah terkandung tanpa noda" (Paus Paulus VI).
KEISTIMEWAAN MARIA
Bukan saja karena kewanitaannya Maria istimewa dan pantas di puji, lebih dari pada itu, Maria yang telah dipilih Allah menjadi wahana kehadiranNya yang menyelamatkan di tengah umat manusia dan dimuliakan dengan diangkat ke surga. Tentu saja dalam kepenuhan dirinya sebagai wanita, Maria menjawab panggilan istimewa itu. Jadi Maria merupakan teladan atau model kita semua sebagai orang beriman, Maria yang diangkat ke surga dengan badan dan jiwa merupakan idealisme umat Allah. Tentu saja idealisme hanya diperlukan selama umat Allah menempuh eksistensi keduniaannya, yakni berziarah. Di dalam Maria umat Allah menemukan tanda yang paling cocok untuk menopang aspirasinya mengenai kehidupan surgawi. Maria sebagai citra umat Allah, awal penyempurnaan umat Allah di masa depan dan tanda pengharapan yang pasti bagi umat Allah. Melalui penegasan ini diakui sepenuhnya bahwa Yesus Kristus sendiri telah menggenapi janjiNya perihal eschaton di dalam diri Maria, Artinya:
Pertama, Kerajaan Allah sudah ditetapkan dalam dan melalui peristiwa Yesus Kristus. Dalam batasan ini Kerajaan Allah merupakan realitas yang sungguh ada. Kesaksian Kitab Suci menandaskan bahwa dengan peristiwa Yesus Kristus sudah terwujudlah eskatologi.
Kedua, Kerajaan Allah terwujud sepenuhnya dalam waktu yang akan datang. Kerajaan Allah tidak pernah sepenuhnya sekarang, dalam sejarah bangsa manusia.
Ketiga, berkat kehidupan, kematian, kebangkitan dan permuliaan Yesus Kristus Kerajaan Allah sudah dipastikan. Oleh karena itu para beriman "memiliki kesempatan" untuk menantikan serta mengharapkan aktualisasi keselamatan paripurna dalam rangka sejarah duniawi ini. (Rm.8:23), atau memperoleh jaminan bakal terwujudnya keselamatan melalui Roh Kristus sendiri (2 Kor 1:22;5:5; Ef 1:14).
Keyakinan ini menguatkan pengharapan kaum beriman. Keselamatan yang mencakup seluruh situasi dan yang sekarang diharapkan tidak hanya terjadi dalam waktu yang akan datang tetapi juga disini dan saat ini. Jadi berbicara tentang dogma Maria Diangkat Ke Surga, berarti menegaskan peranan Maria. Maria menikmati keselamatan paripurna sekaligus mengafirmasikan bahwa keselamatan ilahi itu meliputi seluruh eksistensi (tubuh dan jiwa) Maria (bdk.Rm 8:23;Flp.3:21 ;Kej. 1:3-31). Dan dengan demikian dinyatakan : keselamatan definitif mencakup eksistensi manusia seluruhnya. Maka apa yang terungkap dalam dogma tentang Maria itu ialah pusat pengharapan kristiani, yakni janji akan penebusan tubuh dan jiwa. Oleh karena itu penyelamatan Maria bukan sekedar cerita mistis seperti halnya dalam pewayangan atau legenda rakyat yang sakral. Keselamatan itu benar-benar tertuju pada pribadi tertentu yang pernah hidup di dunia ini "Pengalaman " khas pribadi Maria ini de facto mempengaruhi hidup orang beriman dalam menantikan dengan rindu keselamatan paripurna yang masih akan datang. Maria adalah tanda harapan yang hidup di tengah Umat Allah untuk menggambarkan keselamatan paripurna. Jadi, ajaran tentang pemuliaan Maria itu menegaskan kembali peran Maria dalam rangka Gereja, yaitu bahwa kini, didunia ini (sampai hari Tuhan,2 Ptr 3:10) Maria menjadi citra awal penyempurnaan Gereja di masa depan. Sekaligus Maria menjadi tanda harapan yang pasti dan hiburan bagi gereja yang berziarah. Dengan memahami peran ganda Maria sebagai citra awal penyempurnaan Gereja di masa depan dan tanda harapan yang pasti bagi Gereja, umat beriman mempunyai gambaran tentang keselamatan kekal yang bakal dinikmati. Penyelamatan itu hanya terjadi dalam kuasa Kristus Tuhan berpolakan keselamatan Maria yang meliputi semua tingkatan eksistensinya biologis dan spiritual. Berkat dogma mengenai Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya kepercayaan dan harapan umat beriman akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal semakin diperkokoh dan dihidupkan. Karena penetapan itu menilai positif kehidupan manusia dalam kerangka dunia ini, sekaligus meneguhkan dan merumuskan keyakinan bahwa hal-hal eskatologis seyogyanya dimengerti secara historis dalam dan mulai di dunia ini. Di dunia ini Gereja berziarah. Satu-satunya tujuan akhir ziarah Gereja ialah Allah yang maha baik, yang telah menjanjikan dan melaksanakan keselamatan. Keselamatan yang dijanjikan-Nya itulah yang telah dinikmati para kudus, khususnya Maria bermakna sebagai tanda real sukacita dan harapan Gereja. Pasalnya, nasib mereka itulah nasib yang akan dialami Gereja yang kini berziarah di dunia. Ini semua dimungkinkan berkat Allah yang menyatakan diriNya secara penuh dalam Anak Maria, Yesus Kristus yang telah mati dan dibangkitkan demi kemuliaan Bapa serta kehidupan saudara-saudari-Nya dalam Gereja yang mendunia.
Hari-hari Resmi
Sudah berabad-abad lamanya Gereja menghormati Bunda Maria. Keyakinan bahwa Maria ini sudah mulia dan berbahagia selamanya di surga de facto telah mendorong anggota Gereja untuk berlari ke bawah perlindungannya serta memohon bantuan darinya terhadap segala marabahaya yang mengancam hidupnya. Devosi Maria ini dapat berupa "Cultus Privatus" (Rosario, Ziarah, Novena, dll). Namun dalam liturgi resmi Gereja sepanjang tahun dirayakan pesta-pesta atau peringatan-peringatan yang berkenaan dengan Bunda Maria. Ini yang disebut "Cultus Publicus", dengan konsekwensi seluruh Gereja terlibat. Menurut kalenderium liturgi sekurang-kurangnya ada 18 (delapan belas) perayaan (sepanjang tahun) yang berhubungan dengan Bunda Maria:
Tujuh (7) perayaan kelas satu(solemnitas), yaitu : 1 Januari : Santa Maria Bunda Allah; 6 Januari, Penampakan Tuhan ; 19 Maret, St. Yusuf (suami Maria); 25 Maret, Kabar Sukacita; 15 Agustus, Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga; 8 Desember, Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa; 25 Desember, Kelahiran Yesus.
Lima (5) perayaan kelas dua (festum), yaitu : 2 Febuari, Yesus dipersembahkan Dalam Kenisah; 31 Mei, Maria Mengunjungi Elizabet; 22 Agustus, Santa Perawan Maria, Ratu; 8 September, Kelahiran Santa Perawan Maria; 30 Desember, Keluarga Kudus.
Enam (6) perayaan kelas tiga (memoria), yaitu : 11 Februari, Santa Perawan Maria di Lourdes; 16 Juli, Santa Perawan Maria di Gunung Karmel; 26 Juli, Yoakim dan Anna (orang tua Maria); 15 September, Santa Perawan Maria Berdukacita; 7 Oktober, Rosario Santa Perawan Maria; 21 November, Santa Perawan Maria Dipersembahkan Dalam Bait Allah.
Dari perkembangan devosi ini diketahui, bahwa pada
pokoknya anggota umat Allah "mendekati" Bunda Maria karena selain didesak oleh kerinduan untuk menyerupai jalan hidup Maria yang nampaknya membahagiakan; juga didorong untuk sampai kepada Yesus Kristus melalui Maria, Bunda-Nya, Per Mariam ad lesum!
Delapan butir motif berdevosi Maria
Pertama, devosi ini terdorong untuk membaktikan diri secara menyeluruh demi pengabdian kepada Allah. Kedua, devosi membuat kita mengikuti jejak Kristus dan meneladan kerendahan-Nya. Ketiga, devosi membuahkan kesadaran panggilan dan tugas kehidupan seperti Maria. Keempat, devosi merupakan sarana unggul untuk menjaga kemuliaan Allah yang lebih besar. Kelima, devosi
mengantar kita pada kesatuan dengan Tuhan secara singkat menyenangkan. Keenam, devosi memberi kita kebebasan mendalam yang merupakan dambaan sebagai anak-anak Allah (bdk.Rm.8:21). Ketujuh, devosi mendapatkan rahmat
agung bagi sesama kita. Kedelapan, devosi merupakan sarana ketekunan yang mengagumkan
Bunda Fatimah
FATIMA
Pada tanggal 13 Mei 1917, tiga orang anak sedang menggembalakan sekawanan kecil domba mereka di Cova da Iria, paroki Fatima, kota Vila de Ourem, sekarang diosis Leiria – Fatima. Mereka bernama : Lucia de Jesus, berusia 10 tahun, dan saudara-saudara sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing berumur 9 dan 7 tahun.
Kira-kira tengah hari, setelah berdoa Rosario, seperti biasanya mereka lakukan, mereka bermain-main dengan membuat sebuah rumah-rumahan kecil dari batu-batu yang berserakan di sekitar tempat Basilika berdiri sekarang. Tiba-tiba mereka melihat sinar terang, dan karena menganggap bahwa sinar itu adalah halilintar, mereka memutuskan untuk pulang. Tetapi ketika mereka menuruni tebing, sebuah kilatan lagi menerangi tempat itu, dan di puncak pohon ek (di tempat Kapel Penampakan berdiri sekarang) mereka melihat “seorang Bunda yang lebih terang daripada matahari” yang dari kedua tangannya tergantung sebuah rosario berwarna putih.
Bunda itu berkata kepada ketiga gembala kecil tersebut bahwa perlu banyak berdoa dan ia mengundang mereka untuk datang lagi ke Cova da Iria selama lima bulan berturut-turut, pada hari ketiga belas, pada jam yang sama. Anak-anak itu melakukan seperti yang dikatakan kepada mereka pada hari ketiga belas Juni, Juli, September dan Oktober, Bunda itu menampakkan diri kepada mereka lagi dan berbicara kepada mereka di Cova da Iria. Pada tanggal 19 Agustus, penampakan terjadi di Valinhos, kira-kira 500 meter dari Aljustrel, karena pada tanggal 13 ketiga anai itu dibawa oleh Administratur setempat ke Vila Nova de Ourem.
Pada penampakkan yang terakhir, tanggal 13 Oktober, bersama dengan sekitar 70.000 orang yang hadir, Bunda berkata kepada anak-anak itu bahwa ia adalah “Bunda Rosario” dan supaya sebuah kapel didirikan di tempat itu sebagai penghormatan kepadaNya. Setelah penampakan itu semua yang hadir menyaksikan mukjijat yang telah dijanjikan kepada tiga anak itu pada bulan Juli dan September : yaitu matahari, yang menyerupai sebuah piringan perak, dapat dipandang lama dan mudah dan, sambil berputar seperti sebuah roda api, tampak seperti akan jatuh ke bumi.
Setelah itu ketika Lucia menjadi seorang suster Ordo Santa Dorothy, bunda kita menampakkan diri lagi kepadanya di Spanyol (10 Desember 1925 dan 15 Februari 1926, di Biara Pontevedra, dan pada malam tanggal 13/14 Juni 1929, di Biara Tuy), yang meminta devosi lima hari Sabtu pertama (untuk berdoa Rosario, merenungkan misteri-misteri Rosario, mengaku dosa dan menerima komuni, untuk menebus dosa-dosa yang telah dilakukan kepada Hati Maria yang tak bernoda), dan Konsekrasi Rusia kepada Hati Yang Tak Bernoda itu juga. Permintaan ini telah diumumkan melalui Penampakkan pada tanggal 13 Juli 1917, dalam apa yang disebut sebagai “Rahasia Fatima”.
Bertahun-tahun setelah itu suster Lucia mengungkapkan bahwa, antara bulan April dan Oktober 1916, seorang Malaikat menampakkan diri kepada ketiga orang anak itu sebanyak tiga kali, dua kali di Cabeco dan sekali di sumur dalam kebun belakang di rumah Lucia, yang menasehatkan agar mereka berdoa dan bertobat.
Sejak tahun 1917 para peziarah tak kunjung berhenti datang ke Cova da Iria dalam jumlah ribuan orang dari seluruh bagian dunia, mula-mula pada tanggal 13 setiap bulan, kemudian selama liburan musim panas dan musim dingin, dan sekarang semakin banyak lagi pada akhir minggu dan hari apa saja sepanjang tahun.
VISIONER
(Para saksi mata dari peristiwa penampakkan)
Jacinta, Lucia dan Francisco
1. LUCIA DE JESUS :
Dialah yang terutama mendapat penampakan-penampakan tersebut. Ia lahir pada tanggal 22 Maret 1907, di Aljustrel, di Paroki Fatima. Pada tanggal 17 Juni 1921, ia memasuki kolese Vilar (Porto), yang dipimpin oleh ordo Santa Dorothy. Kemudian ia pergi ke Tuy, dimana ia menerima jubah dan nama Maria Lucia dari Dolours. Pada tanggal 3 Oktober 1928 ia mengucapkan kaul sementaranya dan pada tanggal 3 Oktober 1934 kaul kekalnya.
Pada tanggal 24 Maret 1948 ia pindah ke Coimbra, memasuki ordo Carmel Santa Teresa, dan menyandang nama Suster Maria Lucia dari Hati Yang Tak Bernoda. Pada tanggal 31 Mei 1949 ia mempersembahkan kaul sucinya. Suster Lucia telah datang ke Fatima beberapa kali : pada tanggal 22 Mei 1946, 13 Mei 1967, pada tahun 1981 untuk mengarahkan pembuatan sejumlah lukisan tentang Penampakan-penampakan tersebut di Carmel, pada tanggal 13 Mei 1982, 1991 dan juga 13 Mei 2000 saat beatifikasi Francisco dan Yacinta oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II.
2.
FRANCISCO MARTO :
Ia dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1908, di Aljustrel. Ia menghadapi kematiannya yang suci pada tanggal 4 April 1919 di rumah orang tuanya. Dengan sifatnya yang sangat sensitif dan kontemplatif, ia mengarahkan semua dosa dan pertobatannya untuk “menghibur Allah Kita”.
Ia dikuburkan di pemakaman paroki dan pada tanggal 13 Maret 1952 tubuhnya dipindahkan ke Basilika, di sisi timur.
3.
JACINTA MARTO :
Ia lahir di Aljustrel pada tanggal 11 Maret 1910. Kematiannya yang suci terjadi pada tanggal 20 Februari 1920, di rumah sakit D. Estefania, Lisbon, setelah mengalami sakit berat dan lama, dengna mempersembahkan seluruh penderitaannya untuk pertobatan orang-orang yang berdosa, untuk perdamaian di dunia dan untuk Bapa Suci.
Pada tanggal 12 September 1935 tubuhnya dipindahkan dengan upacara yang khidmat dari makam keluarga milik bangsawan Alvaiazere di Ourem, ke pemakaman Fatima, dan di tempatkan di sebelah makam kakaknya Francisco. Pada tanggal 1 Mei 1951, pemindahan tubuh Jacinta dilakukan secara sangat sederhana, ke sebuah makam yang baru, yang telah disiapkan di Basilika Cova da Iria, di sisi barat.
Proses beatifikasi atas kedua penerima penampakan-penampakan di Fatima, Francisco dan Jacinta Marto, setelah langkah-langkah yang pertama dilakukan pada tahun 1945, dimulai pada tahun 1952, dan diakhiri tahun 1979.
Pada tanggal 15 Februari 1988 dikumen terakhir, yang dapat menjadi pertimbangan Bapa Suci untuk menyatakan “Beato dan Beata” atas kedua anak penerima penampakan Fatima itu, diberikan kepada Bapa Suci Yohanes Paulus II, dan kepadaKongregasi untuk pertimbangan atas Santo-Santa. Sementara itu mereka dinyatakan “layak menerima penghormatan” melalui sebuah keputusan kongregasi suci tersebut pada tanggal 13 Mei 1989. Langkah terakhir seperti yang kita harapkan adalah kanonisasi mereka, dengan mana mereka akan dinyatakan sebagai “Santo dan Santa”.
28 April 1919 Dimulainya pembangunan Kapel Penampakan.
13 Oktober 1921 Ijin untuk merayakan Misa untuk pertama kalinya.
03 Mei 1922 Ketetapan yang dikeluarkan oleh Uskup Leiria untuk memulai Proses Kanonik mengenai peristiwa-peristiwa Fatima.
26 Juni 1927 Uskup Leiria untuk pertama kali memimpin upacara resmi di Cova da Iria, setelah pemberkatan atas perhentian-perhentian jalan salib dari Reguengo ke Fetal (11 km).
13 Oktober 1930 Dengan surat resmi “divine Providence” Uskup Leiria menyatakan bahwa penampakan-penampakan tersebut patut dipercayai dan membenarkan kebaktian kepada Bunda kita dari Fatima.
13 Mei 1931 Konsekrasi pertama atas Portugal kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda yang dilakukan oleh Episkopat Portugal untuk memenuhi pesan Fatima.
31 Oktober 1942 Pius XII, berbicara dalam bahasa Portugal melalui radio, mengkonsekrir dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, secara khusus menyebutkan Rusia sesuai dengan permintaan
Bunda kita.
13 Mei 1946 Pemasangan mahkota atas Patung Bunda kita dari Fatima di Kapel Penampakan (Mahkotanya dihadiahkan oleh kaum wanita Portugal, sebagai ucapan syukur karena Portugal bebas dari Perang Dunia II), oleh Kardinal Masella, Legatus Pontificat.
13 Oktober 1951 Penutupan Tahun Suci (Universal) di Fatima, oleh Kardinal Tedeschini, Legatus Pontificat, yang mengungkapkan bahwa Paus Pius XII telah menyaksikan, di Vatikan pada tahun 1950, keajaiban matahari tanggal 13 Oktober 1917.
13 Mei 1956 Kardinal Roncalli, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes XXIII, memimpin upacara-upacara ziarah peringatan penampakan.
21 November 1964 Pada akhir pertemuan yang ketiga Dewan Ekumenis, di hadapan 2.500 Pastor Konsili, Paus Paulus VI mengumumkan pemberian Mawar Emas kepada tempat suci Fatima, yang disampaikan pada tanggal 13 Mei 1965 oleh Kardinal Cento, Legatus Pontificat.
13 Mei 1967 Bapa Suci Paulus VI datang ke Fatima, dalam rangka peringatan kelimapuluh Penampakan pertama Bunda kita, untuk berdoa bagi perdamaian di dunia dan Persatuan dalam Gereja.
10 Juli 1977 Kardinal Luciani, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes Paulus I, berziarah ke Fatima.
12/13 Mei 1982 Bapa Suci Yohanes Paulus II datang berziarah ke Fatima untuk mengucap syukur karena jiwanya diselamatkan pada tahun sebelumnya di lapangan St. Petrus dan dengan berlutut ia mengkonsekrir Gereja, semua rakyat dan bangsa, secara tersirat menyebutkan Rusia, kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda.
25 Maret 1984 Di lapangan St. Petrusdi Roma, di depan Patung dari Kapel Penampakan, Yohanes Paulus II sekali lagi mengkonsekrir seluruh dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, bersama
dengan semua Uskup seluruh dunia.
12/13 Mei 1991 Bapa Suci untuk kedua kalinya datang ke Fatima, sebagai peziarah, pada peringatan yang kesepuluh percobaan pembunuhan atas dirinya.
12/13 Mei 2000 Bapa Suci datang ke Fatima untuk mempersembahkan Perayaan Ekaristi di tahun Jubileum Agung dalam rangka beatifikasi Francisco dan Jacinta. Lucia juga hadir dalam kesempatan tersebut. Perayaan ekaristi tersebut dihadiri ratusan ribu peziarah yang datang dari pelbagai
penjuru dunia termasuk Indonesia.
TANGGAL – TANGGAL PENTING DI FATIMA
Pada tanggal 13 Mei 1917, tiga orang anak sedang menggembalakan sekawanan kecil domba mereka di Cova da Iria, paroki Fatima, kota Vila de Ourem, sekarang diosis Leiria – Fatima. Mereka bernama : Lucia de Jesus, berusia 10 tahun, dan saudara-saudara sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing berumur 9 dan 7 tahun.
Kira-kira tengah hari, setelah berdoa Rosario, seperti biasanya mereka lakukan, mereka bermain-main dengan membuat sebuah rumah-rumahan kecil dari batu-batu yang berserakan di sekitar tempat Basilika berdiri sekarang. Tiba-tiba mereka melihat sinar terang, dan karena menganggap bahwa sinar itu adalah halilintar, mereka memutuskan untuk pulang. Tetapi ketika mereka menuruni tebing, sebuah kilatan lagi menerangi tempat itu, dan di puncak pohon ek (di tempat Kapel Penampakan berdiri sekarang) mereka melihat “seorang Bunda yang lebih terang daripada matahari” yang dari kedua tangannya tergantung sebuah rosario berwarna putih.
Bunda itu berkata kepada ketiga gembala kecil tersebut bahwa perlu banyak berdoa dan ia mengundang mereka untuk datang lagi ke Cova da Iria selama lima bulan berturut-turut, pada hari ketiga belas, pada jam yang sama. Anak-anak itu melakukan seperti yang dikatakan kepada mereka pada hari ketiga belas Juni, Juli, September dan Oktober, Bunda itu menampakkan diri kepada mereka lagi dan berbicara kepada mereka di Cova da Iria. Pada tanggal 19 Agustus, penampakan terjadi di Valinhos, kira-kira 500 meter dari Aljustrel, karena pada tanggal 13 ketiga anai itu dibawa oleh Administratur setempat ke Vila Nova de Ourem.
Pada penampakkan yang terakhir, tanggal 13 Oktober, bersama dengan sekitar 70.000 orang yang hadir, Bunda berkata kepada anak-anak itu bahwa ia adalah “Bunda Rosario” dan supaya sebuah kapel didirikan di tempat itu sebagai penghormatan kepadaNya. Setelah penampakan itu semua yang hadir menyaksikan mukjijat yang telah dijanjikan kepada tiga anak itu pada bulan Juli dan September : yaitu matahari, yang menyerupai sebuah piringan perak, dapat dipandang lama dan mudah dan, sambil berputar seperti sebuah roda api, tampak seperti akan jatuh ke bumi.
Setelah itu ketika Lucia menjadi seorang suster Ordo Santa Dorothy, bunda kita menampakkan diri lagi kepadanya di Spanyol (10 Desember 1925 dan 15 Februari 1926, di Biara Pontevedra, dan pada malam tanggal 13/14 Juni 1929, di Biara Tuy), yang meminta devosi lima hari Sabtu pertama (untuk berdoa Rosario, merenungkan misteri-misteri Rosario, mengaku dosa dan menerima komuni, untuk menebus dosa-dosa yang telah dilakukan kepada Hati Maria yang tak bernoda), dan Konsekrasi Rusia kepada Hati Yang Tak Bernoda itu juga. Permintaan ini telah diumumkan melalui Penampakkan pada tanggal 13 Juli 1917, dalam apa yang disebut sebagai “Rahasia Fatima”.
Bertahun-tahun setelah itu suster Lucia mengungkapkan bahwa, antara bulan April dan Oktober 1916, seorang Malaikat menampakkan diri kepada ketiga orang anak itu sebanyak tiga kali, dua kali di Cabeco dan sekali di sumur dalam kebun belakang di rumah Lucia, yang menasehatkan agar mereka berdoa dan bertobat.
Sejak tahun 1917 para peziarah tak kunjung berhenti datang ke Cova da Iria dalam jumlah ribuan orang dari seluruh bagian dunia, mula-mula pada tanggal 13 setiap bulan, kemudian selama liburan musim panas dan musim dingin, dan sekarang semakin banyak lagi pada akhir minggu dan hari apa saja sepanjang tahun.
VISIONER
(Para saksi mata dari peristiwa penampakkan)
Jacinta, Lucia dan Francisco
1. LUCIA DE JESUS :
Dialah yang terutama mendapat penampakan-penampakan tersebut. Ia lahir pada tanggal 22 Maret 1907, di Aljustrel, di Paroki Fatima. Pada tanggal 17 Juni 1921, ia memasuki kolese Vilar (Porto), yang dipimpin oleh ordo Santa Dorothy. Kemudian ia pergi ke Tuy, dimana ia menerima jubah dan nama Maria Lucia dari Dolours. Pada tanggal 3 Oktober 1928 ia mengucapkan kaul sementaranya dan pada tanggal 3 Oktober 1934 kaul kekalnya.
Pada tanggal 24 Maret 1948 ia pindah ke Coimbra, memasuki ordo Carmel Santa Teresa, dan menyandang nama Suster Maria Lucia dari Hati Yang Tak Bernoda. Pada tanggal 31 Mei 1949 ia mempersembahkan kaul sucinya. Suster Lucia telah datang ke Fatima beberapa kali : pada tanggal 22 Mei 1946, 13 Mei 1967, pada tahun 1981 untuk mengarahkan pembuatan sejumlah lukisan tentang Penampakan-penampakan tersebut di Carmel, pada tanggal 13 Mei 1982, 1991 dan juga 13 Mei 2000 saat beatifikasi Francisco dan Yacinta oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II.
2.
FRANCISCO MARTO :
Ia dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1908, di Aljustrel. Ia menghadapi kematiannya yang suci pada tanggal 4 April 1919 di rumah orang tuanya. Dengan sifatnya yang sangat sensitif dan kontemplatif, ia mengarahkan semua dosa dan pertobatannya untuk “menghibur Allah Kita”.
Ia dikuburkan di pemakaman paroki dan pada tanggal 13 Maret 1952 tubuhnya dipindahkan ke Basilika, di sisi timur.
3.
JACINTA MARTO :
Ia lahir di Aljustrel pada tanggal 11 Maret 1910. Kematiannya yang suci terjadi pada tanggal 20 Februari 1920, di rumah sakit D. Estefania, Lisbon, setelah mengalami sakit berat dan lama, dengna mempersembahkan seluruh penderitaannya untuk pertobatan orang-orang yang berdosa, untuk perdamaian di dunia dan untuk Bapa Suci.
Pada tanggal 12 September 1935 tubuhnya dipindahkan dengan upacara yang khidmat dari makam keluarga milik bangsawan Alvaiazere di Ourem, ke pemakaman Fatima, dan di tempatkan di sebelah makam kakaknya Francisco. Pada tanggal 1 Mei 1951, pemindahan tubuh Jacinta dilakukan secara sangat sederhana, ke sebuah makam yang baru, yang telah disiapkan di Basilika Cova da Iria, di sisi barat.
Proses beatifikasi atas kedua penerima penampakan-penampakan di Fatima, Francisco dan Jacinta Marto, setelah langkah-langkah yang pertama dilakukan pada tahun 1945, dimulai pada tahun 1952, dan diakhiri tahun 1979.
Pada tanggal 15 Februari 1988 dikumen terakhir, yang dapat menjadi pertimbangan Bapa Suci untuk menyatakan “Beato dan Beata” atas kedua anak penerima penampakan Fatima itu, diberikan kepada Bapa Suci Yohanes Paulus II, dan kepadaKongregasi untuk pertimbangan atas Santo-Santa. Sementara itu mereka dinyatakan “layak menerima penghormatan” melalui sebuah keputusan kongregasi suci tersebut pada tanggal 13 Mei 1989. Langkah terakhir seperti yang kita harapkan adalah kanonisasi mereka, dengan mana mereka akan dinyatakan sebagai “Santo dan Santa”.
28 April 1919 Dimulainya pembangunan Kapel Penampakan.
13 Oktober 1921 Ijin untuk merayakan Misa untuk pertama kalinya.
03 Mei 1922 Ketetapan yang dikeluarkan oleh Uskup Leiria untuk memulai Proses Kanonik mengenai peristiwa-peristiwa Fatima.
26 Juni 1927 Uskup Leiria untuk pertama kali memimpin upacara resmi di Cova da Iria, setelah pemberkatan atas perhentian-perhentian jalan salib dari Reguengo ke Fetal (11 km).
13 Oktober 1930 Dengan surat resmi “divine Providence” Uskup Leiria menyatakan bahwa penampakan-penampakan tersebut patut dipercayai dan membenarkan kebaktian kepada Bunda kita dari Fatima.
13 Mei 1931 Konsekrasi pertama atas Portugal kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda yang dilakukan oleh Episkopat Portugal untuk memenuhi pesan Fatima.
31 Oktober 1942 Pius XII, berbicara dalam bahasa Portugal melalui radio, mengkonsekrir dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, secara khusus menyebutkan Rusia sesuai dengan permintaan
Bunda kita.
13 Mei 1946 Pemasangan mahkota atas Patung Bunda kita dari Fatima di Kapel Penampakan (Mahkotanya dihadiahkan oleh kaum wanita Portugal, sebagai ucapan syukur karena Portugal bebas dari Perang Dunia II), oleh Kardinal Masella, Legatus Pontificat.
13 Oktober 1951 Penutupan Tahun Suci (Universal) di Fatima, oleh Kardinal Tedeschini, Legatus Pontificat, yang mengungkapkan bahwa Paus Pius XII telah menyaksikan, di Vatikan pada tahun 1950, keajaiban matahari tanggal 13 Oktober 1917.
13 Mei 1956 Kardinal Roncalli, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes XXIII, memimpin upacara-upacara ziarah peringatan penampakan.
21 November 1964 Pada akhir pertemuan yang ketiga Dewan Ekumenis, di hadapan 2.500 Pastor Konsili, Paus Paulus VI mengumumkan pemberian Mawar Emas kepada tempat suci Fatima, yang disampaikan pada tanggal 13 Mei 1965 oleh Kardinal Cento, Legatus Pontificat.
13 Mei 1967 Bapa Suci Paulus VI datang ke Fatima, dalam rangka peringatan kelimapuluh Penampakan pertama Bunda kita, untuk berdoa bagi perdamaian di dunia dan Persatuan dalam Gereja.
10 Juli 1977 Kardinal Luciani, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes Paulus I, berziarah ke Fatima.
12/13 Mei 1982 Bapa Suci Yohanes Paulus II datang berziarah ke Fatima untuk mengucap syukur karena jiwanya diselamatkan pada tahun sebelumnya di lapangan St. Petrus dan dengan berlutut ia mengkonsekrir Gereja, semua rakyat dan bangsa, secara tersirat menyebutkan Rusia, kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda.
25 Maret 1984 Di lapangan St. Petrusdi Roma, di depan Patung dari Kapel Penampakan, Yohanes Paulus II sekali lagi mengkonsekrir seluruh dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, bersama
dengan semua Uskup seluruh dunia.
12/13 Mei 1991 Bapa Suci untuk kedua kalinya datang ke Fatima, sebagai peziarah, pada peringatan yang kesepuluh percobaan pembunuhan atas dirinya.
12/13 Mei 2000 Bapa Suci datang ke Fatima untuk mempersembahkan Perayaan Ekaristi di tahun Jubileum Agung dalam rangka beatifikasi Francisco dan Jacinta. Lucia juga hadir dalam kesempatan tersebut. Perayaan ekaristi tersebut dihadiri ratusan ribu peziarah yang datang dari pelbagai
penjuru dunia termasuk Indonesia.
TANGGAL – TANGGAL PENTING DI FATIMA
Maria dalam Kalender Liturgi Katolik
Bunda Maria dalam Kalender Liturgi Katolik
oleh: P. Kasmirus Jumat, SMM *
Alonso Calo, The Immaculate Conception, 1650
Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada sejak zaman Gereja Perdana. Namun, karena suasana penganiayaan dan perlawanan yang kuat terhadap penyebaran agama Kristen pada masa itu tidak memungkinkan umat Gereja Perdana untuk memberikan penghormatan seperti yang kita adakan dewasa ini. Namun, bagaimanapun juga, penghor- matan kepada Bunda Maria sudah ada dalam liturgi, bahkan sejak sebelum Konsili Efesus (tahun 421).
Kita tahu bahwa para penulis besar dari abad pertama seperti St. Ignatius dari Antiokhia, St. Yustinus Martir, St. Ireneus, dan lain-lain telah menulis dan mengakui bahwa Maria adalah Perawan dan Bunda Allah. Setelah Konsili Nicea (325 CE), tulisan-tulisan tentang Bunda Maria makin berkembang, bukan hanya di Gereja Timur melainkan juga di Gereja Barat. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari kontroversi tentang Kristus sebagai Allah yang secara tidak langsung berhubungan dengan Maria sebagai Bunda Allah. Perkembangan akan cinta dan devosi kepada Kristus dan BundaNya memberikan Maria tempat yang istimewa dalam liturgi dan hal ini semakin nyata setelah Konsili Efesus. Namun kapan persisnya devosi kepada Maria dimasukkan dalam liturgi Gereja, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Dalam tulisan ini, kami hanya membatasi pada perayaan-perayaan Maria dalam Liturgi Gereja Katolik Roma serta asal usul perayaan tersebut. Berbagai perayaan Maria dirayakan secara universal dan dicantumkan secara resmi dalam kalender Liturgi Gereja Katolik Roma. Perayaan-perayaan itu dibeda-bedakan sesuai tingkatnya, ada yang setingkat Hari Raya (Sollemnitas), Hari Pesta (Festum) dan Peringatan (Memoria). Hari-hari peringatan pun dibagi lagi dalam kategori peringatan wajib, fakultatif, dan peringatan khusus.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT HARI RAYA (SOLLEMNITAS)
Perayaan-perayaan setingkat Hari Raya (Solemnitas) dirayakan seperti hari Minggu. Dalam Ibadat Harian (Officium Divinum), perayaan pada tingkat ini dimulai pada sore hari sebelum hari raya yang bersangkutan, yang dikenal dengan istilah Ibadat Sore Pertama. Dengan demikian, Perayaan Ekaristi yang diadakan sore hari ini dapat menggantikan misa pada hari berikutnya.
Dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik, terdapat empat perayaan Maria yang setingkat Hari Raya.
1. Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah
Perayaan ini dirayakan pada tanggal 1 Januari. Pengakuan akan kebundaallahan Maria merupakan unsur sentral dalam penghormatan umat Katolik terhadap Bunda Maria. Dasar pengakuan ini terutama Kitab Suci yang menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan dari Santa Perawan Maria. Kalau kita mengakui Yesus sebagai Allah, maka kita pun mengakui Maria sebagai Bunda Allah.
Sekitar tahun 430, Nestorius memberikan ajaran bahwa Maria hanyalah Christotokos dan bukannya Theotokos. Dengan memberi gelar Christotokos, Nestorius mau mengatakan bahwa Yesus itu hanyalah Kristus, manusia yang terurapi dan bukan Allah. Dengan demikian, Maria hanyalah Bunda Kristus dan bukannya Bunda Allah. Ajaran sesat Nestorius ini terkenal dengan sebutan Nestorianisme. Aliran Nestorianisme ini ditentang keras oleh Konsili Efesus (431). Konsili menegaskan bahwa Maria itu Bunda Allah, Theotokos, karena dia melahirkan Allah.
2. Hari Raya Kabar Sukacita
Dasar biblis perayaan ini adalah kunjungan Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria (Luk 1:26-38). Dalam kunjungan itu Malaikat Allah meminta kesediaan Maria untuk menjadi ibu bagi Putra Allah yang Mahatinggi. Peristiwa ini menjadi awal sejarah kekristenan dan atas kesediaan Maria, maka Allah menjelma menjadi manusia.
Santo Louis-Marie de Montfort (1673-1716) mengatakan bahwa Hari Raya Kabar Sukacita merupakan cikal bakal kehadiran Gereja. Bertitik tolak dari ajaran yang mengatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus di mana Yesus berperan sebagai Kepalanya, St. Montfort berpandangan bahwa seorang ibu tidak mungkin hanya mengandung kepala tanpa tubuh.
Dengan demikian, penyerahan Gereja kepada Bunda Maria, bukan dimulai pada peristiwa di kaki salib ketika murid yang dikasihi Yesus diserahkan kepada Maria dan sebaliknya (Yoh 19:25-27), melainkan pada saat Maria dipercayakan untuk mengandung Putra Allah (Luk 1:28-38). Pesta ini dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 25 Maret, tepat sembilan bulan sebelum kelahiran Yesus (Perayaan Natal).
3. Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga
Perayaan ini jatuh pada tanggal 15 Agustus, berdasarkan dogma yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII tanggal 15 Agustus 1950. Ini merupakan dogma yang paling banyak menimbulkan kontroversi. Keyakinan dan khotbah-khotbah tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga sudah mulai sejak abad ke-6. Namun sebagai dogma, baru dipromulgasikan pada tanggal 15 Agustus 1950 oleh Paus Pius XII.
Gereja meyakini bahwa Bunda Maria, yang secara istimewa dipersiapkan Allah menjadi tempat kediaman PutraNya, yang telah menjalani hidup dengan kesucian yang luar biasa, pada akhir hidupnya pasti mendapatkan keistimewaan dari Allah. Kalau sekedar mengatakan bahwa Maria dikandung secara istimewa, menjalani hidup secara istimewa dan mendapatkan pahala abadi secara istimewa, sebenamya tidak mengalami kesulitan. Tetapi yang menjadi kontroversi adalah pernyataan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan. Surga bukanlah locus, jadi bagaimana mungkin ada tempat untuk badan yang berbentuk materi?
Ajaran yang mengatakan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan merupakan suatu ungkapan dan keyakinan iman. Manusia kehabisan kata-kata untuk bisa menjelaskan dan mengungkapkan penghormatan dan penghargaannya atas keistimewaan Maria itu.
4. Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda
Perayaan ini jatuh pada tanggal 8 Desember karena berdasarkan pada dogma yang dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854. Dikatakan bahwa Bunda Maria sejak dikandung ibunya, tidak ternoda oleh dosa asal. Hal ini merupakan berkat rahmat dan keistimewaan yang secara khusus diberikan Allah karena dia dipersiapkan untuk menyambut Sabda Allah yang menjelma.
Dalam Bula “Ineffabilis Deus” Paus Pius IX mendefenisikan dogma Maria Dikandung Tanpa Noda sebagai berikut:
“Santa Perawan Maria, sejak saat pertama ia dikandung, oleh rahmat dan karunia yang istimewa dari Allah yang Mahakuasa, demi jasa-jasa Yesus Kristus, penyelamat bangsa manusia, tetap terjaga, luput dari segala noda dosa asal.”
Gereja percaya bahwa Allah menyiapkan suatu wadah yang pantas, yang khusus dan tak bercela. Suatu tempat yang layak bagi kediaman PutraNya. Dan Maria-lah yang dipilih Allah untuk menjadi wadah tersebut, sehingga sejak dikandung, Maria tidak terjangkit dosa asal.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT HARI RAYA (FESTUM)
1. Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elizabeth
Pesta ini dirayakan untuk mengenang kunjungan Maria kepada saudaranya Elizabeth di Ain Karim. Ain Karim adalah sebuah kota di Yehuda (di sebelah barat Yerusalem) yang berjarak kira-kira 10 km dari Yerusalem dan menurut tradisi merupakan tempat tinggal keluarga Imam Zakaria. Maria tinggal di sana selama tiga bulan (bdk. Luk 1:39-56). Pesta ini dirayakan tanggal 31 Mei.
2. Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria
Kita tidak mempunyai informasi biblis dan historis tentang kapan dan di mana Bunda Maria dilahirkan. Penyebutan nama Yoakim dan Ana sebagai orangtuanya pun hanyalah berdasarkan tradisi dan Injil Apokrief (Apokrief adalah buku-buku yang seringkali penuh legenda dan merupakan jiplakan dari kitab-kitab asli yang termasuk Kitab Suci, biasanya dibubuhi nama seorang tokoh Perjanjian Lama atau seorang Rasul sebagai pengarangnya).
Perayaan ini berawal dari tradisi Gereja Timur dan mulai berkembang di Gereja Barat sejak abad ke lima. Hari kelahiran Bunda Maria dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 8 September.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT PERINGATAN (MEMORIA)
1. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu
Setelah diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya, Bunda Maria dinobatkan sebagai Ratu. Peringatan ini dirayakan tujuh hari setelah Hari Raya Bunda Maria diangkat ke Surga, yaitu pada tanggal 22 Agustus. Apakah Bala Malaikat di surga memerlukan waktu tujuh hari untuk mempersiapkan upacara penobatan Maria sebagai Ratu? Ini juga merupakan ungkapan iman yang tidak bisa lagi dijelaskan secara logis dan kronologis. Gereja kehabisan kosa kata
untuk mengungkapkan penghargaannya atas keistimewaan Bunda Maria.
2. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita
Kehidupan Bunda Maria tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Yesus. Setelah merayakan Pesta Salib Suci, Gereja memperingati kedukaan Maria yang antara lain karena penyaliban Putranya. Maka peringatan ini dirayakan pada tanggal 15 September. Peringatan ini mulai dirayakan tahun 1668 dan ditetapkan sebagai perayaan untuk seluruh Gereja oleh Paus Pius VII pada tahun 1814 untuk mengenang penderitaan yang dialaminya dalam masa pembuangan di Prancis.
Peringatan Bunda Maria Berdukacita dikenal juga dengan nama “Tujuh Kedukaan Maria”. Ada begitu banyak kejadian dalam kehidupan Bunda Maria yang menggambarkan penderitaannya, namun Gereja menyebut tujuh yang lazim, yaitu: nubuat Simeon tentang suatu pedang yang akan menembus jiwanya, pengungsian ke Mesir, Yesus hilang di Bait Allah pada umur 12 tahun, Yesus ditangkap dan diadili, Yesus disalibkan dan wafat, Yesus diturunkan dari salib, dan Yesus dimakamkan.
3. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu Rosario
Pada abad-abad pertama, peringatan Maria selalu dikaitkan dengan kehidupan Bunda Maria, namun sejak abad abad ke-12 Gereja menambah perayaan Maria yang berkaitan dengan kejadian-kejadian tertentu dalam kehidupan menggereja. Misalnya Peringatan “Maria Ratu Rosario” yang jatuh pada tanggal 7 Oktober. Peringatan ini dirayakan untuk mengenang kemenangan pasukan Katolik dalam perang Lepanto pada abad ke-15. Kemenangan ini diyakini karena umat berdoa memohon bantuan Bunda Maria dengan berdoa rosario. Tahun 1571 Paus Pius V menetapkan peringatan ini sebagai perayaan syukur dan pada tahun 1716 Paus Clement XI menetapkannya sebagai perayaan untuk seluruh Gereja.
4. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah
Persembahan Maria ke Kenisah juga tidak mempunyai informasi biblis, selain bersumber pada tradisi dan Injil Apokrief. Dalam hal ini Gereja boleh mengakui keunggulan Kitab Suci Al Quran yang memberikan informasi yang agak memadai tentang masa kecil Maria (bdk. Q 4 atau Sura Al Imran dan Q 19 atau Sura Al Maryam), termasuk persembahannya ke Kenisah. Peringatan Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah ini berawal dari tahun 543 untuk mengenang pemberkatan Gereja Bunda Maria di Yerusalem. Tahun 1585 perayaan ini dimasukkan dalam Kalender Liturgi Gereja Barat dan sekarang dirayakan sebagai pengakuan akan Bunda Maria yang merupakan kenisah di mana Allah (Putra) berdiam. Gereja merayakan peringatan ini pada tanggal 21 November.
Masih ada banyak peringatan lain yang dirayakan dalam liturgi Gereja Katolik baik yang bersifat fakultatif maupun secara khusus dirayakan oleh kelompok atau tarekat religius tertentu.
* Imam biarawan Serikat Maria Montfortan; Studi Teologi Dogmatik, khususnya memperdalam Mariologi di Universitas Santo Thomas, Manila, Filipina.
sumber : Majalah Liturgi Vol. 17, No. 3, Mei-Juni 2006; diterbitkan oleh Komisi Liturgi KWI
oleh: P. Kasmirus Jumat, SMM *
Alonso Calo, The Immaculate Conception, 1650
Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada sejak zaman Gereja Perdana. Namun, karena suasana penganiayaan dan perlawanan yang kuat terhadap penyebaran agama Kristen pada masa itu tidak memungkinkan umat Gereja Perdana untuk memberikan penghormatan seperti yang kita adakan dewasa ini. Namun, bagaimanapun juga, penghor- matan kepada Bunda Maria sudah ada dalam liturgi, bahkan sejak sebelum Konsili Efesus (tahun 421).
Kita tahu bahwa para penulis besar dari abad pertama seperti St. Ignatius dari Antiokhia, St. Yustinus Martir, St. Ireneus, dan lain-lain telah menulis dan mengakui bahwa Maria adalah Perawan dan Bunda Allah. Setelah Konsili Nicea (325 CE), tulisan-tulisan tentang Bunda Maria makin berkembang, bukan hanya di Gereja Timur melainkan juga di Gereja Barat. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari kontroversi tentang Kristus sebagai Allah yang secara tidak langsung berhubungan dengan Maria sebagai Bunda Allah. Perkembangan akan cinta dan devosi kepada Kristus dan BundaNya memberikan Maria tempat yang istimewa dalam liturgi dan hal ini semakin nyata setelah Konsili Efesus. Namun kapan persisnya devosi kepada Maria dimasukkan dalam liturgi Gereja, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Dalam tulisan ini, kami hanya membatasi pada perayaan-perayaan Maria dalam Liturgi Gereja Katolik Roma serta asal usul perayaan tersebut. Berbagai perayaan Maria dirayakan secara universal dan dicantumkan secara resmi dalam kalender Liturgi Gereja Katolik Roma. Perayaan-perayaan itu dibeda-bedakan sesuai tingkatnya, ada yang setingkat Hari Raya (Sollemnitas), Hari Pesta (Festum) dan Peringatan (Memoria). Hari-hari peringatan pun dibagi lagi dalam kategori peringatan wajib, fakultatif, dan peringatan khusus.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT HARI RAYA (SOLLEMNITAS)
Perayaan-perayaan setingkat Hari Raya (Solemnitas) dirayakan seperti hari Minggu. Dalam Ibadat Harian (Officium Divinum), perayaan pada tingkat ini dimulai pada sore hari sebelum hari raya yang bersangkutan, yang dikenal dengan istilah Ibadat Sore Pertama. Dengan demikian, Perayaan Ekaristi yang diadakan sore hari ini dapat menggantikan misa pada hari berikutnya.
Dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik, terdapat empat perayaan Maria yang setingkat Hari Raya.
1. Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah
Perayaan ini dirayakan pada tanggal 1 Januari. Pengakuan akan kebundaallahan Maria merupakan unsur sentral dalam penghormatan umat Katolik terhadap Bunda Maria. Dasar pengakuan ini terutama Kitab Suci yang menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan dari Santa Perawan Maria. Kalau kita mengakui Yesus sebagai Allah, maka kita pun mengakui Maria sebagai Bunda Allah.
Sekitar tahun 430, Nestorius memberikan ajaran bahwa Maria hanyalah Christotokos dan bukannya Theotokos. Dengan memberi gelar Christotokos, Nestorius mau mengatakan bahwa Yesus itu hanyalah Kristus, manusia yang terurapi dan bukan Allah. Dengan demikian, Maria hanyalah Bunda Kristus dan bukannya Bunda Allah. Ajaran sesat Nestorius ini terkenal dengan sebutan Nestorianisme. Aliran Nestorianisme ini ditentang keras oleh Konsili Efesus (431). Konsili menegaskan bahwa Maria itu Bunda Allah, Theotokos, karena dia melahirkan Allah.
2. Hari Raya Kabar Sukacita
Dasar biblis perayaan ini adalah kunjungan Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria (Luk 1:26-38). Dalam kunjungan itu Malaikat Allah meminta kesediaan Maria untuk menjadi ibu bagi Putra Allah yang Mahatinggi. Peristiwa ini menjadi awal sejarah kekristenan dan atas kesediaan Maria, maka Allah menjelma menjadi manusia.
Santo Louis-Marie de Montfort (1673-1716) mengatakan bahwa Hari Raya Kabar Sukacita merupakan cikal bakal kehadiran Gereja. Bertitik tolak dari ajaran yang mengatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus di mana Yesus berperan sebagai Kepalanya, St. Montfort berpandangan bahwa seorang ibu tidak mungkin hanya mengandung kepala tanpa tubuh.
Dengan demikian, penyerahan Gereja kepada Bunda Maria, bukan dimulai pada peristiwa di kaki salib ketika murid yang dikasihi Yesus diserahkan kepada Maria dan sebaliknya (Yoh 19:25-27), melainkan pada saat Maria dipercayakan untuk mengandung Putra Allah (Luk 1:28-38). Pesta ini dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 25 Maret, tepat sembilan bulan sebelum kelahiran Yesus (Perayaan Natal).
3. Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga
Perayaan ini jatuh pada tanggal 15 Agustus, berdasarkan dogma yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII tanggal 15 Agustus 1950. Ini merupakan dogma yang paling banyak menimbulkan kontroversi. Keyakinan dan khotbah-khotbah tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga sudah mulai sejak abad ke-6. Namun sebagai dogma, baru dipromulgasikan pada tanggal 15 Agustus 1950 oleh Paus Pius XII.
Gereja meyakini bahwa Bunda Maria, yang secara istimewa dipersiapkan Allah menjadi tempat kediaman PutraNya, yang telah menjalani hidup dengan kesucian yang luar biasa, pada akhir hidupnya pasti mendapatkan keistimewaan dari Allah. Kalau sekedar mengatakan bahwa Maria dikandung secara istimewa, menjalani hidup secara istimewa dan mendapatkan pahala abadi secara istimewa, sebenamya tidak mengalami kesulitan. Tetapi yang menjadi kontroversi adalah pernyataan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan. Surga bukanlah locus, jadi bagaimana mungkin ada tempat untuk badan yang berbentuk materi?
Ajaran yang mengatakan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan merupakan suatu ungkapan dan keyakinan iman. Manusia kehabisan kata-kata untuk bisa menjelaskan dan mengungkapkan penghormatan dan penghargaannya atas keistimewaan Maria itu.
4. Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda
Perayaan ini jatuh pada tanggal 8 Desember karena berdasarkan pada dogma yang dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854. Dikatakan bahwa Bunda Maria sejak dikandung ibunya, tidak ternoda oleh dosa asal. Hal ini merupakan berkat rahmat dan keistimewaan yang secara khusus diberikan Allah karena dia dipersiapkan untuk menyambut Sabda Allah yang menjelma.
Dalam Bula “Ineffabilis Deus” Paus Pius IX mendefenisikan dogma Maria Dikandung Tanpa Noda sebagai berikut:
“Santa Perawan Maria, sejak saat pertama ia dikandung, oleh rahmat dan karunia yang istimewa dari Allah yang Mahakuasa, demi jasa-jasa Yesus Kristus, penyelamat bangsa manusia, tetap terjaga, luput dari segala noda dosa asal.”
Gereja percaya bahwa Allah menyiapkan suatu wadah yang pantas, yang khusus dan tak bercela. Suatu tempat yang layak bagi kediaman PutraNya. Dan Maria-lah yang dipilih Allah untuk menjadi wadah tersebut, sehingga sejak dikandung, Maria tidak terjangkit dosa asal.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT HARI RAYA (FESTUM)
1. Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elizabeth
Pesta ini dirayakan untuk mengenang kunjungan Maria kepada saudaranya Elizabeth di Ain Karim. Ain Karim adalah sebuah kota di Yehuda (di sebelah barat Yerusalem) yang berjarak kira-kira 10 km dari Yerusalem dan menurut tradisi merupakan tempat tinggal keluarga Imam Zakaria. Maria tinggal di sana selama tiga bulan (bdk. Luk 1:39-56). Pesta ini dirayakan tanggal 31 Mei.
2. Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria
Kita tidak mempunyai informasi biblis dan historis tentang kapan dan di mana Bunda Maria dilahirkan. Penyebutan nama Yoakim dan Ana sebagai orangtuanya pun hanyalah berdasarkan tradisi dan Injil Apokrief (Apokrief adalah buku-buku yang seringkali penuh legenda dan merupakan jiplakan dari kitab-kitab asli yang termasuk Kitab Suci, biasanya dibubuhi nama seorang tokoh Perjanjian Lama atau seorang Rasul sebagai pengarangnya).
Perayaan ini berawal dari tradisi Gereja Timur dan mulai berkembang di Gereja Barat sejak abad ke lima. Hari kelahiran Bunda Maria dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 8 September.
PERAYAAN-PERAYAAN YANG SETINGKAT PERINGATAN (MEMORIA)
1. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu
Setelah diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya, Bunda Maria dinobatkan sebagai Ratu. Peringatan ini dirayakan tujuh hari setelah Hari Raya Bunda Maria diangkat ke Surga, yaitu pada tanggal 22 Agustus. Apakah Bala Malaikat di surga memerlukan waktu tujuh hari untuk mempersiapkan upacara penobatan Maria sebagai Ratu? Ini juga merupakan ungkapan iman yang tidak bisa lagi dijelaskan secara logis dan kronologis. Gereja kehabisan kosa kata
untuk mengungkapkan penghargaannya atas keistimewaan Bunda Maria.
2. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita
Kehidupan Bunda Maria tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Yesus. Setelah merayakan Pesta Salib Suci, Gereja memperingati kedukaan Maria yang antara lain karena penyaliban Putranya. Maka peringatan ini dirayakan pada tanggal 15 September. Peringatan ini mulai dirayakan tahun 1668 dan ditetapkan sebagai perayaan untuk seluruh Gereja oleh Paus Pius VII pada tahun 1814 untuk mengenang penderitaan yang dialaminya dalam masa pembuangan di Prancis.
Peringatan Bunda Maria Berdukacita dikenal juga dengan nama “Tujuh Kedukaan Maria”. Ada begitu banyak kejadian dalam kehidupan Bunda Maria yang menggambarkan penderitaannya, namun Gereja menyebut tujuh yang lazim, yaitu: nubuat Simeon tentang suatu pedang yang akan menembus jiwanya, pengungsian ke Mesir, Yesus hilang di Bait Allah pada umur 12 tahun, Yesus ditangkap dan diadili, Yesus disalibkan dan wafat, Yesus diturunkan dari salib, dan Yesus dimakamkan.
3. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu Rosario
Pada abad-abad pertama, peringatan Maria selalu dikaitkan dengan kehidupan Bunda Maria, namun sejak abad abad ke-12 Gereja menambah perayaan Maria yang berkaitan dengan kejadian-kejadian tertentu dalam kehidupan menggereja. Misalnya Peringatan “Maria Ratu Rosario” yang jatuh pada tanggal 7 Oktober. Peringatan ini dirayakan untuk mengenang kemenangan pasukan Katolik dalam perang Lepanto pada abad ke-15. Kemenangan ini diyakini karena umat berdoa memohon bantuan Bunda Maria dengan berdoa rosario. Tahun 1571 Paus Pius V menetapkan peringatan ini sebagai perayaan syukur dan pada tahun 1716 Paus Clement XI menetapkannya sebagai perayaan untuk seluruh Gereja.
4. Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah
Persembahan Maria ke Kenisah juga tidak mempunyai informasi biblis, selain bersumber pada tradisi dan Injil Apokrief. Dalam hal ini Gereja boleh mengakui keunggulan Kitab Suci Al Quran yang memberikan informasi yang agak memadai tentang masa kecil Maria (bdk. Q 4 atau Sura Al Imran dan Q 19 atau Sura Al Maryam), termasuk persembahannya ke Kenisah. Peringatan Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah ini berawal dari tahun 543 untuk mengenang pemberkatan Gereja Bunda Maria di Yerusalem. Tahun 1585 perayaan ini dimasukkan dalam Kalender Liturgi Gereja Barat dan sekarang dirayakan sebagai pengakuan akan Bunda Maria yang merupakan kenisah di mana Allah (Putra) berdiam. Gereja merayakan peringatan ini pada tanggal 21 November.
Masih ada banyak peringatan lain yang dirayakan dalam liturgi Gereja Katolik baik yang bersifat fakultatif maupun secara khusus dirayakan oleh kelompok atau tarekat religius tertentu.
* Imam biarawan Serikat Maria Montfortan; Studi Teologi Dogmatik, khususnya memperdalam Mariologi di Universitas Santo Thomas, Manila, Filipina.
sumber : Majalah Liturgi Vol. 17, No. 3, Mei-Juni 2006; diterbitkan oleh Komisi Liturgi KWI
Bulan Mei dan Oktober
Bulan Mei dan Oktober senantiasa identik dengan Maria, Bunda Yesus Kristus yang terberkati, dikandung tanpa dosa dan diangkat ke surga dengan raganya yang tetap murni. Di awal bulan Mei ini, kami mengangkat sebuah topik yang semoga membuka wawasan kita bersama, betapa Bunda Maria sedemikian dihormati oleh Gereja sehingga sangat banyak gelar-gelar dan sebutan-sebutan yang diberikan bagi Bunda Maria untuk menghormati peranannya dalam Gereja sebagai persekutuan umat beriman.
Kenapa Maria diberikan gelar-gelar tertentu?
Tentu saja karena peranan Bunda Maria sendiri dalam Gereja.
Pertama, Maria dipilih Tuhan secara istimewa untuk menjadi Bunda Tuhan Yesus Kristus juru selamat manusia. Pemilihan yang istimewa ini sangat dirasakan akibatnya yang membahagiakan oleh Gereja sepanjang masa.
Kedua, seperti yang dijelaskan oleh Lumen Gentium No.62, keibuan Maria dalam tata rahmat berlangsung terus tanpa putus, mulai dari persetujuan yang diberikannya dengan setia pada saat menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel dan yang dipertahankannya tanpa ragu sampai di kaki salib sampai kepada kesempurnaan abadi semua orang beriman. Karena setelah diangkat ke surga, Maria tidak meninggalkan tugas ini, melainkan melanjutkannya melalui peraantaraan limpah dengan memberikan kita anugerah keselamatan abadi. Hal itu menunjukkan bahwa peran Maria dalam tata penyelamatan tetap aktual sepanjang sejarah Gereja tanpa terhenti oleh hilangnya Maria secara fisik dari panggung sejarah dunia. Karena itu Maria sungguh melebihi segala makluk di surga maupun di bumi, dan keunggulan ini sekaligus menjadi alasan bagi umat beriman untuk memuji, mencinta khusus, mengagumi dan menghormati Maria sambil meneladani dan memohon bantuan pengantaraan doanya pada Allah.
Kita tentu saja familiar dengan gelar-gelar yang umum, seperti Perawan yang Terberkati dan Bunda Allah, ada berapa banyak sebetulnya gelar-gelar Maria?
Sebuah sumber menyebut ada 117 gelar-gelar Maria, tetapi tentu saja kita tidak dapat membahasnya satu-per-satu pada kesempatan ini. Kita akan mambahas gelar-gelar yang utama, dan bagaimana gelar-gelar Maria dilihat dalam beberapa pengelompokkan.
Bagaimana mengelompokkannya?
Katekismus Gereja Katolik artikel 969 dan Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) mengajarkan ada 4 gelar utama Maria dalam kedudukannya sebagai pengacara (advocata), pembantu (ajutrix), penolong (auxiliatrix), dan perantara (mediatrix) (LG 62). Tapi kita akan membahasnya dalam pengelompokkan berdasarkan sifat gelarnya sendiri, yaitu:
1. Gelar yang bersifat doktrinal
2. Gelar yang bersifat devosi
3. Gelar karena penampakan atau pengaruh geografis.
Gelar Maria yang bersifat doktrinal adalah gelar-gelar Maria yang secara dogmatis penting bagi Gereja. Gelar-gelar Maria yang bersifat doktrinal ini misalnya Maria Bunda Allah, Maria Perawan Yang Terberkati, Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Bunda Gereja adalah contohnya.
Gelar Maria yang bersifat devosi adalah gelar-gelar yang bersifat puitis atau alegori. Banyak dari gelar-gelar ini yang berasal dari Kitab Suci, seperti Tabut Perjanjian, Menara Gading, Benteng Daud, Bintang Timur, Bintang Samudera dan lain-lain.
Sementara gelar karena penampakan atau geografis adalah gelar yang diberikan kepada Maria karena kehadirannya di tempat-tempat tertentu, dan juga penghormatan daerah tertentu kepada Maria yang khusus daerah tersebut, bukan Gereja Katolik seluruhnya, misalnya Bunda Lourdes, Bunda Karmel, Bunda La Salette. Di sebuah paroki di Pakem, Yogyakarta ada gelar ’Kitiran Kencana’ bagi Bunda Maria.
Baiklah, apa saja gelar-gelar Maria karena dogma Gereja?
Ada beberapa gelar Maria yang bersifat dogma karena berasal dari ajaran resmi Gereja. Ada yang universal, berasal dari konsili ekumenis sekitar abad keempat sehingga diterima baik oleh Gereja Katolik Roma dan juga Gereja Ortodoks Timur seperti gelar Maria Bunda Allah dan ada juga yang lebih baru yang hanya diterima oleh Gereja Katolik seperti gelar Yang Dikandung Tanpa Noda (Imaculata) dan Yang Diangkat Ke Surga (Assumption).
Maria Bunda Allah dalam bahasa Yunani disebut Theotokos adalah gelar Maria yang sangat penting bagi Gereja. Gelar ini didasarkan pada panggilan Elizabeth kepada Maria dalam Injil Lukas 1:43. Gelar ini resmi disandangkan pada tahun pada Konsili Efesus tahun 431. Pada tahun-tahun tersebut berkembang ajaran oleh Nestorius dari Konstantinopel yang memandang bahwa Maria hanya membawa tubuh Yesus sebagai manusia, dan bukan sekaligus keilahianNya. Gelar Maria Bunda Allah membawa implikasi teologis bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah sejak pertama Ia dikandung oleh Maria dan dengan demikian gelar itu sekaligus mematahkan ajaran Nestorius dan menyatakan bahwa Nestorianisme adalah sesat. Maria Bunda Allah dirayakan Gereja Katolik dalam pesta setiap setiap tanggal 1 Januari.
Selanjutnya kita juga terbiasa dengan sebutan ”Perawan Maria”. Walaupun sangat biasa kita dengar, gelar ini juga memiliki dasar dogmatis yang berasal dari Gereja awal, bahwa Maria tetap perawan sebelum, saat dan sesudah melahirkan Yesus. Hal ini juga berasal dari kutipan ucapan Maria seperti tercatat dalam Injil Lukas 1:34. Ajaran ini berasal dari ajaran Ignatius dari Antiokia, Ambrosius dari Milan dan Agustinus dari Hippo dan akhirnya menjadi ajaran resmi Gereja sejak Sinode Lateran tahun 649.
Selain itu ada sebuah gelar Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Immaculata. Gelar ini diberikan bahwa karena kesuciannya untuk mengandung Tuhan, Maria dikecualikan dari dosa asal sejak Maria berada dalam kandungan ibunya. Gereja percaya dan mengajarkan bahwa sejak dikandung karena perkawinan orang tuanya, yaitu St Joachim dan St Anna, Maria diberikan rahmat ilahi oleh Allah, dikecualikan dari dosa dan mengalami kepenuhan rahmat untuk hidup tanpa dosa. Ini tampak jelas dari salam sukacita dari malaikat Gabriel kepada Maria yang menyebutnya ”penuh rahmat”. Kepercayaan bahwa Maria Dikandung Tanpa Dosa menjadi ajaran resmi Gereja tahun 1854, tetapi sebetulnya kepercayaan bahwa Maria sendiri bebas dari dosa sudah ada sejak lama, bahkan pesta perayaannya pada setiap tanggal 8 Desember sudah dirayakan sejak 1476, sebelum menjadi ajaran resmi Gereja.
Akhirnya, sebuah gelar dogmatis terpenting adalah Yang Diangkat Ke Surga atau Maria Assumpta. Gelar ini mengikuti gelar Yang Dikandung Tanpa Dosa dan kepercayaan turun temurun bahwa Maria sungguh-sungguh dikecualikan dari manusia biasa oleh Allah. Kepadanya telah diberikan kepenuhan rahmat hidup tanpa dosa dan pada akhirnya saat paripurna hidupnya ia diberi rahmat terakhir yaitu jiwa dan raganya diangkat ke surga. Gelar dogmatis ini tergolong baru, menjadi ajaran resmi Gereja pada tahun 1950 dari Paus Pius XII dalam konstitusi apostoliknya. Walaupun demikian, kepercayaan bahwa Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya sudah ada dalam tulisan-tulisan sejak abad ke-5.
Baiklah, apa saja gelar-gelar Maria yang bersifat devosi?
Ada banyak gelar-gelar Maria yang bersifat devosi, seperti “Benteng Daud”, “Benteng Gading/Turris Eburnus”, “Tabut Perjanjian”, “Cermin keadilan/Speculum Justitiae”, “Takhta Kebijaksanaan/Sedes Sapientiae”, “Bintang Timur/Bintang Fajar/Stella Matutina”, “Pintu Surga/Caeli Porta”, “Bintang Samudera/Stella Maris”, “Mawar yang Gaib/Rosa Mystica”, “Hamba Tuhan/Ancilla Domini”, “Ratu Bidadari/Regina Angelorum”, “Ratu Damai/Regina Pacis”,
Sebagian besar gelar di atas berhubungan dengan nubuat dan perlambang dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan peran Bunda Maria dalam misteri keselamatan. Beberapa di antaranya berfokus pada kesucian dan peran keibuannya. Selain itu ada pula yang berasal dari kitab Wahyu.
“Benteng Daud” adalah benteng yang berdiri menyolok dan kokoh di puncak tertinggi pegunungan yang mengelilingi Yerusalem. Benteng yang demikian merupakan sarana pertahanan kota. Dengan benteng itu, peringatan akan dapat segera disampaikan apabila musuh datang menyerang. Maria diperbandingkan dengan Benteng Daud karena kesuciannya, karena ia dikenal sebagai yang penuh rahmat dan karena ia dikandung tanpa dosa. Dengan doa-doa dan teladannya, Maria merupakan bagian dari “sarana pertahanan” Tuhan dengan mana Kerajaan Allah akan berdiri tegak tak terkalahkan dan dosa akan senantiasa dikalahkan (bdk Kid 4:4).
Maria disebut “Benteng Gading”. Gelar ini juga digunakan dalam Kidung Agung (Kid 7:4) yang menggambarkan pengantin terkasih. (Ungkapan serupa, “Istana Gading” digunakan dalam Mazmur 45:9, untuk alasan yang sama). Kedua ilustrasi tersebut menubuatkan hubungan perkawinan antara Kristus dan pengantin-Nya, Gereja, seperti disampaikan dalan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus. Di sini patut kita ingat, seperti diajarkan dalam Vatikan II, bahwa Maria adalah “serupa Gereja”: Ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melalui dia, Juruselamat kita masuk ke dalam dunia ini. Gereja, “oleh menerima Sabda Allah dengan setia pula - menjadi ibu juga. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan imannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya” (Lumen Gentium no. 64).
Gelar “Tabut Perjanjian” mengangkat peran keibuan Maria. Perlu diingat bahwa dalam Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian adalah rumah bagi Sepuluh Perintah Allah, Hukum Tuhan. Sementara bangsa Israel dalam pengembaraan menuju tanah terjanji, suatu tiang awan, yang melambangkan kehadiran Allah, akan turun atas atau “menaungi” kemah di mana Tabut disimpan. Yesus datang untuk menggenapi perjanjian dan hukum. Dalam kisah Kabar Sukacita, perkataan Malaikat Agung Gabriel kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau,” (Luk 1:35) menyatakan gagasan yang sama. Karena itu, Maria yang memberi “rumah” Yesus dalam rahimnya; adalah “Tabut” baru, dan bunda dari pelaksana perjanjian yang sempurna dan kekal.
Atas dasar ini bermunculan gelar-gelar yang lain: Yeremia menubuatkan bahwa Mesias akan disebut, “TUHAN - keadilan kita.” (Yer 23:6); sehingga Maria disebut “Cermin keadilan” karena tak seorang pun dapat mencerminkan kasih dan penghormatan kepada Kristus dalam hidupnya lebih baik dari Maria. Karena kemurniannya, kelimpahan kasihnya dan karena ia menjadi “rumah” bagi Yesus, Maria disebut “Rumah Kencana”. Yesus adalah Kebijaksanaan Tuhan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14); karenanya, Maria, yang mengandung Kristus, digelari “Takhta Kebijaksanaan”.
Bagi kita, Bunda Maria juga melambangkan pengharapan yang besar. Vatikan II menyatakan, “Sementara itu Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra serta awal Gereja yang harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula di dunia ini ia menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan.” (Lumen Gentium no. 68). Karena alasan ini Bunda Maria digelari “Bintang Timur”, karena ia melambangkan orang-orang Kristen yang menang, yaitu mereka yang bertekun dalam iman dan beroleh bagian dalam kuasa Mesianis Kristus dan menang atas kuasa kegelapan yaitu dosa dan maut. Istilah ini dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu (Why 2:26-28): “Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk - sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku - dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.” Juga dalam Kidung Agung (Kid 6:10) kita temukan, “Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya…”; sama seperti cemerlangnya terang menghalau kegelapan fajar, Maria memaklumkan kedatangan Putranya, yang adalah Terang Dunia (bdk Yoh 1:5-10, 3:19).
Maria juga adalah “Pintu Surga”. Maria adalah sarana yang dipergunakan Kristus untuk datang dari surga demi membebaskan kita dari dosa. Di akhir hidupnya, kita percaya bahwa Bunda Maria diangkat jiwa dan badannya ke surga, suatu kepenuhan janji akan kehidupan kekal dan kebangkitan badan yang dijanjikan Yesus. Sebab itu, Maria adalah pintu melalui mana Yesus masuk ke dalam dunia ini dan pintu kepada kepenuhan janji di mana kita akan beroleh bagian dalam kehidupan kekal.
Karena itu, kita memandang Maria sebagai “Bintang Samudera”. Bagaikan bintang samudera membimbing para nahkoda mengarungi lautan berbadai menuju pelabuhan yang aman, demikian juga Maria, melalui segala doa dan teladannya, membimbing kita sepanjang perjalanan hidup kita, kadang melalui samudera yang bergolak, menuju pelabuhan surgawi.
Secara keseluruhan, Maria adalah “Mawar yang Gaib”. Mawar dianggap sebagai bunga yang terindah, bunga kerajaan yang harumnya melampaui segala bunga lainnya. Bunda Maria memiliki kekudusan yang manis dan keutamaan yang cantik. Singkatnya, segala gelar ini mengingatkan kita akan pentingnya peran Bunda Maria dalam spiritualitas Katolik, sebagai teladan keutamaan dan kekudusan dalam peran keibuannya, dan sebagai tanda akan kehidupan yang akan datang.
Pada akhirnya kita merangkum pujian dan kepada Maria dan menyatakan gelar-gelarnya dalam sebuah litani yang bernama Litani Santa Maria. Kita mendapati gelar-gelar tersebut dalam Litani Santa Perawan Maria (terutama versi Loreto), yang disusun sekitar pertengahan abad ke-16. St. Petrus Kanisius mempopulerkan Litani Santa Perawan pada tahun 1558 saat ia mempublikasikannya guna menggairahkan devosi kepada Bunda Maria sebagai tanggapan atas “Reformasi” Protestan yang menyerang devosi-devosi sejenis. Litani ini merupakan seruan gelar pujian kepada Santa Perawan yang digunakan dalam perayaan-perayaan di Gereja Loreto, Italia sejak abad ketigabelas. Litani ini disetujui oleh Paus Sixtus V tahun 1587.
Kenapa Maria diberikan gelar-gelar tertentu?
Tentu saja karena peranan Bunda Maria sendiri dalam Gereja.
Pertama, Maria dipilih Tuhan secara istimewa untuk menjadi Bunda Tuhan Yesus Kristus juru selamat manusia. Pemilihan yang istimewa ini sangat dirasakan akibatnya yang membahagiakan oleh Gereja sepanjang masa.
Kedua, seperti yang dijelaskan oleh Lumen Gentium No.62, keibuan Maria dalam tata rahmat berlangsung terus tanpa putus, mulai dari persetujuan yang diberikannya dengan setia pada saat menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel dan yang dipertahankannya tanpa ragu sampai di kaki salib sampai kepada kesempurnaan abadi semua orang beriman. Karena setelah diangkat ke surga, Maria tidak meninggalkan tugas ini, melainkan melanjutkannya melalui peraantaraan limpah dengan memberikan kita anugerah keselamatan abadi. Hal itu menunjukkan bahwa peran Maria dalam tata penyelamatan tetap aktual sepanjang sejarah Gereja tanpa terhenti oleh hilangnya Maria secara fisik dari panggung sejarah dunia. Karena itu Maria sungguh melebihi segala makluk di surga maupun di bumi, dan keunggulan ini sekaligus menjadi alasan bagi umat beriman untuk memuji, mencinta khusus, mengagumi dan menghormati Maria sambil meneladani dan memohon bantuan pengantaraan doanya pada Allah.
Kita tentu saja familiar dengan gelar-gelar yang umum, seperti Perawan yang Terberkati dan Bunda Allah, ada berapa banyak sebetulnya gelar-gelar Maria?
Sebuah sumber menyebut ada 117 gelar-gelar Maria, tetapi tentu saja kita tidak dapat membahasnya satu-per-satu pada kesempatan ini. Kita akan mambahas gelar-gelar yang utama, dan bagaimana gelar-gelar Maria dilihat dalam beberapa pengelompokkan.
Bagaimana mengelompokkannya?
Katekismus Gereja Katolik artikel 969 dan Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) mengajarkan ada 4 gelar utama Maria dalam kedudukannya sebagai pengacara (advocata), pembantu (ajutrix), penolong (auxiliatrix), dan perantara (mediatrix) (LG 62). Tapi kita akan membahasnya dalam pengelompokkan berdasarkan sifat gelarnya sendiri, yaitu:
1. Gelar yang bersifat doktrinal
2. Gelar yang bersifat devosi
3. Gelar karena penampakan atau pengaruh geografis.
Gelar Maria yang bersifat doktrinal adalah gelar-gelar Maria yang secara dogmatis penting bagi Gereja. Gelar-gelar Maria yang bersifat doktrinal ini misalnya Maria Bunda Allah, Maria Perawan Yang Terberkati, Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Bunda Gereja adalah contohnya.
Gelar Maria yang bersifat devosi adalah gelar-gelar yang bersifat puitis atau alegori. Banyak dari gelar-gelar ini yang berasal dari Kitab Suci, seperti Tabut Perjanjian, Menara Gading, Benteng Daud, Bintang Timur, Bintang Samudera dan lain-lain.
Sementara gelar karena penampakan atau geografis adalah gelar yang diberikan kepada Maria karena kehadirannya di tempat-tempat tertentu, dan juga penghormatan daerah tertentu kepada Maria yang khusus daerah tersebut, bukan Gereja Katolik seluruhnya, misalnya Bunda Lourdes, Bunda Karmel, Bunda La Salette. Di sebuah paroki di Pakem, Yogyakarta ada gelar ’Kitiran Kencana’ bagi Bunda Maria.
Baiklah, apa saja gelar-gelar Maria karena dogma Gereja?
Ada beberapa gelar Maria yang bersifat dogma karena berasal dari ajaran resmi Gereja. Ada yang universal, berasal dari konsili ekumenis sekitar abad keempat sehingga diterima baik oleh Gereja Katolik Roma dan juga Gereja Ortodoks Timur seperti gelar Maria Bunda Allah dan ada juga yang lebih baru yang hanya diterima oleh Gereja Katolik seperti gelar Yang Dikandung Tanpa Noda (Imaculata) dan Yang Diangkat Ke Surga (Assumption).
Maria Bunda Allah dalam bahasa Yunani disebut Theotokos adalah gelar Maria yang sangat penting bagi Gereja. Gelar ini didasarkan pada panggilan Elizabeth kepada Maria dalam Injil Lukas 1:43. Gelar ini resmi disandangkan pada tahun pada Konsili Efesus tahun 431. Pada tahun-tahun tersebut berkembang ajaran oleh Nestorius dari Konstantinopel yang memandang bahwa Maria hanya membawa tubuh Yesus sebagai manusia, dan bukan sekaligus keilahianNya. Gelar Maria Bunda Allah membawa implikasi teologis bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah sejak pertama Ia dikandung oleh Maria dan dengan demikian gelar itu sekaligus mematahkan ajaran Nestorius dan menyatakan bahwa Nestorianisme adalah sesat. Maria Bunda Allah dirayakan Gereja Katolik dalam pesta setiap setiap tanggal 1 Januari.
Selanjutnya kita juga terbiasa dengan sebutan ”Perawan Maria”. Walaupun sangat biasa kita dengar, gelar ini juga memiliki dasar dogmatis yang berasal dari Gereja awal, bahwa Maria tetap perawan sebelum, saat dan sesudah melahirkan Yesus. Hal ini juga berasal dari kutipan ucapan Maria seperti tercatat dalam Injil Lukas 1:34. Ajaran ini berasal dari ajaran Ignatius dari Antiokia, Ambrosius dari Milan dan Agustinus dari Hippo dan akhirnya menjadi ajaran resmi Gereja sejak Sinode Lateran tahun 649.
Selain itu ada sebuah gelar Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Immaculata. Gelar ini diberikan bahwa karena kesuciannya untuk mengandung Tuhan, Maria dikecualikan dari dosa asal sejak Maria berada dalam kandungan ibunya. Gereja percaya dan mengajarkan bahwa sejak dikandung karena perkawinan orang tuanya, yaitu St Joachim dan St Anna, Maria diberikan rahmat ilahi oleh Allah, dikecualikan dari dosa dan mengalami kepenuhan rahmat untuk hidup tanpa dosa. Ini tampak jelas dari salam sukacita dari malaikat Gabriel kepada Maria yang menyebutnya ”penuh rahmat”. Kepercayaan bahwa Maria Dikandung Tanpa Dosa menjadi ajaran resmi Gereja tahun 1854, tetapi sebetulnya kepercayaan bahwa Maria sendiri bebas dari dosa sudah ada sejak lama, bahkan pesta perayaannya pada setiap tanggal 8 Desember sudah dirayakan sejak 1476, sebelum menjadi ajaran resmi Gereja.
Akhirnya, sebuah gelar dogmatis terpenting adalah Yang Diangkat Ke Surga atau Maria Assumpta. Gelar ini mengikuti gelar Yang Dikandung Tanpa Dosa dan kepercayaan turun temurun bahwa Maria sungguh-sungguh dikecualikan dari manusia biasa oleh Allah. Kepadanya telah diberikan kepenuhan rahmat hidup tanpa dosa dan pada akhirnya saat paripurna hidupnya ia diberi rahmat terakhir yaitu jiwa dan raganya diangkat ke surga. Gelar dogmatis ini tergolong baru, menjadi ajaran resmi Gereja pada tahun 1950 dari Paus Pius XII dalam konstitusi apostoliknya. Walaupun demikian, kepercayaan bahwa Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya sudah ada dalam tulisan-tulisan sejak abad ke-5.
Baiklah, apa saja gelar-gelar Maria yang bersifat devosi?
Ada banyak gelar-gelar Maria yang bersifat devosi, seperti “Benteng Daud”, “Benteng Gading/Turris Eburnus”, “Tabut Perjanjian”, “Cermin keadilan/Speculum Justitiae”, “Takhta Kebijaksanaan/Sedes Sapientiae”, “Bintang Timur/Bintang Fajar/Stella Matutina”, “Pintu Surga/Caeli Porta”, “Bintang Samudera/Stella Maris”, “Mawar yang Gaib/Rosa Mystica”, “Hamba Tuhan/Ancilla Domini”, “Ratu Bidadari/Regina Angelorum”, “Ratu Damai/Regina Pacis”,
Sebagian besar gelar di atas berhubungan dengan nubuat dan perlambang dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan peran Bunda Maria dalam misteri keselamatan. Beberapa di antaranya berfokus pada kesucian dan peran keibuannya. Selain itu ada pula yang berasal dari kitab Wahyu.
“Benteng Daud” adalah benteng yang berdiri menyolok dan kokoh di puncak tertinggi pegunungan yang mengelilingi Yerusalem. Benteng yang demikian merupakan sarana pertahanan kota. Dengan benteng itu, peringatan akan dapat segera disampaikan apabila musuh datang menyerang. Maria diperbandingkan dengan Benteng Daud karena kesuciannya, karena ia dikenal sebagai yang penuh rahmat dan karena ia dikandung tanpa dosa. Dengan doa-doa dan teladannya, Maria merupakan bagian dari “sarana pertahanan” Tuhan dengan mana Kerajaan Allah akan berdiri tegak tak terkalahkan dan dosa akan senantiasa dikalahkan (bdk Kid 4:4).
Maria disebut “Benteng Gading”. Gelar ini juga digunakan dalam Kidung Agung (Kid 7:4) yang menggambarkan pengantin terkasih. (Ungkapan serupa, “Istana Gading” digunakan dalam Mazmur 45:9, untuk alasan yang sama). Kedua ilustrasi tersebut menubuatkan hubungan perkawinan antara Kristus dan pengantin-Nya, Gereja, seperti disampaikan dalan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus. Di sini patut kita ingat, seperti diajarkan dalam Vatikan II, bahwa Maria adalah “serupa Gereja”: Ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melalui dia, Juruselamat kita masuk ke dalam dunia ini. Gereja, “oleh menerima Sabda Allah dengan setia pula - menjadi ibu juga. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan imannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya” (Lumen Gentium no. 64).
Gelar “Tabut Perjanjian” mengangkat peran keibuan Maria. Perlu diingat bahwa dalam Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian adalah rumah bagi Sepuluh Perintah Allah, Hukum Tuhan. Sementara bangsa Israel dalam pengembaraan menuju tanah terjanji, suatu tiang awan, yang melambangkan kehadiran Allah, akan turun atas atau “menaungi” kemah di mana Tabut disimpan. Yesus datang untuk menggenapi perjanjian dan hukum. Dalam kisah Kabar Sukacita, perkataan Malaikat Agung Gabriel kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau,” (Luk 1:35) menyatakan gagasan yang sama. Karena itu, Maria yang memberi “rumah” Yesus dalam rahimnya; adalah “Tabut” baru, dan bunda dari pelaksana perjanjian yang sempurna dan kekal.
Atas dasar ini bermunculan gelar-gelar yang lain: Yeremia menubuatkan bahwa Mesias akan disebut, “TUHAN - keadilan kita.” (Yer 23:6); sehingga Maria disebut “Cermin keadilan” karena tak seorang pun dapat mencerminkan kasih dan penghormatan kepada Kristus dalam hidupnya lebih baik dari Maria. Karena kemurniannya, kelimpahan kasihnya dan karena ia menjadi “rumah” bagi Yesus, Maria disebut “Rumah Kencana”. Yesus adalah Kebijaksanaan Tuhan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14); karenanya, Maria, yang mengandung Kristus, digelari “Takhta Kebijaksanaan”.
Bagi kita, Bunda Maria juga melambangkan pengharapan yang besar. Vatikan II menyatakan, “Sementara itu Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra serta awal Gereja yang harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula di dunia ini ia menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan.” (Lumen Gentium no. 68). Karena alasan ini Bunda Maria digelari “Bintang Timur”, karena ia melambangkan orang-orang Kristen yang menang, yaitu mereka yang bertekun dalam iman dan beroleh bagian dalam kuasa Mesianis Kristus dan menang atas kuasa kegelapan yaitu dosa dan maut. Istilah ini dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu (Why 2:26-28): “Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk - sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku - dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.” Juga dalam Kidung Agung (Kid 6:10) kita temukan, “Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya…”; sama seperti cemerlangnya terang menghalau kegelapan fajar, Maria memaklumkan kedatangan Putranya, yang adalah Terang Dunia (bdk Yoh 1:5-10, 3:19).
Maria juga adalah “Pintu Surga”. Maria adalah sarana yang dipergunakan Kristus untuk datang dari surga demi membebaskan kita dari dosa. Di akhir hidupnya, kita percaya bahwa Bunda Maria diangkat jiwa dan badannya ke surga, suatu kepenuhan janji akan kehidupan kekal dan kebangkitan badan yang dijanjikan Yesus. Sebab itu, Maria adalah pintu melalui mana Yesus masuk ke dalam dunia ini dan pintu kepada kepenuhan janji di mana kita akan beroleh bagian dalam kehidupan kekal.
Karena itu, kita memandang Maria sebagai “Bintang Samudera”. Bagaikan bintang samudera membimbing para nahkoda mengarungi lautan berbadai menuju pelabuhan yang aman, demikian juga Maria, melalui segala doa dan teladannya, membimbing kita sepanjang perjalanan hidup kita, kadang melalui samudera yang bergolak, menuju pelabuhan surgawi.
Secara keseluruhan, Maria adalah “Mawar yang Gaib”. Mawar dianggap sebagai bunga yang terindah, bunga kerajaan yang harumnya melampaui segala bunga lainnya. Bunda Maria memiliki kekudusan yang manis dan keutamaan yang cantik. Singkatnya, segala gelar ini mengingatkan kita akan pentingnya peran Bunda Maria dalam spiritualitas Katolik, sebagai teladan keutamaan dan kekudusan dalam peran keibuannya, dan sebagai tanda akan kehidupan yang akan datang.
Pada akhirnya kita merangkum pujian dan kepada Maria dan menyatakan gelar-gelarnya dalam sebuah litani yang bernama Litani Santa Maria. Kita mendapati gelar-gelar tersebut dalam Litani Santa Perawan Maria (terutama versi Loreto), yang disusun sekitar pertengahan abad ke-16. St. Petrus Kanisius mempopulerkan Litani Santa Perawan pada tahun 1558 saat ia mempublikasikannya guna menggairahkan devosi kepada Bunda Maria sebagai tanggapan atas “Reformasi” Protestan yang menyerang devosi-devosi sejenis. Litani ini merupakan seruan gelar pujian kepada Santa Perawan yang digunakan dalam perayaan-perayaan di Gereja Loreto, Italia sejak abad ketigabelas. Litani ini disetujui oleh Paus Sixtus V tahun 1587.
Doa Salam Maria
Salam Maria dan Rosario
oleh: P. Victor Hoagland, C.P.
Kita mengatakan Bapa “kami” dalam doa Bapa Kami. Dengan mengatakan “kami”, kita menyatakan bahwa doa bukanlah suatu tindakan yang kita lakukan seorang diri. Kita berdoa bersama dengan yang lain.
Bersama siapakah kita berdoa? Kita berdoa bersama Yesus Kristus. Yesus tidak hanya mengajar kita bagaimana harus berdoa, tetapi Ia juga berdoa bersama kita serta mempersatukan doa-doa kita dengan doa-Nya sendiri. Oleh karena kita berdoa bersama Dia, doa-doa kita seringkali diakhiri dengan kata-kata sebagai berikut: “dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah, Tuhan kita, yang hidup dan berkuasa untuk selama-lamanya.” Kita berdoa bersama Yesus Kristus.
Bapa “kami” berarti kita berdoa bersama yang lain juga; sebagai contoh, mereka semua yang telah dibaptis dalam nama Kristus. Doa Bapa Kami hendaknya senantiasa mengingatkan umat Kristiani akan persatuan mereka satu dengan yang lain, meskipun sayangnya, perbedaan-perbedaan masih memisahkan gereja-gereja Kristen. Kita, umat Kristen, percaya bahwa kita bersatu dalam doa; kita dapat berdoa bersama yang lain serta saling mendoakan satu sama lain. Doa merupakan sumber hidup yang mempersatukan kita semua.
Dalam Gereja Katolik, keyakinan bahwa kita bersatu dalam doa dengan yang lain diungkapkan dalam doa kepada Bunda Maria, Bunda Yesus, dan kepada para kudus. “Kita percaya akan persekutuan para kudus” yang berdoa bersama kita dan bagi kita, dalam persatuan dengan Yesus Kristus.
Doa yang indah bagi Bunda Maria dalam tradisi Katolik adalah doa Salam Maria. Bagian pertama dari doa tersebut berkembang dalam abad pertengahan ketika Maria, Bunda Yesus, menjadi perhatian umat Kristiani sebagai saksi terbesar atas hidup, wafat serta kebangkitan Kristus. Bagian awal doa merupakan salam Malaikat Gabriel di Nazaret, menurut Injil Lukas:
Salam Maria,
penuh rahmat,
Tuhan sertamu,
Dengan perkataan tersebut, malaikat Tuhan menyatakan belas kasih Ilahi. Tuhan akan menyertai Maria. Maria akan melahirkan Yesus Kristus ke dunia.
Bagian selanjutnya, adalah salam yang disampaikan kepada Maria oleh Elisabet, sepupunya, seperti ditulis dalam Injil St. Lukas:
terpujilah engkau di antara wanita,
dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.
Dan akhirnya, pada abad ke-15, bagian doa selanjutnya ditambahkan:
Santa Maria, bunda Allah,
doakanlah kami yang berdosa ini
sekarang dan waktu kami mati.
Bagian doa tersebut memohon kepada Maria, yang penuh rahmat serta dekat dengan Putra-nya, untuk mendoakan kita orang berdosa, sekarang dan saat ajal menjelang. Bersama dengan murid kepada siapa Yesus mempercayakan ibunda-Nya di Kalvari dengan mengatakan “Inilah ibumu!”, kita mengakui Bunda Maria sebagai bunda kita. Bunda Maria akan senantiasa mendekatkan kita pada Kristus. Sejak dari permulaan Bunda Maria mengenal-Nya; ia menjadi saksi atas hidup, wafat dan kebangkitan Kristus; tidakkah Bunda Maria akan membantu kita untuk lebih mengenal Putra-nya dan misteri hidup-Nya? Kita mengandalkan belas kasih Bunda Maria kepada kita seperti yang ia lakukan bagi pasangan pengantin di Kana, di Galilea. Kita mempercayakan segala kebutuhan kita kepada Bunda Maria.
Pada akhir abad ke-16, kebiasaan mendaraskan 150 Salam Maria dalam suatu rangkaian doa atau perpuluhan menjadi populer di kalangan umat Kristiani. Dalam doa-doa tersebut, peristiwa-peristiwa hidup, wafat dan kebangkitan Yesus direnungkan. Praktek doa itu sekarang dikenal sebagai Doa Rosario.
Bunda Maria senantiasa menjadi teladan iman dan pelindung orang-orang Kristen yang percaya. Ketika Malaikat Gabriel datang kepadanya, ia percaya akan warta yang disampaikan malaikat dan tetap teguh pada imannya tanpa ragu sedikit pun meskipun harus melewati pencobaan gelap Kalvari. Bunda Maria mendampingi kita juga yang adalah saudara dan saudari Putra-nya, sepanjang ziarah kita di dunia yang penuh dengan kesulitan dan mara bahaya.
Selama berabad-abad telah banyak umat Kristiani mengakui bahwa Salam Maria dan Rosario merupakan sumber rahmat rohani. Doa rosario adalah doa yang sederhana sekaligus mendalam. Rosario dapat dilakukan siapa saja, pengulangan kata-katanya mendatangkan kedamaian bagi jiwa. Renungan akan kisah hidup Yesus dalam peristiwa-peristiwa gembira, cahaya, sedih, maupun mulia dimaksudkan agar diamalkan dalam hidup kita sendiri. Melalui peristiwa-peristiwa tersebut, kita berharap untuk “meneladani apa yang diteladankan dan memperoleh apa yang dijanjikan”.
sumber : “The Hail Mary and the Rosary” by Fr. Victor Hoagland, C.P.; Copyright 1997-1999 - The Passionist Missionaries; www.cptryon.org/prayer
oleh: P. Victor Hoagland, C.P.
Kita mengatakan Bapa “kami” dalam doa Bapa Kami. Dengan mengatakan “kami”, kita menyatakan bahwa doa bukanlah suatu tindakan yang kita lakukan seorang diri. Kita berdoa bersama dengan yang lain.
Bersama siapakah kita berdoa? Kita berdoa bersama Yesus Kristus. Yesus tidak hanya mengajar kita bagaimana harus berdoa, tetapi Ia juga berdoa bersama kita serta mempersatukan doa-doa kita dengan doa-Nya sendiri. Oleh karena kita berdoa bersama Dia, doa-doa kita seringkali diakhiri dengan kata-kata sebagai berikut: “dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah, Tuhan kita, yang hidup dan berkuasa untuk selama-lamanya.” Kita berdoa bersama Yesus Kristus.
Bapa “kami” berarti kita berdoa bersama yang lain juga; sebagai contoh, mereka semua yang telah dibaptis dalam nama Kristus. Doa Bapa Kami hendaknya senantiasa mengingatkan umat Kristiani akan persatuan mereka satu dengan yang lain, meskipun sayangnya, perbedaan-perbedaan masih memisahkan gereja-gereja Kristen. Kita, umat Kristen, percaya bahwa kita bersatu dalam doa; kita dapat berdoa bersama yang lain serta saling mendoakan satu sama lain. Doa merupakan sumber hidup yang mempersatukan kita semua.
Dalam Gereja Katolik, keyakinan bahwa kita bersatu dalam doa dengan yang lain diungkapkan dalam doa kepada Bunda Maria, Bunda Yesus, dan kepada para kudus. “Kita percaya akan persekutuan para kudus” yang berdoa bersama kita dan bagi kita, dalam persatuan dengan Yesus Kristus.
Doa yang indah bagi Bunda Maria dalam tradisi Katolik adalah doa Salam Maria. Bagian pertama dari doa tersebut berkembang dalam abad pertengahan ketika Maria, Bunda Yesus, menjadi perhatian umat Kristiani sebagai saksi terbesar atas hidup, wafat serta kebangkitan Kristus. Bagian awal doa merupakan salam Malaikat Gabriel di Nazaret, menurut Injil Lukas:
Salam Maria,
penuh rahmat,
Tuhan sertamu,
Dengan perkataan tersebut, malaikat Tuhan menyatakan belas kasih Ilahi. Tuhan akan menyertai Maria. Maria akan melahirkan Yesus Kristus ke dunia.
Bagian selanjutnya, adalah salam yang disampaikan kepada Maria oleh Elisabet, sepupunya, seperti ditulis dalam Injil St. Lukas:
terpujilah engkau di antara wanita,
dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.
Dan akhirnya, pada abad ke-15, bagian doa selanjutnya ditambahkan:
Santa Maria, bunda Allah,
doakanlah kami yang berdosa ini
sekarang dan waktu kami mati.
Bagian doa tersebut memohon kepada Maria, yang penuh rahmat serta dekat dengan Putra-nya, untuk mendoakan kita orang berdosa, sekarang dan saat ajal menjelang. Bersama dengan murid kepada siapa Yesus mempercayakan ibunda-Nya di Kalvari dengan mengatakan “Inilah ibumu!”, kita mengakui Bunda Maria sebagai bunda kita. Bunda Maria akan senantiasa mendekatkan kita pada Kristus. Sejak dari permulaan Bunda Maria mengenal-Nya; ia menjadi saksi atas hidup, wafat dan kebangkitan Kristus; tidakkah Bunda Maria akan membantu kita untuk lebih mengenal Putra-nya dan misteri hidup-Nya? Kita mengandalkan belas kasih Bunda Maria kepada kita seperti yang ia lakukan bagi pasangan pengantin di Kana, di Galilea. Kita mempercayakan segala kebutuhan kita kepada Bunda Maria.
Pada akhir abad ke-16, kebiasaan mendaraskan 150 Salam Maria dalam suatu rangkaian doa atau perpuluhan menjadi populer di kalangan umat Kristiani. Dalam doa-doa tersebut, peristiwa-peristiwa hidup, wafat dan kebangkitan Yesus direnungkan. Praktek doa itu sekarang dikenal sebagai Doa Rosario.
Bunda Maria senantiasa menjadi teladan iman dan pelindung orang-orang Kristen yang percaya. Ketika Malaikat Gabriel datang kepadanya, ia percaya akan warta yang disampaikan malaikat dan tetap teguh pada imannya tanpa ragu sedikit pun meskipun harus melewati pencobaan gelap Kalvari. Bunda Maria mendampingi kita juga yang adalah saudara dan saudari Putra-nya, sepanjang ziarah kita di dunia yang penuh dengan kesulitan dan mara bahaya.
Selama berabad-abad telah banyak umat Kristiani mengakui bahwa Salam Maria dan Rosario merupakan sumber rahmat rohani. Doa rosario adalah doa yang sederhana sekaligus mendalam. Rosario dapat dilakukan siapa saja, pengulangan kata-katanya mendatangkan kedamaian bagi jiwa. Renungan akan kisah hidup Yesus dalam peristiwa-peristiwa gembira, cahaya, sedih, maupun mulia dimaksudkan agar diamalkan dalam hidup kita sendiri. Melalui peristiwa-peristiwa tersebut, kita berharap untuk “meneladani apa yang diteladankan dan memperoleh apa yang dijanjikan”.
sumber : “The Hail Mary and the Rosary” by Fr. Victor Hoagland, C.P.; Copyright 1997-1999 - The Passionist Missionaries; www.cptryon.org/prayer
Tiga Salam Maria sebelum Komuni
Doa Tiga Salam Maria sebelum Komuni
Ya, Maria, Bunda Gereja.
Kesetiaan Iman-mu tak tertandingkan,
Mengikuti jejak Sang Juruslamat Yesus Kristus, Putra Allah.
Kami memohon kepada-mu dengan rendah hati,
Kami yang lemah dan berdosa ini,
Merasa tak layak dan tak pantas,
Menyambut hari ini.
Tetapi melalui Anugerah yang telah engkau terima dari Allah Bapa.
Sudi kiranya mendoakan dan menuntun kami,
Kehadirat Putra-mu - Manna dari Surga
Bagi kesembuhan kehidupan rohani kami.
Amin.
Salam Putri Allah Bapa – 1 Slm. Maria.
Salam Bunda Allah Putra – 1 Slm Maria.
Salam Mempelai Allah Roh Kudus – 1 Slm Maria.
Kemulyaan…… Amin.
Maria Bunda para Novis
Maria Bunda para Novis
Devosi kepada Bunda Maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan keagamaan seseorang, dipengaruhi oleh lingkungannya, dalam kehidupan masyarakat bercorakkan ritual dan fungsional.
Devosi para novis juga dipengaruhi oleh kalangan tersebut, bila telah mendoakan Doa Rosario, Novena Tiga Salam Maria, Doa Malaikat Tuhan dan Ziarah secara tekun, rajin dan setia merasa sudah berdevosi kepada nya.
Rumusan doa-doa tertentu bila didoakan secara benar dan tekun, dipercaya membawa keselamatan. Nampaknya mutu devosi kepada Bunda maria diukur oleh kenyataan sejauh mana mereka setia, tekun dan rajin mendaraskan rumusan doa-doa dan berziarah ke tempat ziarah Bunda maria.
Sedangkan penghayatan iman yang bersifat fungsional, nampak dalam sikap penghormatan kepada Bunda maria yang digunakan menurut kepentingan dan kebutuhannya sendiri. Misalnya bila ingin berhasil dalam ujian, maka mohon pertolongan melalui Doa Rosario atau Novena Tiga Salam Maria. Nampaknya devosi kepada nya difungsikan untuk kepentingan, dan dilakukan karena menguntungkan serta pula dipakai untuk membela kepentingannya sendiri yang sebagian besar bercirikan egoistic.
Kiranya perlu diperbaiki pandangan dan ritual yang bercorak egoistic, perlu dikembangkan lebih dalam lagi devosi kepada Bunda maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan iman yang personal mendalam dan dipraktekan dalam prilaku dan hidup sehari-hari.
Bila Devosi kepada Bunda maria dihayati dalam kerangka rencana Keselamatan Allah, yang terlaksana dalam hidup Sengsa, Wafat dan kebangkitan Kristus. Akan sangat membantu perkembangan iman kita akan Misteri-Nya, kita pun akan semakin bertambah dalam Hikmat Sabda Tuhan. Karena Yesus Kristus adalah Sumber Kehidupan. Maka, secara otomatis kitapun akan bertambah peka dan menyerupai Putra-Nya. Bunda Maria adalah Bejana yang Suci yang dipakai Allah untuk mengenapi Hidup itu sendiri di dalam, kesatuan Maria dan Yesus sangatlah erat serta tak dapat dipishakan “Perantara Penebusan”.
Bila, kita ingin berdevosi kepada Bunda Maria sebaiknya bermeditasi dan mengkontemplasikan kehidupan Sang Putra Allah, karena kita dapat terjebak kepada pumusatan yang dapat menyesatkan iman kita.
Contoh sederhana dengan diawali doa :
Ya, Bunda Maria yang tak bernoda,
Engkau hamba Allah Bapa yang setia,
Bunda Putra yang sangat terpuji,
Jadikanlah hatiku seperti hatimu,
Seraya merenungkan,
Misteri-misteri yang terungkap,
Dan terpendam didalam hatimu.
Perkenankanlah aku,
Selalu hidup dengan Putramu Yesus Kristus,
Penyelamatku,
Yang telah ditentukan sebagai,
Jalan, kebenaran dan hidup.
Dengan pertolongan rahmat yang telah,
Engkau terima,
Munuju kesatuan Misteri Tritunggal Yang Maha Kudus.
Amin.
Lalu ada tiga sikap yang perlu pula diusahakan dan dikembangkan agar devosi, pribadi kepada Bunda maria didasari oleh Penghayatan Iman yang benar dan Personal.
Pertama : Maria menjadi model utama iman kita dan persembahan diri kita juga.
Sikap Bunda maria yang perlu menjadi “Sikap Dasar” kita adalah “Terjadilah kepadaku menurut kehendak-Mu”- “Fiat” dalam menanggapi tawaran dari Allah. Bunda maria juga bersikap menerima dan proaktif kepada Putra Alla, Yesus Kristus yang ia kandung; agar kitapun dapat menyerahkan kepada dunia. Kedua sikap Maria tersebut menyatakan kesadaran terhadap Rencana allah bukan menurut kehendak kita yang berlaku dan kesiapsediaan total untuk memenuhi Rencana Allah. Sikap yang demikian akan tumbuh dan berkembang, bila sering merefleksikan dan merenungkan hidup dan panggilan Maria.
Kedua : Kedekatan dengan Maria mengarahkan kita untuk menghayati Misteri Kristus
“Sabda dan Ekaristi”. Relasi personal dengan Bunda maria memampukan kita untuk mengalami perasaan hati Maria yang merenungkan misteri hidup Yesus yaitu peristiwa Inkarnasi dan Kelahiran-Nya, peristiwa hidup Publik-Nya, serta peristiwa Sengsara dan Kebangkitan-Nya. Kemampuan untuk dapat mengalami perasaan hati Bunda Maria tersebut, mengandaikan adanya keterlibatan dalam pereyaan LIturgis Maria sebagai Bunda Gereja “Bait Allah/Taber Nakel”-“Rahimnya telah diberkati”.
Dengan setia dan tekun mendengarkan “Sabda Putra Allah” seperti didalam setiap Renungan dalam Peristiwa-peristiwanya, atau dapat juga dikembangkan dalam peristwa-peristiwa yang ada di dalam Injil.
Ketiga : Maria merupakan Bunda dan sahabat sejati dalam panggilan. Walaupun Ibu Allah beliau tidak mendapatkan perilaku istimewa tetapi menerima dan menyerahkan kembali keseluruhan hidupnya kedalam Tangan Allah.
Bila di dalam kehidupan pribadi dan kerasulan, Bunda maria mendapat tempat, maka ia hadir sebagai Bunda dan sahabat sejati. Kehadirannya dalam kehidupan kita memberi dukungan, mengobarkan semangat dan memberikan inspirasi. Bunda maria hadir dalam kehidupan kita, bila kita berdoa bersama Maria bagi orang-orang yang dipercayakan kepada kita pula dan bila kita mencinti serta memperkenalkan Bunda Maria. Seperti “saat Bunda Maria berkunjung ke rumah saudarinya Elizabeth” tampak jelas bagaimana sapaan itu pula akan kita terima.
Selamat merenungkan.
Devosi kepada Bunda Maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan keagamaan seseorang, dipengaruhi oleh lingkungannya, dalam kehidupan masyarakat bercorakkan ritual dan fungsional.
Devosi para novis juga dipengaruhi oleh kalangan tersebut, bila telah mendoakan Doa Rosario, Novena Tiga Salam Maria, Doa Malaikat Tuhan dan Ziarah secara tekun, rajin dan setia merasa sudah berdevosi kepada nya.
Rumusan doa-doa tertentu bila didoakan secara benar dan tekun, dipercaya membawa keselamatan. Nampaknya mutu devosi kepada Bunda maria diukur oleh kenyataan sejauh mana mereka setia, tekun dan rajin mendaraskan rumusan doa-doa dan berziarah ke tempat ziarah Bunda maria.
Sedangkan penghayatan iman yang bersifat fungsional, nampak dalam sikap penghormatan kepada Bunda maria yang digunakan menurut kepentingan dan kebutuhannya sendiri. Misalnya bila ingin berhasil dalam ujian, maka mohon pertolongan melalui Doa Rosario atau Novena Tiga Salam Maria. Nampaknya devosi kepada nya difungsikan untuk kepentingan, dan dilakukan karena menguntungkan serta pula dipakai untuk membela kepentingannya sendiri yang sebagian besar bercirikan egoistic.
Kiranya perlu diperbaiki pandangan dan ritual yang bercorak egoistic, perlu dikembangkan lebih dalam lagi devosi kepada Bunda maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan iman yang personal mendalam dan dipraktekan dalam prilaku dan hidup sehari-hari.
Bila Devosi kepada Bunda maria dihayati dalam kerangka rencana Keselamatan Allah, yang terlaksana dalam hidup Sengsa, Wafat dan kebangkitan Kristus. Akan sangat membantu perkembangan iman kita akan Misteri-Nya, kita pun akan semakin bertambah dalam Hikmat Sabda Tuhan. Karena Yesus Kristus adalah Sumber Kehidupan. Maka, secara otomatis kitapun akan bertambah peka dan menyerupai Putra-Nya. Bunda Maria adalah Bejana yang Suci yang dipakai Allah untuk mengenapi Hidup itu sendiri di dalam, kesatuan Maria dan Yesus sangatlah erat serta tak dapat dipishakan “Perantara Penebusan”.
Bila, kita ingin berdevosi kepada Bunda Maria sebaiknya bermeditasi dan mengkontemplasikan kehidupan Sang Putra Allah, karena kita dapat terjebak kepada pumusatan yang dapat menyesatkan iman kita.
Contoh sederhana dengan diawali doa :
Ya, Bunda Maria yang tak bernoda,
Engkau hamba Allah Bapa yang setia,
Bunda Putra yang sangat terpuji,
Jadikanlah hatiku seperti hatimu,
Seraya merenungkan,
Misteri-misteri yang terungkap,
Dan terpendam didalam hatimu.
Perkenankanlah aku,
Selalu hidup dengan Putramu Yesus Kristus,
Penyelamatku,
Yang telah ditentukan sebagai,
Jalan, kebenaran dan hidup.
Dengan pertolongan rahmat yang telah,
Engkau terima,
Munuju kesatuan Misteri Tritunggal Yang Maha Kudus.
Amin.
Lalu ada tiga sikap yang perlu pula diusahakan dan dikembangkan agar devosi, pribadi kepada Bunda maria didasari oleh Penghayatan Iman yang benar dan Personal.
Pertama : Maria menjadi model utama iman kita dan persembahan diri kita juga.
Sikap Bunda maria yang perlu menjadi “Sikap Dasar” kita adalah “Terjadilah kepadaku menurut kehendak-Mu”- “Fiat” dalam menanggapi tawaran dari Allah. Bunda maria juga bersikap menerima dan proaktif kepada Putra Alla, Yesus Kristus yang ia kandung; agar kitapun dapat menyerahkan kepada dunia. Kedua sikap Maria tersebut menyatakan kesadaran terhadap Rencana allah bukan menurut kehendak kita yang berlaku dan kesiapsediaan total untuk memenuhi Rencana Allah. Sikap yang demikian akan tumbuh dan berkembang, bila sering merefleksikan dan merenungkan hidup dan panggilan Maria.
Kedua : Kedekatan dengan Maria mengarahkan kita untuk menghayati Misteri Kristus
“Sabda dan Ekaristi”. Relasi personal dengan Bunda maria memampukan kita untuk mengalami perasaan hati Maria yang merenungkan misteri hidup Yesus yaitu peristiwa Inkarnasi dan Kelahiran-Nya, peristiwa hidup Publik-Nya, serta peristiwa Sengsara dan Kebangkitan-Nya. Kemampuan untuk dapat mengalami perasaan hati Bunda Maria tersebut, mengandaikan adanya keterlibatan dalam pereyaan LIturgis Maria sebagai Bunda Gereja “Bait Allah/Taber Nakel”-“Rahimnya telah diberkati”.
Dengan setia dan tekun mendengarkan “Sabda Putra Allah” seperti didalam setiap Renungan dalam Peristiwa-peristiwanya, atau dapat juga dikembangkan dalam peristwa-peristiwa yang ada di dalam Injil.
Ketiga : Maria merupakan Bunda dan sahabat sejati dalam panggilan. Walaupun Ibu Allah beliau tidak mendapatkan perilaku istimewa tetapi menerima dan menyerahkan kembali keseluruhan hidupnya kedalam Tangan Allah.
Bila di dalam kehidupan pribadi dan kerasulan, Bunda maria mendapat tempat, maka ia hadir sebagai Bunda dan sahabat sejati. Kehadirannya dalam kehidupan kita memberi dukungan, mengobarkan semangat dan memberikan inspirasi. Bunda maria hadir dalam kehidupan kita, bila kita berdoa bersama Maria bagi orang-orang yang dipercayakan kepada kita pula dan bila kita mencinti serta memperkenalkan Bunda Maria. Seperti “saat Bunda Maria berkunjung ke rumah saudarinya Elizabeth” tampak jelas bagaimana sapaan itu pula akan kita terima.
Selamat merenungkan.
Legio Maria (Laskar Maria)
Legio Maria (Laskar Maria)
Pada 7 Desember 1921 di Dublin, Irlandia, 15 orang awam Katolik berkumpul untuk membicarakan bagaimana melaksanakan pelayanan sebagai kaum awam yang merasul. Setelah memohon bantuan Roh Kudus dan mendoakan rosario, mereka memutuskan untuk pergi dalam kelompok-kelompok kecil, bisa hanya berdua, mengunjungi Rumah Sakit di Dublin yang penuh dengan pasien-pasien miskin, tanpa kerabat dan orang jompo. Mereka kemudian juga memutuskan untuk kembali bertemu setiap minggunya. Peristiwa inilah yang mendasari lahirnya Legio Maria: berdoa bersama-sama, melaksanakan pekerjaan merasul dan pertemuan mingguan. Dari awal yang sederhana, dibimbing oleh Roh Kudus dan semangat Bunda Maria dalam karya pelayanan, bentuk kerasulan Legio Maria ini menyebar ke seluruh dunia.
Legio Maria kini berkarya di lebih dari 1900 keuskupan di seluruh dunia dan diperkirakan kini telah memiliki lebih dari 3 juta orang anggota aktif dan menjadikannnya organisasi kaum awam yang paling banyak anggotanya dalam hirarki Gereja Katolik.
Walaupun merupakan organisasi kaum awam, hirarki Gereja Katolik sangat mendukung Legio Maria ini. Pada tahun 1965 Frank Duff sebagai pendiri Legio Maria diundang oleh Paus Paulus VI menghadiri Konsili Vatikan II sebagai wakil dari kaum awam. Ini menandakan pengakuan, penghargaan dan juga dukungan Gereja bagi karya kerasulan awam Legio Maria.
Terakhir kali Paus Yohanes Paulus II hadir dalam pertemuan Legio Maria di Italia, 30 Oktober 1982 dan mengucapkan pidato yang indah sebagai berikut:
”Kalian adalah semangat Maria yang mulia, bukan saja karena kejayaan para Legioner membawa nama Maria sebagai benderanya, tetapi di atas itu karena mendasarkan metode spiritualitas dan kerasulan dalam prinsip yang dinamis dalam kesatuan dengan Bunda Maria, dalam kebenaran bahwa Maria berpartisipasi langsung dalam rencana keselamatan. Dalam kata lain, kalian berkehendak untuk mewujudkan pelayanan kalian kepada semua orang yang adalah wajah Kristus sendiri, dengan semangat dan kasih Maria.”
Seperti semangat sejak awal didirikannya oleh Frank Duff, Legio Maria di seluruh dunia berkarya dan merasul dalam semangat yang sama dengan para Legioner di seluruh dunia, yakni karya pelayanan dan doa, sebagai alat Roh Kudus dalam semangat Maria. Pelayanan Legio Maria mencakup kunjungan ke orang sakit, orang jompo, penjara, kunjungan kepada orang-orang dan keluarga yang membutuhkan bantuan kerohanian. Dalam hal kehidupan kerohanian mereka sendiri, setiap anggota berkumpul untuk pertemuan mingguan dalam kelompok kecil yang disebut presidium untuk berdoa bersama dan merencanakan karya kerasulan mereka.
Anggota Legio Maria sendiri terbagi atas dua jenis:
Anggota Aktif, yang bertemu setiap minggu selama kurang lebih 1,5 jam untuk berdoa, melaporkan dan menerima penugasan pelayanan. Para Legioner diwajibkan untuk merahasiakan hal-hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan mereka, termasuk juga penugasan mereka. Mereka juga wajib mendoakan doa Catena yang merupakan doa wajib mereka, setiap hari.
Anggota Auxilier, adalah anggota pendoa Legio Maria, biasanya adalah kaum rohaniawan/wati atau para imam yang tidak mungkin menjalankan penugasan seperti anggota aktif Legio Maria, tetapi mereka mendoakan karya Legio Maria. Ada pula kaum awam yang tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas anggota aktif tetapi bersedia mendoakan Doa Tessera setiap hari, di mana di dalam Doa Tessera juga ada Doa Rosario juga dapat diangkat sebagai anggota Auxilier.
Presidium terdiri dari sekitar 6 hingga 20 anggota aktif. Dalam struktur ketentaraan Romawi kuno, presidium adalah unit terkecil dengan tugas khusus. Nama ini yang juga dipakai untuk unit terkecil Legio Maria, di mana para anggotanya berkarya dalam doa dan pelayanan. Umumnya sebuah presidium terdiri di sebuah paroki, beranggotakan umat paroki tersebut dengan sepengetahuan pastor paroki yang kemudian juga bertindak sebagai penasehat presidium. Tetapi bisa saja di sebuah paroki terdapat lebih dari satu presidium di mana dapat dibentuk presidium-presidium yang khusus, seperti di paroki Prapatan terdapat presidium khusus untuk anak-anak dan ibu-ibu, walaupun secara umum, presidium Legio Maria harus terbuka bagi semua orang awam Katolik, laki-perempuan di atas 18 tahun yang tergerak oleh semangat Roh Kudus untuk menerima tugas-tugas yang diberikan. Frank Duff sendiri menyatakan bahwa keanggotaan Legio Maria terbuka bagi semua orang Katolik, bukan orang-orang yang khusus tapi orang Katolik biasa yang hidup dalam kehidupan yang biasa pula, yang berpendidikan atau tidak, pekerja, pensiunan dan pengangguran, tanpa memandang kelas, warna kulit atau ras, bahkan yang oleh kebanyakan orang kebanyakan dianggap primitif atau tertekan.
Mengenai hirarki dalam Legio Maria, ya, Legio Maria memiliki hirarki juga. Unit terkecil nya, seperti sudah disebutkan tadi, dinamakan presidium. Presidium-presidium berada di bawah Kuria. Kuria yang akan menentukan pembukaan sebuah presidium baru, apabila terdapat anggota-anggota baru yang memiliki anggota aktif yang lebih senior. Beberapa Kuria membentuk Komisium, beberapa Komisium membentuk Regia dan akhirnya Senatus yang melakukan koordinasi para Legioner di sebuah negara. Di atas itu terdapat Konsilium yang disebut Konsilium Legionis Maria yang berada di Dublin, Irlandia.
Struktur ketentaraan Romawi dipakai sebagai semangat para Legioner untuk, seperti para prajurit Romawi berserah setia pada kaisarnya lewat jendralnya, berserah setia untuk memuliakan Allah. Para legioner juga ingin meneladani para tentara Romawi yang dikenal karena keberanian, semangat, disiplin dan keberhasilan mereka. Para Legioner menghayati bahwa komando tertinggi mereka adalah Bunda Maria sendiri yang menginginkan semua anak-anaknya, kita semua, lebih dekat pada Putra tunggalnya Yesus Kristus.
Walaupun kedengarannya militan, Legioner justru mengambil semangatnya pada semangat jiwa Maria sendiri, kerendahhatian Maria, kepatuhannya pada rencana Tuhan, kasihnya yang besar, doa-doanya yang tak kunjung putus, kesuciannya, kesabarannya, kebijaksanaannya, cintanya pada Tuhan, dan di atas segalanya, adalah iman Maria yang tak tersaingi oleh manusia lain.
Nama-nama presidium atau kuria sendiri diambil berdasarkan sebutan Bunda Maria, misalnya ”Ratu Rosari”. Bisa juga dari gelarnya, misalnya ”Yang Dikandung Tanpa Noda” atau juga peristiwa dalam hidup Bunda Maria.
Di atas sebetulnya sudah dijelaskan sedikit, ada dua sisi yang harus berjalan beriringan, yaitu kehidupan doa bersama dan kehidupan karya kerasulan. Secara mendetil ada 4 hal yang tercakup dalam buku panduan Legio Maria, yaitu:
1. Kehadiran yang tetap dan tepat waktu pada setiap pertemuan mingguan presidium dan memberikan laporan yang jelas terhadap tugas-tugas yang diterima sebelumnya.
2. Doa Catena setiap hari
3. Pelaksanaan karya aktif legioner dalam semangat iman dan dalam kesatuan dengan Bunda Maria
4. Rasa hormat mendalam terhadap aspek kerahasiaan dari banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan atau yang dipelajari dalam karya para legioner.
Doa Catena sendiri sebetulnya adalah doa Magnificat, pujian Maria saat bertemu Elizabeth, yang didahului antifon dari Kitab Salomo 6:10 ”Siapakah Puteri itu yang datang sebagai fajar menyingsing kemerah-merahan, indah penaka bulan, gemerlap laksana surya, dahsyat bagaikan balatentara yang siap sedia bertempur?”
Anggota aktif bertemu setiap minggu sekitar 1,5 jam dengan Pemimpin Rohani mereka (atau asistennya) untuk berdoa bersama, melaporkan hasil penugasan mereka dan menerima penugasan mereka dari Ketua Presidium untuk seminggu kemudian. Penugasan anggota Legioner adalah pekerjaan yang kira-kira membutuhkan waktu dua jam dalam setiap minggunya dan harus disetujui oleh Pemimpin Rohani. Legioner wajib menjaga kerahasiaan mutlak akan hal-hal sensitif yang dibicarakan atau dipelajari dalam rapat mereka atau dalam pelayanan mereka. Anggota aktif setiap hari wajib berdoa Catena (Magnificat). Pelayanan setiap presidium dapat berbeda-beda tapi setiap anggota Legio Maria wajib melaksanakannya bersama dengan seorang anggota lainnya, berdua. Anggota baru menjalankan tugasnya bersama anggota yang lebih senior hingga ia dapat mendampingi anggota yang lebih baru kelak. Misi yang paling utama adalah melakukan hubungan dengan orang lain yang sedang berada dalam kesulitan-kesulitan dan mendampingi serta menjaga agar iman mereka tetap bertahan. Beberapa kemungkinan tugas mereka sehubungan dengan misi Legio Maria adalah misalnya membantu dan mempersiapkan orang-orang untuk memperoleh Sakramen-sakramen Gereja, bisa juga dengan mengajar iman Katolik, bisa kepada anak-anak atau orang dewasa, membantu pastor paroki melakukan sensus umat di wilayahnya, mengunjungi orang-orang yang dipenjara, orang-orang sakit baik yang dirawat di rumah sakit atau di rumah, dan mengunjungi orang jompo. Bisa juga membantu membagikan rosario atau media Katolik di wilayahnya.
Anggota auxsilier, kelompok pendoa Legio Maria adalah kaum awam beriman atau pastor atau biarawan/biarawati yang tidak mampu atau tidak bersedia melaksanakan tugas-tugas anggota aktif. Anggota auxilier mendoakan doa Tessera, yang terdiri dari permohonan turunnya Roh Kudus, rangkaian doa rosario, doa Catena dan doa-doa penutup. Anggota auxilier dihubungi sekurang-kurangnya sekali setahun oleh anggota aktif di presidium mana mereka tergabung. Mereka akan hadir bersama-sama anggota aktif saat Acies, sekitar 25 Maret, pada pesta Hari Raya Kabar Sukacita, peringatan wajib Gereja Katolik. Anggota auksilier dihormati pula pada setiap tanggal 8 September, hari Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria.
Semua orang Katolik yang tergerak hatinya oleh Roh Kudus dapat menjadi Legioner. Umumnya hanyalah syarat umur, yaitu minimal 18 tahun, tetapi secara khusus, dapat dibentuk sebuah presidium khusus untuk remaja antara 10 hingga 18 tahun yang berada di bawah bimbingan Legioner yang sudah senior. Anggota Presidium Yunior ini tentu saja menjalankan tugasnya sesuai dengan tingkatan umur dan kemampuan mereka. Untuk bergabung dalam suatu presidium, seseorang harus mengajukan keinginannya kepada presidium tersebut, lalu mengikuti pertemuan-pertemuan dan menerima penugasan, dalam masa percobaan selama sekitar 3 bulan. Bila orang tersebut memenuhi syarat dasar, seperti tepat waktu dan menjalankan penugasannya, ia dapat diterima sebagai anggota penuh dengan mengucapkan janji Legioner di depan presidium.
Pada 7 Desember 1921 di Dublin, Irlandia, 15 orang awam Katolik berkumpul untuk membicarakan bagaimana melaksanakan pelayanan sebagai kaum awam yang merasul. Setelah memohon bantuan Roh Kudus dan mendoakan rosario, mereka memutuskan untuk pergi dalam kelompok-kelompok kecil, bisa hanya berdua, mengunjungi Rumah Sakit di Dublin yang penuh dengan pasien-pasien miskin, tanpa kerabat dan orang jompo. Mereka kemudian juga memutuskan untuk kembali bertemu setiap minggunya. Peristiwa inilah yang mendasari lahirnya Legio Maria: berdoa bersama-sama, melaksanakan pekerjaan merasul dan pertemuan mingguan. Dari awal yang sederhana, dibimbing oleh Roh Kudus dan semangat Bunda Maria dalam karya pelayanan, bentuk kerasulan Legio Maria ini menyebar ke seluruh dunia.
Legio Maria kini berkarya di lebih dari 1900 keuskupan di seluruh dunia dan diperkirakan kini telah memiliki lebih dari 3 juta orang anggota aktif dan menjadikannnya organisasi kaum awam yang paling banyak anggotanya dalam hirarki Gereja Katolik.
Walaupun merupakan organisasi kaum awam, hirarki Gereja Katolik sangat mendukung Legio Maria ini. Pada tahun 1965 Frank Duff sebagai pendiri Legio Maria diundang oleh Paus Paulus VI menghadiri Konsili Vatikan II sebagai wakil dari kaum awam. Ini menandakan pengakuan, penghargaan dan juga dukungan Gereja bagi karya kerasulan awam Legio Maria.
Terakhir kali Paus Yohanes Paulus II hadir dalam pertemuan Legio Maria di Italia, 30 Oktober 1982 dan mengucapkan pidato yang indah sebagai berikut:
”Kalian adalah semangat Maria yang mulia, bukan saja karena kejayaan para Legioner membawa nama Maria sebagai benderanya, tetapi di atas itu karena mendasarkan metode spiritualitas dan kerasulan dalam prinsip yang dinamis dalam kesatuan dengan Bunda Maria, dalam kebenaran bahwa Maria berpartisipasi langsung dalam rencana keselamatan. Dalam kata lain, kalian berkehendak untuk mewujudkan pelayanan kalian kepada semua orang yang adalah wajah Kristus sendiri, dengan semangat dan kasih Maria.”
Seperti semangat sejak awal didirikannya oleh Frank Duff, Legio Maria di seluruh dunia berkarya dan merasul dalam semangat yang sama dengan para Legioner di seluruh dunia, yakni karya pelayanan dan doa, sebagai alat Roh Kudus dalam semangat Maria. Pelayanan Legio Maria mencakup kunjungan ke orang sakit, orang jompo, penjara, kunjungan kepada orang-orang dan keluarga yang membutuhkan bantuan kerohanian. Dalam hal kehidupan kerohanian mereka sendiri, setiap anggota berkumpul untuk pertemuan mingguan dalam kelompok kecil yang disebut presidium untuk berdoa bersama dan merencanakan karya kerasulan mereka.
Anggota Legio Maria sendiri terbagi atas dua jenis:
Anggota Aktif, yang bertemu setiap minggu selama kurang lebih 1,5 jam untuk berdoa, melaporkan dan menerima penugasan pelayanan. Para Legioner diwajibkan untuk merahasiakan hal-hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan mereka, termasuk juga penugasan mereka. Mereka juga wajib mendoakan doa Catena yang merupakan doa wajib mereka, setiap hari.
Anggota Auxilier, adalah anggota pendoa Legio Maria, biasanya adalah kaum rohaniawan/wati atau para imam yang tidak mungkin menjalankan penugasan seperti anggota aktif Legio Maria, tetapi mereka mendoakan karya Legio Maria. Ada pula kaum awam yang tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas anggota aktif tetapi bersedia mendoakan Doa Tessera setiap hari, di mana di dalam Doa Tessera juga ada Doa Rosario juga dapat diangkat sebagai anggota Auxilier.
Presidium terdiri dari sekitar 6 hingga 20 anggota aktif. Dalam struktur ketentaraan Romawi kuno, presidium adalah unit terkecil dengan tugas khusus. Nama ini yang juga dipakai untuk unit terkecil Legio Maria, di mana para anggotanya berkarya dalam doa dan pelayanan. Umumnya sebuah presidium terdiri di sebuah paroki, beranggotakan umat paroki tersebut dengan sepengetahuan pastor paroki yang kemudian juga bertindak sebagai penasehat presidium. Tetapi bisa saja di sebuah paroki terdapat lebih dari satu presidium di mana dapat dibentuk presidium-presidium yang khusus, seperti di paroki Prapatan terdapat presidium khusus untuk anak-anak dan ibu-ibu, walaupun secara umum, presidium Legio Maria harus terbuka bagi semua orang awam Katolik, laki-perempuan di atas 18 tahun yang tergerak oleh semangat Roh Kudus untuk menerima tugas-tugas yang diberikan. Frank Duff sendiri menyatakan bahwa keanggotaan Legio Maria terbuka bagi semua orang Katolik, bukan orang-orang yang khusus tapi orang Katolik biasa yang hidup dalam kehidupan yang biasa pula, yang berpendidikan atau tidak, pekerja, pensiunan dan pengangguran, tanpa memandang kelas, warna kulit atau ras, bahkan yang oleh kebanyakan orang kebanyakan dianggap primitif atau tertekan.
Mengenai hirarki dalam Legio Maria, ya, Legio Maria memiliki hirarki juga. Unit terkecil nya, seperti sudah disebutkan tadi, dinamakan presidium. Presidium-presidium berada di bawah Kuria. Kuria yang akan menentukan pembukaan sebuah presidium baru, apabila terdapat anggota-anggota baru yang memiliki anggota aktif yang lebih senior. Beberapa Kuria membentuk Komisium, beberapa Komisium membentuk Regia dan akhirnya Senatus yang melakukan koordinasi para Legioner di sebuah negara. Di atas itu terdapat Konsilium yang disebut Konsilium Legionis Maria yang berada di Dublin, Irlandia.
Struktur ketentaraan Romawi dipakai sebagai semangat para Legioner untuk, seperti para prajurit Romawi berserah setia pada kaisarnya lewat jendralnya, berserah setia untuk memuliakan Allah. Para legioner juga ingin meneladani para tentara Romawi yang dikenal karena keberanian, semangat, disiplin dan keberhasilan mereka. Para Legioner menghayati bahwa komando tertinggi mereka adalah Bunda Maria sendiri yang menginginkan semua anak-anaknya, kita semua, lebih dekat pada Putra tunggalnya Yesus Kristus.
Walaupun kedengarannya militan, Legioner justru mengambil semangatnya pada semangat jiwa Maria sendiri, kerendahhatian Maria, kepatuhannya pada rencana Tuhan, kasihnya yang besar, doa-doanya yang tak kunjung putus, kesuciannya, kesabarannya, kebijaksanaannya, cintanya pada Tuhan, dan di atas segalanya, adalah iman Maria yang tak tersaingi oleh manusia lain.
Nama-nama presidium atau kuria sendiri diambil berdasarkan sebutan Bunda Maria, misalnya ”Ratu Rosari”. Bisa juga dari gelarnya, misalnya ”Yang Dikandung Tanpa Noda” atau juga peristiwa dalam hidup Bunda Maria.
Di atas sebetulnya sudah dijelaskan sedikit, ada dua sisi yang harus berjalan beriringan, yaitu kehidupan doa bersama dan kehidupan karya kerasulan. Secara mendetil ada 4 hal yang tercakup dalam buku panduan Legio Maria, yaitu:
1. Kehadiran yang tetap dan tepat waktu pada setiap pertemuan mingguan presidium dan memberikan laporan yang jelas terhadap tugas-tugas yang diterima sebelumnya.
2. Doa Catena setiap hari
3. Pelaksanaan karya aktif legioner dalam semangat iman dan dalam kesatuan dengan Bunda Maria
4. Rasa hormat mendalam terhadap aspek kerahasiaan dari banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan atau yang dipelajari dalam karya para legioner.
Doa Catena sendiri sebetulnya adalah doa Magnificat, pujian Maria saat bertemu Elizabeth, yang didahului antifon dari Kitab Salomo 6:10 ”Siapakah Puteri itu yang datang sebagai fajar menyingsing kemerah-merahan, indah penaka bulan, gemerlap laksana surya, dahsyat bagaikan balatentara yang siap sedia bertempur?”
Anggota aktif bertemu setiap minggu sekitar 1,5 jam dengan Pemimpin Rohani mereka (atau asistennya) untuk berdoa bersama, melaporkan hasil penugasan mereka dan menerima penugasan mereka dari Ketua Presidium untuk seminggu kemudian. Penugasan anggota Legioner adalah pekerjaan yang kira-kira membutuhkan waktu dua jam dalam setiap minggunya dan harus disetujui oleh Pemimpin Rohani. Legioner wajib menjaga kerahasiaan mutlak akan hal-hal sensitif yang dibicarakan atau dipelajari dalam rapat mereka atau dalam pelayanan mereka. Anggota aktif setiap hari wajib berdoa Catena (Magnificat). Pelayanan setiap presidium dapat berbeda-beda tapi setiap anggota Legio Maria wajib melaksanakannya bersama dengan seorang anggota lainnya, berdua. Anggota baru menjalankan tugasnya bersama anggota yang lebih senior hingga ia dapat mendampingi anggota yang lebih baru kelak. Misi yang paling utama adalah melakukan hubungan dengan orang lain yang sedang berada dalam kesulitan-kesulitan dan mendampingi serta menjaga agar iman mereka tetap bertahan. Beberapa kemungkinan tugas mereka sehubungan dengan misi Legio Maria adalah misalnya membantu dan mempersiapkan orang-orang untuk memperoleh Sakramen-sakramen Gereja, bisa juga dengan mengajar iman Katolik, bisa kepada anak-anak atau orang dewasa, membantu pastor paroki melakukan sensus umat di wilayahnya, mengunjungi orang-orang yang dipenjara, orang-orang sakit baik yang dirawat di rumah sakit atau di rumah, dan mengunjungi orang jompo. Bisa juga membantu membagikan rosario atau media Katolik di wilayahnya.
Anggota auxsilier, kelompok pendoa Legio Maria adalah kaum awam beriman atau pastor atau biarawan/biarawati yang tidak mampu atau tidak bersedia melaksanakan tugas-tugas anggota aktif. Anggota auxilier mendoakan doa Tessera, yang terdiri dari permohonan turunnya Roh Kudus, rangkaian doa rosario, doa Catena dan doa-doa penutup. Anggota auxilier dihubungi sekurang-kurangnya sekali setahun oleh anggota aktif di presidium mana mereka tergabung. Mereka akan hadir bersama-sama anggota aktif saat Acies, sekitar 25 Maret, pada pesta Hari Raya Kabar Sukacita, peringatan wajib Gereja Katolik. Anggota auksilier dihormati pula pada setiap tanggal 8 September, hari Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria.
Semua orang Katolik yang tergerak hatinya oleh Roh Kudus dapat menjadi Legioner. Umumnya hanyalah syarat umur, yaitu minimal 18 tahun, tetapi secara khusus, dapat dibentuk sebuah presidium khusus untuk remaja antara 10 hingga 18 tahun yang berada di bawah bimbingan Legioner yang sudah senior. Anggota Presidium Yunior ini tentu saja menjalankan tugasnya sesuai dengan tingkatan umur dan kemampuan mereka. Untuk bergabung dalam suatu presidium, seseorang harus mengajukan keinginannya kepada presidium tersebut, lalu mengikuti pertemuan-pertemuan dan menerima penugasan, dalam masa percobaan selama sekitar 3 bulan. Bila orang tersebut memenuhi syarat dasar, seperti tepat waktu dan menjalankan penugasannya, ia dapat diterima sebagai anggota penuh dengan mengucapkan janji Legioner di depan presidium.
Penampakan Maria di Fatima
FATIMA
Pada tanggal 13 Mei 1917, tiga orang anak sedang menggembalakan sekawanan kecil domba mereka di Cova da Iria, paroki Fatima, kota Vila de Ourem, sekarang diosis Leiria – Fatima. Mereka bernama : Lucia de Jesus, berusia 10 tahun, dan saudara-saudara sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing berumur 9 dan 7 tahun.
Kira-kira tengah hari, setelah berdoa Rosario, seperti biasanya mereka lakukan, mereka bermain-main dengan membuat sebuah rumah-rumahan kecil dari batu-batu yang berserakan di sekitar tempat Basilika berdiri sekarang. Tiba-tiba mereka melihat sinar terang, dan karena menganggap bahwa sinar itu adalah halilintar, mereka memutuskan untuk pulang. Tetapi ketika mereka menuruni tebing, sebuah kilatan lagi menerangi tempat itu, dan di puncak pohon ek (di tempat Kapel Penampakan berdiri sekarang) mereka melihat “seorang Bunda yang lebih terang daripada matahari” yang dari kedua tangannya tergantung sebuah rosario berwarna putih.
Bunda itu berkata kepada ketiga gembala kecil tersebut bahwa perlu banyak berdoa dan ia mengundang mereka untuk datang lagi ke Cova da Iria selama lima bulan berturut-turut, pada hari ketiga belas, pada jam yang sama. Anak-anak itu melakukan seperti yang dikatakan kepada mereka pada hari ketiga belas Juni, Juli, September dan Oktober, Bunda itu menampakkan diri kepada mereka lagi dan berbicara kepada mereka di Cova da Iria. Pada tanggal 19 Agustus, penampakan terjadi di Valinhos, kira-kira 500 meter dari Aljustrel, karena pada tanggal 13 ketiga anai itu dibawa oleh Administratur setempat ke Vila Nova de Ourem.
Pada penampakkan yang terakhir, tanggal 13 Oktober, bersama dengan sekitar 70.000 orang yang hadir, Bunda berkata kepada anak-anak itu bahwa ia adalah “Bunda Rosario” dan supaya sebuah kapel didirikan di tempat itu sebagai penghormatan kepadaNya. Setelah penampakan itu semua yang hadir menyaksikan mukjijat yang telah dijanjikan kepada tiga anak itu pada bulan Juli dan September : yaitu matahari, yang menyerupai sebuah piringan perak, dapat dipandang lama dan mudah dan, sambil berputar seperti sebuah roda api, tampak seperti akan jatuh ke bumi.
Setelah itu ketika Lucia menjadi seorang suster Ordo Santa Dorothy, bunda kita menampakkan diri lagi kepadanya di Spanyol (10 Desember 1925 dan 15 Februari 1926, di Biara Pontevedra, dan pada malam tanggal 13/14 Juni 1929, di Biara Tuy), yang meminta devosi lima hari Sabtu pertama (untuk berdoa Rosario, merenungkan misteri-misteri Rosario, mengaku dosa dan menerima komuni, untuk menebus dosa-dosa yang telah dilakukan kepada Hati Maria yang tak bernoda), dan Konsekrasi Rusia kepada Hati Yang Tak Bernoda itu juga. Permintaan ini telah diumumkan melalui Penampakkan pada tanggal 13 Juli 1917, dalam apa yang disebut sebagai “Rahasia Fatima”.
Bertahun-tahun setelah itu suster Lucia mengungkapkan bahwa, antara bulan April dan Oktober 1916, seorang Malaikat menampakkan diri kepada ketiga orang anak itu sebanyak tiga kali, dua kali di Cabeco dan sekali di sumur dalam kebun belakang di rumah Lucia, yang menasehatkan agar mereka berdoa dan bertobat.
Sejak tahun 1917 para peziarah tak kunjung berhenti datang ke Cova da Iria dalam jumlah ribuan orang dari seluruh bagian dunia, mula-mula pada tanggal 13 setiap bulan, kemudian selama liburan musim panas dan musim dingin, dan sekarang semakin banyak lagi pada akhir minggu dan hari apa saja sepanjang tahun.
VISIONER
(Para saksi mata dari peristiwa penampakkan)
Jacinta, Lucia dan Francisco
1. LUCIA DE JESUS :
Dialah yang terutama mendapat penampakan-penampakan tersebut. Ia lahir pada tanggal 22 Maret 1907, di Aljustrel, di Paroki Fatima. Pada tanggal 17 Juni 1921, ia memasuki kolese Vilar (Porto), yang dipimpin oleh ordo Santa Dorothy. Kemudian ia pergi ke Tuy, dimana ia menerima jubah dan nama Maria Lucia dari Dolours. Pada tanggal 3 Oktober 1928 ia mengucapkan kaul sementaranya dan pada tanggal 3 Oktober 1934 kaul kekalnya.
Pada tanggal 24 Maret 1948 ia pindah ke Coimbra, memasuki ordo Carmel Santa Teresa, dan menyandang nama Suster Maria Lucia dari Hati Yang Tak Bernoda. Pada tanggal 31 Mei 1949 ia mempersembahkan kaul sucinya. Suster Lucia telah datang ke Fatima beberapa kali : pada tanggal 22 Mei 1946, 13 Mei 1967, pada tahun 1981 untuk mengarahkan pembuatan sejumlah lukisan tentang Penampakan-penampakan tersebut di Carmel, pada tanggal 13 Mei 1982, 1991 dan juga 13 Mei 2000 saat beatifikasi Francisco dan Yacinta oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II.
2.
FRANCISCO MARTO :
Ia dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1908, di Aljustrel. Ia menghadapi kematiannya yang suci pada tanggal 4 April 1919 di rumah orang tuanya. Dengan sifatnya yang sangat sensitif dan kontemplatif, ia mengarahkan semua dosa dan pertobatannya untuk “menghibur Allah Kita”.
Ia dikuburkan di pemakaman paroki dan pada tanggal 13 Maret 1952 tubuhnya dipindahkan ke Basilika, di sisi timur.
3.
JACINTA MARTO :
Ia lahir di Aljustrel pada tanggal 11 Maret 1910. Kematiannya yang suci terjadi pada tanggal 20 Februari 1920, di rumah sakit D. Estefania, Lisbon, setelah mengalami sakit berat dan lama, dengna mempersembahkan seluruh penderitaannya untuk pertobatan orang-orang yang berdosa, untuk perdamaian di dunia dan untuk Bapa Suci.
Pada tanggal 12 September 1935 tubuhnya dipindahkan dengan upacara yang khidmat dari makam keluarga milik bangsawan Alvaiazere di Ourem, ke pemakaman Fatima, dan di tempatkan di sebelah makam kakaknya Francisco. Pada tanggal 1 Mei 1951, pemindahan tubuh Jacinta dilakukan secara sangat sederhana, ke sebuah makam yang baru, yang telah disiapkan di Basilika Cova da Iria, di sisi barat.
Proses beatifikasi atas kedua penerima penampakan-penampakan di Fatima, Francisco dan Jacinta Marto, setelah langkah-langkah yang pertama dilakukan pada tahun 1945, dimulai pada tahun 1952, dan diakhiri tahun 1979.
Pada tanggal 15 Februari 1988 dikumen terakhir, yang dapat menjadi pertimbangan Bapa Suci untuk menyatakan “Beato dan Beata” atas kedua anak penerima penampakan Fatima itu, diberikan kepada Bapa Suci Yohanes Paulus II, dan kepadaKongregasi untuk pertimbangan atas Santo-Santa. Sementara itu mereka dinyatakan “layak menerima penghormatan” melalui sebuah keputusan kongregasi suci tersebut pada tanggal 13 Mei 1989. Langkah terakhir seperti yang kita harapkan adalah kanonisasi mereka, dengan mana mereka akan dinyatakan sebagai “Santo dan Santa”.
28 April 1919 Dimulainya pembangunan Kapel Penampakan.
13 Oktober 1921 Ijin untuk merayakan Misa untuk pertama kalinya.
03 Mei 1922 Ketetapan yang dikeluarkan oleh Uskup Leiria untuk memulai Proses Kanonik mengenai peristiwa-peristiwa Fatima.
26 Juni 1927 Uskup Leiria untuk pertama kali memimpin upacara resmi di Cova da Iria, setelah pemberkatan atas perhentian-perhentian jalan salib dari Reguengo ke Fetal (11 km).
13 Oktober 1930 Dengan surat resmi “divine Providence” Uskup Leiria menyatakan bahwa penampakan-penampakan tersebut patut dipercayai dan membenarkan kebaktian kepada Bunda kita dari Fatima.
13 Mei 1931 Konsekrasi pertama atas Portugal kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda yang dilakukan oleh Episkopat Portugal untuk memenuhi pesan Fatima.
31 Oktober 1942 Pius XII, berbicara dalam bahasa Portugal melalui radio, mengkonsekrir dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, secara khusus menyebutkan Rusia sesuai dengan permintaan
Bunda kita.
13 Mei 1946 Pemasangan mahkota atas Patung Bunda kita dari Fatima di Kapel Penampakan (Mahkotanya dihadiahkan oleh kaum wanita Portugal, sebagai ucapan syukur karena Portugal bebas dari Perang Dunia II), oleh Kardinal Masella, Legatus Pontificat.
13 Oktober 1951 Penutupan Tahun Suci (Universal) di Fatima, oleh Kardinal Tedeschini, Legatus Pontificat, yang mengungkapkan bahwa Paus Pius XII telah menyaksikan, di Vatikan pada tahun 1950, keajaiban matahari tanggal 13 Oktober 1917.
13 Mei 1956 Kardinal Roncalli, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes XXIII, memimpin upacara-upacara ziarah peringatan penampakan.
21 November 1964 Pada akhir pertemuan yang ketiga Dewan Ekumenis, di hadapan 2.500 Pastor Konsili, Paus Paulus VI mengumumkan pemberian Mawar Emas kepada tempat suci Fatima, yang disampaikan pada tanggal 13 Mei 1965 oleh Kardinal Cento, Legatus Pontificat.
13 Mei 1967 Bapa Suci Paulus VI datang ke Fatima, dalam rangka peringatan kelimapuluh Penampakan pertama Bunda kita, untuk berdoa bagi perdamaian di dunia dan Persatuan dalam Gereja.
10 Juli 1977 Kardinal Luciani, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes Paulus I, berziarah ke Fatima.
12/13 Mei 1982 Bapa Suci Yohanes Paulus II datang berziarah ke Fatima untuk mengucap syukur karena jiwanya diselamatkan pada tahun sebelumnya di lapangan St. Petrus dan dengan berlutut ia mengkonsekrir Gereja, semua rakyat dan bangsa, secara tersirat menyebutkan Rusia, kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda.
25 Maret 1984 Di lapangan St. Petrusdi Roma, di depan Patung dari Kapel Penampakan, Yohanes Paulus II sekali lagi mengkonsekrir seluruh dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, bersama
dengan semua Uskup seluruh dunia.
12/13 Mei 1991 Bapa Suci untuk kedua kalinya datang ke Fatima, sebagai peziarah, pada peringatan yang kesepuluh percobaan pembunuhan atas dirinya.
12/13 Mei 2000 Bapa Suci datang ke Fatima untuk mempersembahkan Perayaan Ekaristi di tahun Jubileum Agung dalam rangka beatifikasi Francisco dan Jacinta. Lucia juga hadir dalam kesempatan tersebut. Perayaan ekaristi tersebut dihadiri ratusan ribu peziarah yang datang dari pelbagai
penjuru dunia termasuk Indonesia.
TANGGAL – TANGGAL PENTING DI FATIMA
Pada tanggal 13 Mei 1917, tiga orang anak sedang menggembalakan sekawanan kecil domba mereka di Cova da Iria, paroki Fatima, kota Vila de Ourem, sekarang diosis Leiria – Fatima. Mereka bernama : Lucia de Jesus, berusia 10 tahun, dan saudara-saudara sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing berumur 9 dan 7 tahun.
Kira-kira tengah hari, setelah berdoa Rosario, seperti biasanya mereka lakukan, mereka bermain-main dengan membuat sebuah rumah-rumahan kecil dari batu-batu yang berserakan di sekitar tempat Basilika berdiri sekarang. Tiba-tiba mereka melihat sinar terang, dan karena menganggap bahwa sinar itu adalah halilintar, mereka memutuskan untuk pulang. Tetapi ketika mereka menuruni tebing, sebuah kilatan lagi menerangi tempat itu, dan di puncak pohon ek (di tempat Kapel Penampakan berdiri sekarang) mereka melihat “seorang Bunda yang lebih terang daripada matahari” yang dari kedua tangannya tergantung sebuah rosario berwarna putih.
Bunda itu berkata kepada ketiga gembala kecil tersebut bahwa perlu banyak berdoa dan ia mengundang mereka untuk datang lagi ke Cova da Iria selama lima bulan berturut-turut, pada hari ketiga belas, pada jam yang sama. Anak-anak itu melakukan seperti yang dikatakan kepada mereka pada hari ketiga belas Juni, Juli, September dan Oktober, Bunda itu menampakkan diri kepada mereka lagi dan berbicara kepada mereka di Cova da Iria. Pada tanggal 19 Agustus, penampakan terjadi di Valinhos, kira-kira 500 meter dari Aljustrel, karena pada tanggal 13 ketiga anai itu dibawa oleh Administratur setempat ke Vila Nova de Ourem.
Pada penampakkan yang terakhir, tanggal 13 Oktober, bersama dengan sekitar 70.000 orang yang hadir, Bunda berkata kepada anak-anak itu bahwa ia adalah “Bunda Rosario” dan supaya sebuah kapel didirikan di tempat itu sebagai penghormatan kepadaNya. Setelah penampakan itu semua yang hadir menyaksikan mukjijat yang telah dijanjikan kepada tiga anak itu pada bulan Juli dan September : yaitu matahari, yang menyerupai sebuah piringan perak, dapat dipandang lama dan mudah dan, sambil berputar seperti sebuah roda api, tampak seperti akan jatuh ke bumi.
Setelah itu ketika Lucia menjadi seorang suster Ordo Santa Dorothy, bunda kita menampakkan diri lagi kepadanya di Spanyol (10 Desember 1925 dan 15 Februari 1926, di Biara Pontevedra, dan pada malam tanggal 13/14 Juni 1929, di Biara Tuy), yang meminta devosi lima hari Sabtu pertama (untuk berdoa Rosario, merenungkan misteri-misteri Rosario, mengaku dosa dan menerima komuni, untuk menebus dosa-dosa yang telah dilakukan kepada Hati Maria yang tak bernoda), dan Konsekrasi Rusia kepada Hati Yang Tak Bernoda itu juga. Permintaan ini telah diumumkan melalui Penampakkan pada tanggal 13 Juli 1917, dalam apa yang disebut sebagai “Rahasia Fatima”.
Bertahun-tahun setelah itu suster Lucia mengungkapkan bahwa, antara bulan April dan Oktober 1916, seorang Malaikat menampakkan diri kepada ketiga orang anak itu sebanyak tiga kali, dua kali di Cabeco dan sekali di sumur dalam kebun belakang di rumah Lucia, yang menasehatkan agar mereka berdoa dan bertobat.
Sejak tahun 1917 para peziarah tak kunjung berhenti datang ke Cova da Iria dalam jumlah ribuan orang dari seluruh bagian dunia, mula-mula pada tanggal 13 setiap bulan, kemudian selama liburan musim panas dan musim dingin, dan sekarang semakin banyak lagi pada akhir minggu dan hari apa saja sepanjang tahun.
VISIONER
(Para saksi mata dari peristiwa penampakkan)
Jacinta, Lucia dan Francisco
1. LUCIA DE JESUS :
Dialah yang terutama mendapat penampakan-penampakan tersebut. Ia lahir pada tanggal 22 Maret 1907, di Aljustrel, di Paroki Fatima. Pada tanggal 17 Juni 1921, ia memasuki kolese Vilar (Porto), yang dipimpin oleh ordo Santa Dorothy. Kemudian ia pergi ke Tuy, dimana ia menerima jubah dan nama Maria Lucia dari Dolours. Pada tanggal 3 Oktober 1928 ia mengucapkan kaul sementaranya dan pada tanggal 3 Oktober 1934 kaul kekalnya.
Pada tanggal 24 Maret 1948 ia pindah ke Coimbra, memasuki ordo Carmel Santa Teresa, dan menyandang nama Suster Maria Lucia dari Hati Yang Tak Bernoda. Pada tanggal 31 Mei 1949 ia mempersembahkan kaul sucinya. Suster Lucia telah datang ke Fatima beberapa kali : pada tanggal 22 Mei 1946, 13 Mei 1967, pada tahun 1981 untuk mengarahkan pembuatan sejumlah lukisan tentang Penampakan-penampakan tersebut di Carmel, pada tanggal 13 Mei 1982, 1991 dan juga 13 Mei 2000 saat beatifikasi Francisco dan Yacinta oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II.
2.
FRANCISCO MARTO :
Ia dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1908, di Aljustrel. Ia menghadapi kematiannya yang suci pada tanggal 4 April 1919 di rumah orang tuanya. Dengan sifatnya yang sangat sensitif dan kontemplatif, ia mengarahkan semua dosa dan pertobatannya untuk “menghibur Allah Kita”.
Ia dikuburkan di pemakaman paroki dan pada tanggal 13 Maret 1952 tubuhnya dipindahkan ke Basilika, di sisi timur.
3.
JACINTA MARTO :
Ia lahir di Aljustrel pada tanggal 11 Maret 1910. Kematiannya yang suci terjadi pada tanggal 20 Februari 1920, di rumah sakit D. Estefania, Lisbon, setelah mengalami sakit berat dan lama, dengna mempersembahkan seluruh penderitaannya untuk pertobatan orang-orang yang berdosa, untuk perdamaian di dunia dan untuk Bapa Suci.
Pada tanggal 12 September 1935 tubuhnya dipindahkan dengan upacara yang khidmat dari makam keluarga milik bangsawan Alvaiazere di Ourem, ke pemakaman Fatima, dan di tempatkan di sebelah makam kakaknya Francisco. Pada tanggal 1 Mei 1951, pemindahan tubuh Jacinta dilakukan secara sangat sederhana, ke sebuah makam yang baru, yang telah disiapkan di Basilika Cova da Iria, di sisi barat.
Proses beatifikasi atas kedua penerima penampakan-penampakan di Fatima, Francisco dan Jacinta Marto, setelah langkah-langkah yang pertama dilakukan pada tahun 1945, dimulai pada tahun 1952, dan diakhiri tahun 1979.
Pada tanggal 15 Februari 1988 dikumen terakhir, yang dapat menjadi pertimbangan Bapa Suci untuk menyatakan “Beato dan Beata” atas kedua anak penerima penampakan Fatima itu, diberikan kepada Bapa Suci Yohanes Paulus II, dan kepadaKongregasi untuk pertimbangan atas Santo-Santa. Sementara itu mereka dinyatakan “layak menerima penghormatan” melalui sebuah keputusan kongregasi suci tersebut pada tanggal 13 Mei 1989. Langkah terakhir seperti yang kita harapkan adalah kanonisasi mereka, dengan mana mereka akan dinyatakan sebagai “Santo dan Santa”.
28 April 1919 Dimulainya pembangunan Kapel Penampakan.
13 Oktober 1921 Ijin untuk merayakan Misa untuk pertama kalinya.
03 Mei 1922 Ketetapan yang dikeluarkan oleh Uskup Leiria untuk memulai Proses Kanonik mengenai peristiwa-peristiwa Fatima.
26 Juni 1927 Uskup Leiria untuk pertama kali memimpin upacara resmi di Cova da Iria, setelah pemberkatan atas perhentian-perhentian jalan salib dari Reguengo ke Fetal (11 km).
13 Oktober 1930 Dengan surat resmi “divine Providence” Uskup Leiria menyatakan bahwa penampakan-penampakan tersebut patut dipercayai dan membenarkan kebaktian kepada Bunda kita dari Fatima.
13 Mei 1931 Konsekrasi pertama atas Portugal kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda yang dilakukan oleh Episkopat Portugal untuk memenuhi pesan Fatima.
31 Oktober 1942 Pius XII, berbicara dalam bahasa Portugal melalui radio, mengkonsekrir dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, secara khusus menyebutkan Rusia sesuai dengan permintaan
Bunda kita.
13 Mei 1946 Pemasangan mahkota atas Patung Bunda kita dari Fatima di Kapel Penampakan (Mahkotanya dihadiahkan oleh kaum wanita Portugal, sebagai ucapan syukur karena Portugal bebas dari Perang Dunia II), oleh Kardinal Masella, Legatus Pontificat.
13 Oktober 1951 Penutupan Tahun Suci (Universal) di Fatima, oleh Kardinal Tedeschini, Legatus Pontificat, yang mengungkapkan bahwa Paus Pius XII telah menyaksikan, di Vatikan pada tahun 1950, keajaiban matahari tanggal 13 Oktober 1917.
13 Mei 1956 Kardinal Roncalli, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes XXIII, memimpin upacara-upacara ziarah peringatan penampakan.
21 November 1964 Pada akhir pertemuan yang ketiga Dewan Ekumenis, di hadapan 2.500 Pastor Konsili, Paus Paulus VI mengumumkan pemberian Mawar Emas kepada tempat suci Fatima, yang disampaikan pada tanggal 13 Mei 1965 oleh Kardinal Cento, Legatus Pontificat.
13 Mei 1967 Bapa Suci Paulus VI datang ke Fatima, dalam rangka peringatan kelimapuluh Penampakan pertama Bunda kita, untuk berdoa bagi perdamaian di dunia dan Persatuan dalam Gereja.
10 Juli 1977 Kardinal Luciani, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes Paulus I, berziarah ke Fatima.
12/13 Mei 1982 Bapa Suci Yohanes Paulus II datang berziarah ke Fatima untuk mengucap syukur karena jiwanya diselamatkan pada tahun sebelumnya di lapangan St. Petrus dan dengan berlutut ia mengkonsekrir Gereja, semua rakyat dan bangsa, secara tersirat menyebutkan Rusia, kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda.
25 Maret 1984 Di lapangan St. Petrusdi Roma, di depan Patung dari Kapel Penampakan, Yohanes Paulus II sekali lagi mengkonsekrir seluruh dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, bersama
dengan semua Uskup seluruh dunia.
12/13 Mei 1991 Bapa Suci untuk kedua kalinya datang ke Fatima, sebagai peziarah, pada peringatan yang kesepuluh percobaan pembunuhan atas dirinya.
12/13 Mei 2000 Bapa Suci datang ke Fatima untuk mempersembahkan Perayaan Ekaristi di tahun Jubileum Agung dalam rangka beatifikasi Francisco dan Jacinta. Lucia juga hadir dalam kesempatan tersebut. Perayaan ekaristi tersebut dihadiri ratusan ribu peziarah yang datang dari pelbagai
penjuru dunia termasuk Indonesia.
TANGGAL – TANGGAL PENTING DI FATIMA
Meneladani Sang Immakulata
Meneladani Sang Immakulata
Oleh : Rm. Maximilian M. Dean, FI
Maria adalah murid Kristus yang sempurna dan Bunda yang membawa semua anaknya menjadi mirip Putra Sulungnya. Ia ingin mengenekan pakaian kebajikannya sendiri, kepada kita. Namun hal ini tidak dapat dilakukannya tanpa kerjasama dengan. Maka kita harus mengambil langkah pertama dengan mencoba meneladaninya, dengan menanggalkan habitus lama/kebiasaan kita, sehingga diperbaiki oleh Roh Kudus.
Bila seseorang memulai perjalanan, dia harus memiliki tujuan. Jika tidak, ia akan berjalan kian kemari. Dengan cara yang sama, dalam perjalanan rohani, kita perlu memiliki tujuan rohani yang kita usahakan untuk dicapai dengan bantuan rahmat Ilahi. Tujuannya tentu saja ialah untuk menjadi Kristus-kristus yang lain, menjadi sungguh-sungguh orang Kristen. Yah, makhluk ciptaan yang paling sesuai dengan Kristus dulu, sekarang dan selamanya, adalah Maria Imakulata. Ia adalah teladan Gereja beliau adalah contoh dari setiap orang Kristen. Ini berarti bahwa untuk menjadi seorang Kristen yang otentik, kita harus menjadi Marian.
Maka kita berbicara mengenai daftar perjalanan seumur hidup yang berpusat pada Hati sang Immakulata Coredemtrix. " Marianisasi hidup seseorang." Rm. Manelli dengan singkat menggambarkan perjalanan Marian ini sebagai berikut, " Kita temukan diri kita sendiri di sini dalam arena Mistikisme Maria, dan kita semua dipanggil untuk ini dan di bimbing kepada Konsekrasi Maria yang berjalan mendoakan, membimbing dan mengikuti Putra Allah yang dipercayakan kepada Hidup dan Rahimnya. Yang dipraktekan dalam kedalaman dan Totalitasnya, namun untuk menjalankan hidup sesuai dengan konsekrasi kepada Hati Immakulata secara penuh dan giat, dibutuhkan tekad untuk merealisasikan suatu kehidupan yang menladani menyerupai diri Maria. Sedemikian kuat dan sungguh-sungguh, sehingga kita mengenakan semua Kebajikan-kebajikan dan Keutamaan serta Anugerah yang telah Allah tentukan sejak ia dalam kandungan ibunya St. Anna (Hanna). Ini juga akan membawa kita secara perlahan dan pasti menjadi Bejana seperti diri Maria yang dipersiapkan sebagai sarana Kerajaan Allah, sutau kesatuan yang menjadi semakin Intim dengan Bunda Maria. Di Kayu Salib Yesus pun telah ber Sabda yang disaksikan serta ditujukan kepada murid yang setia Yohanes agar dia juga menerima sebagai ibu sekaligus menjadi anak Maria. Dan melalui Hati Maria Yang Tak bernoda agar kita dapat tiba pada Hati Sang Putra Allah yang juga Buah Rahim dan ia kasihi, demikian yang dinyatakan St. Maximilian M. Kolbe.
Dalam garis besar Marianisasi hidup seseorang Rm. Manelli mengarisbawahi tiga tahap :
Meledani, Menyatukan diri dan Merubah diri sebagai Maria (Putri, Bunda dan Mempelai), setiap jiwa yang memfokuskan perhatiannya dengan tekun pada Hati Bunda Yang Tak Bernoda, secara intim dihubungkan dengan persembahan Diri Putranya yang Ilahi itu, dan didorong dengan kaut untuk meneladani Bunda, masuk dalam suatu kesatuan hidup dengannya dan pada akhirnya di "transubstansiasi" kan secara wajar dan mengalir bersamanya.
Pertama, kita harus meneladani Sang Immakulata dalam semua kebajikannya. Gereja tak pernah merenungkan Maria sebagai "Model yang Utama" dan "Realisasi yang patut dicontoh Gereja", Ia adalah Gereja yang Mulia, Tak Bernoda ataupun berkerut, atau hal seperti itu lainnya. Malainkan. "adalah suci dan tanpa cela"(Ef 5 : 27), maka beliau adalah contoh Pribadi dan Dinamis bagi tiap anggota Gereja yang dipilih Kristus, "sebelum penciptaan dunia…(untuk) menjadi suci dan tak bernoda dalam pandangan Kasih-Nya".(Ef 1 : 4) Ia adalah teladan, terutama di Kaki Salib pada saat ia mempersembahkan Kurban Suci Yesus Kristus pada bapa dan mempersatukan dirinya kepada Kurban-Nya dalam Hati Keibuannya sebagai Coredomtrix. Di bawah aliran Darah Termulia Putranya, dipuncak tertinggi dari perantaraan keibuannya, Maria secara heroic memberi contoh setiap kebajikan Kristiani, khususnya kebajikan teologis; Iman Harapan dan Kasih.
Oleh karena itu, Gereja dan setiap anggota Gereja khususnya, harus meneladani kebajikan-kebajikan Maria yang telah ditunjukkannya dalam seluruh perjalanan perziarahan hidupnya di dunia ini. Namun secara istimewa selama kasih keibuannya di Kalvari, pada saat Maria, dengan dan di bawah Kristus yang tersalaib, meebus dunia sebagai Coredemptrix.
Teladan ini sesuai dengan seluruh proses pertobatan dan pemurnian yang telah kita singgung di artikel-artikel sebelumnya. Rm. Manelli menggambarkannya sebagai "aspek negative" untuk memariankan hidup seseorang, karena "itu termasuk menolak semuanya yang tidak pantas bagi Hati Tak Benoda, yang membuatnya merasa pahit dan terluka, yaitu dosa dalam segala jenis. Itu berarti mempraktekkan penyangkalan diri, penitensi, mempersembahkan silih, baik yang batiniah amupun yang lahiriah…. Melalui proses pemurnian yang luar biasa aktif atau pasif dari indera dan kemampuan jiwa."
Untuk mencapainya pada tingkatan yang praktis, jiwa kita perlu menentukan keburukannya yang paling utama dan kemudian berusaha mempraktekan kebajikan Maria, yang bertentangan dengan kekurangan tadi. Sekali kita mengetahui kebajikan kunci yang kita butuhkan, kita sebaiknya memeriksa diri kita sendiri setiap hari, untuk mengamati bagaimana kita mempraktekannya, merenungkan bagaimana Bunda Maria akan menjalankan ditempat kita. Dengan cara ini, ia menjadi cermin untuk memmeriksa suara hati kita. Saat kita setiap hari membendingkan diri kita dengannya, kita akan mulai menyadari, betapa banyak kita harus bertumbuh dalam kunci kebajikan dalam keutamaannya sebagai Bejana yang dipersiapkan untuk Kerjaaan Allah.
Sungguh merupakan hiburan besar bahwa Sang Immakulata bukanlah teladan statis dari 2000 Tahun yang lalu. Meneladani ia adalah Ibu kita sapanjang waktu, Ibu Rohani Sejati yang penuh semangat, memberi pupuk pada hati kita, yang menjadi perantara semua Rahmat yang kita perlukan untuk mencontohnya supaya menjadi serupa dengan Putranya, Tuhan kita Yesus Kristus. Maka Maria adalah teladan dan perantara kita, dan semua ini disampaikan dengan kasih, bilangan kita memandangnya sebagai Ibu Sejati kita semua yang berpengharapan akan Belas Kasih Setia Allah seperti "Kidung Manificat"nya
Sumber : Missio Immmaculata Internasional Mei 2006.
Oleh : Rm. Maximilian M. Dean, FI
Maria adalah murid Kristus yang sempurna dan Bunda yang membawa semua anaknya menjadi mirip Putra Sulungnya. Ia ingin mengenekan pakaian kebajikannya sendiri, kepada kita. Namun hal ini tidak dapat dilakukannya tanpa kerjasama dengan. Maka kita harus mengambil langkah pertama dengan mencoba meneladaninya, dengan menanggalkan habitus lama/kebiasaan kita, sehingga diperbaiki oleh Roh Kudus.
Bila seseorang memulai perjalanan, dia harus memiliki tujuan. Jika tidak, ia akan berjalan kian kemari. Dengan cara yang sama, dalam perjalanan rohani, kita perlu memiliki tujuan rohani yang kita usahakan untuk dicapai dengan bantuan rahmat Ilahi. Tujuannya tentu saja ialah untuk menjadi Kristus-kristus yang lain, menjadi sungguh-sungguh orang Kristen. Yah, makhluk ciptaan yang paling sesuai dengan Kristus dulu, sekarang dan selamanya, adalah Maria Imakulata. Ia adalah teladan Gereja beliau adalah contoh dari setiap orang Kristen. Ini berarti bahwa untuk menjadi seorang Kristen yang otentik, kita harus menjadi Marian.
Maka kita berbicara mengenai daftar perjalanan seumur hidup yang berpusat pada Hati sang Immakulata Coredemtrix. " Marianisasi hidup seseorang." Rm. Manelli dengan singkat menggambarkan perjalanan Marian ini sebagai berikut, " Kita temukan diri kita sendiri di sini dalam arena Mistikisme Maria, dan kita semua dipanggil untuk ini dan di bimbing kepada Konsekrasi Maria yang berjalan mendoakan, membimbing dan mengikuti Putra Allah yang dipercayakan kepada Hidup dan Rahimnya. Yang dipraktekan dalam kedalaman dan Totalitasnya, namun untuk menjalankan hidup sesuai dengan konsekrasi kepada Hati Immakulata secara penuh dan giat, dibutuhkan tekad untuk merealisasikan suatu kehidupan yang menladani menyerupai diri Maria. Sedemikian kuat dan sungguh-sungguh, sehingga kita mengenakan semua Kebajikan-kebajikan dan Keutamaan serta Anugerah yang telah Allah tentukan sejak ia dalam kandungan ibunya St. Anna (Hanna). Ini juga akan membawa kita secara perlahan dan pasti menjadi Bejana seperti diri Maria yang dipersiapkan sebagai sarana Kerajaan Allah, sutau kesatuan yang menjadi semakin Intim dengan Bunda Maria. Di Kayu Salib Yesus pun telah ber Sabda yang disaksikan serta ditujukan kepada murid yang setia Yohanes agar dia juga menerima sebagai ibu sekaligus menjadi anak Maria. Dan melalui Hati Maria Yang Tak bernoda agar kita dapat tiba pada Hati Sang Putra Allah yang juga Buah Rahim dan ia kasihi, demikian yang dinyatakan St. Maximilian M. Kolbe.
Dalam garis besar Marianisasi hidup seseorang Rm. Manelli mengarisbawahi tiga tahap :
Meledani, Menyatukan diri dan Merubah diri sebagai Maria (Putri, Bunda dan Mempelai), setiap jiwa yang memfokuskan perhatiannya dengan tekun pada Hati Bunda Yang Tak Bernoda, secara intim dihubungkan dengan persembahan Diri Putranya yang Ilahi itu, dan didorong dengan kaut untuk meneladani Bunda, masuk dalam suatu kesatuan hidup dengannya dan pada akhirnya di "transubstansiasi" kan secara wajar dan mengalir bersamanya.
Pertama, kita harus meneladani Sang Immakulata dalam semua kebajikannya. Gereja tak pernah merenungkan Maria sebagai "Model yang Utama" dan "Realisasi yang patut dicontoh Gereja", Ia adalah Gereja yang Mulia, Tak Bernoda ataupun berkerut, atau hal seperti itu lainnya. Malainkan. "adalah suci dan tanpa cela"(Ef 5 : 27), maka beliau adalah contoh Pribadi dan Dinamis bagi tiap anggota Gereja yang dipilih Kristus, "sebelum penciptaan dunia…(untuk) menjadi suci dan tak bernoda dalam pandangan Kasih-Nya".(Ef 1 : 4) Ia adalah teladan, terutama di Kaki Salib pada saat ia mempersembahkan Kurban Suci Yesus Kristus pada bapa dan mempersatukan dirinya kepada Kurban-Nya dalam Hati Keibuannya sebagai Coredomtrix. Di bawah aliran Darah Termulia Putranya, dipuncak tertinggi dari perantaraan keibuannya, Maria secara heroic memberi contoh setiap kebajikan Kristiani, khususnya kebajikan teologis; Iman Harapan dan Kasih.
Oleh karena itu, Gereja dan setiap anggota Gereja khususnya, harus meneladani kebajikan-kebajikan Maria yang telah ditunjukkannya dalam seluruh perjalanan perziarahan hidupnya di dunia ini. Namun secara istimewa selama kasih keibuannya di Kalvari, pada saat Maria, dengan dan di bawah Kristus yang tersalaib, meebus dunia sebagai Coredemptrix.
Teladan ini sesuai dengan seluruh proses pertobatan dan pemurnian yang telah kita singgung di artikel-artikel sebelumnya. Rm. Manelli menggambarkannya sebagai "aspek negative" untuk memariankan hidup seseorang, karena "itu termasuk menolak semuanya yang tidak pantas bagi Hati Tak Benoda, yang membuatnya merasa pahit dan terluka, yaitu dosa dalam segala jenis. Itu berarti mempraktekkan penyangkalan diri, penitensi, mempersembahkan silih, baik yang batiniah amupun yang lahiriah…. Melalui proses pemurnian yang luar biasa aktif atau pasif dari indera dan kemampuan jiwa."
Untuk mencapainya pada tingkatan yang praktis, jiwa kita perlu menentukan keburukannya yang paling utama dan kemudian berusaha mempraktekan kebajikan Maria, yang bertentangan dengan kekurangan tadi. Sekali kita mengetahui kebajikan kunci yang kita butuhkan, kita sebaiknya memeriksa diri kita sendiri setiap hari, untuk mengamati bagaimana kita mempraktekannya, merenungkan bagaimana Bunda Maria akan menjalankan ditempat kita. Dengan cara ini, ia menjadi cermin untuk memmeriksa suara hati kita. Saat kita setiap hari membendingkan diri kita dengannya, kita akan mulai menyadari, betapa banyak kita harus bertumbuh dalam kunci kebajikan dalam keutamaannya sebagai Bejana yang dipersiapkan untuk Kerjaaan Allah.
Sungguh merupakan hiburan besar bahwa Sang Immakulata bukanlah teladan statis dari 2000 Tahun yang lalu. Meneladani ia adalah Ibu kita sapanjang waktu, Ibu Rohani Sejati yang penuh semangat, memberi pupuk pada hati kita, yang menjadi perantara semua Rahmat yang kita perlukan untuk mencontohnya supaya menjadi serupa dengan Putranya, Tuhan kita Yesus Kristus. Maka Maria adalah teladan dan perantara kita, dan semua ini disampaikan dengan kasih, bilangan kita memandangnya sebagai Ibu Sejati kita semua yang berpengharapan akan Belas Kasih Setia Allah seperti "Kidung Manificat"nya
Sumber : Missio Immmaculata Internasional Mei 2006.
Surga terbuka oleh Doa Tiga Salam Maria
Surga terbuka oleh Doa Tiga Salam Maria.
Bunda Tiga Salam Maria, Bunga Bakung Tritunggal Mahakudus, doakanlah kami.
Salah satu cara terkuat penyelamatan dan tanda-tand paling ampuh yang ditakdirkan, tidak dapat disangkal lagi, adalah devosi kepada Perawan Maria. Semua Doktor suci Gereja, secara bulat, sepakat dengan ucapan St. Alfonsus de Ligouri; “Seorang abdi Maria yang setia, tidak akan pernah binasa.” Hal yang paling penting adalah bertahan setia dalam devosi ini, sampai ajalmenjeput kita. Apakah ada cara yang lebih mudah atau praktek yang lebih cocok daripada setiap hari baerdoa Tiga Salam Maria ini, demi menghormati keistimewaan, yang dianugerahkan oleh Tritunggal Mahakudus yang terpuji ini, kepada Perawan Maria?
Yang pertama mengucapakan Tiga Salam Maria ini dan merekomendasikannya kepada orang-orang, adalah St. Antonius dari Padua, orang Kudus yang termahsyur. Tujuan yang utama dari praktek ini. Adalah demi penghormatan atas Keperawanan Maria, yang tanpa noda dosa dan untuk mempertahankan kemurnian yang sempurna dari akal budi, hati dan tubuh, ditengah-tengah bahaya dunia. Banyak orang seperti dia, telah merasakan buah-buahnya yang bermanfaat.
Kelak, St. Leonardus dari Porto Maurito, misionaris yang tekenal itu mengucapkan Tiga Salam Maria ini, setiap pagi dan malam hari, untuk menghormati Maria Yang Tak Bernoda, untuk memperoleh rahmat agar terhindar dari segala Dosa berat, sepanjang hari dan malam. Terlebih ian menjanjikan penyelamatan abadi yang khusus, kepada semua orang yang membuktikan diri penuh kesetiaan, terus menerus menjalankan devosi ini.
Dari teladan hidup doa dan iman orang-orang kudus ini dari Fransiskan, St. Alfonsus Ligouri juga menjalankan praktek kesalehan yang sama dan memberikan dukungan yang sama dan memberikan dukungan penug. Ia mendorong mengucapkannya dan bahkan memakainya sebagai beban silih bagi mereka yang belum mempraktekan kebiasaannya yang baik ini.
Doktor suci ini menyerukan, secara khusus, para orangtua dan imam yang memberi Pengakuan Dosa agar mengamati secara serius, apakah anak-anak mereka, mengucapakan dengan setia, setiap pagi dan malam hari. Juga seprti St. Leonardus dari Porto Maurito, ia sesungguh-sungguh merekomendasikannya kepada setiap orang, “Kepada mereka yang berdevosi maupun para pendosa, otrangtua maupun kaum muda.”
Bahkan jiwa-jiwa ayng dipersembahkan kepada Allah, akan memperoleh buah-buah yang berharga dan bermanfaat dari praktek kesalehan ini. Contoh-contoh yang banyak sekali, memperhatikan betapa doa Tiga Salam Maria ini, amat berkenan kepada Bunda Allah, dan rahmat-rahmat khusus yang mereka timba sepanjang hidupnya dan pada saat ajal menjemput, pada mereka yang tidak pernah lalai mendoakannya. Praktek ini, telah diwahyukan kepada St. Mechtildis (abad13) dengan janji suatu kematian yang baik, bila ia setia mendoakannya setiap hari.
Juga ditulis dalam wahyu-wahyu yang diterima St. Gertruda: “Sementara orang kudus menyanyikan Salam Maria pada malam Pesta Maria menerima Kabar Gembira, ia melihat tiga nyala cahaya yang luar biasa memancar dari Hati Bapa dan Putra dan Roh Kudus, tidak ada yang lebih dari kuasa, kebijaksanaan dari kelembutan Maria yang penuh kerahiman.”
Untuk dipraktekaan, apga dan malam hari, Tiga Salam Maria ini demi penghormatan atas ketiga keistimewaan anugerah, dengan seruan pada akhir doa pagi kita: “Ya, Bunda, jauhkanlah aku dari dosa berat sepanjang hari ini”, dan malam hari: “Ya, Bundaku, jauhkanlah aku dari dosa berat, sapanjang malam ini”.
Kedua Paus, Leo XII dan Pius X amat menganjurkannya.
Sumber dari Ave Maria No AM-42
Bunda Tiga Salam Maria, Bunga Bakung Tritunggal Mahakudus, doakanlah kami.
Salah satu cara terkuat penyelamatan dan tanda-tand paling ampuh yang ditakdirkan, tidak dapat disangkal lagi, adalah devosi kepada Perawan Maria. Semua Doktor suci Gereja, secara bulat, sepakat dengan ucapan St. Alfonsus de Ligouri; “Seorang abdi Maria yang setia, tidak akan pernah binasa.” Hal yang paling penting adalah bertahan setia dalam devosi ini, sampai ajalmenjeput kita. Apakah ada cara yang lebih mudah atau praktek yang lebih cocok daripada setiap hari baerdoa Tiga Salam Maria ini, demi menghormati keistimewaan, yang dianugerahkan oleh Tritunggal Mahakudus yang terpuji ini, kepada Perawan Maria?
Yang pertama mengucapakan Tiga Salam Maria ini dan merekomendasikannya kepada orang-orang, adalah St. Antonius dari Padua, orang Kudus yang termahsyur. Tujuan yang utama dari praktek ini. Adalah demi penghormatan atas Keperawanan Maria, yang tanpa noda dosa dan untuk mempertahankan kemurnian yang sempurna dari akal budi, hati dan tubuh, ditengah-tengah bahaya dunia. Banyak orang seperti dia, telah merasakan buah-buahnya yang bermanfaat.
Kelak, St. Leonardus dari Porto Maurito, misionaris yang tekenal itu mengucapkan Tiga Salam Maria ini, setiap pagi dan malam hari, untuk menghormati Maria Yang Tak Bernoda, untuk memperoleh rahmat agar terhindar dari segala Dosa berat, sepanjang hari dan malam. Terlebih ian menjanjikan penyelamatan abadi yang khusus, kepada semua orang yang membuktikan diri penuh kesetiaan, terus menerus menjalankan devosi ini.
Dari teladan hidup doa dan iman orang-orang kudus ini dari Fransiskan, St. Alfonsus Ligouri juga menjalankan praktek kesalehan yang sama dan memberikan dukungan yang sama dan memberikan dukungan penug. Ia mendorong mengucapkannya dan bahkan memakainya sebagai beban silih bagi mereka yang belum mempraktekan kebiasaannya yang baik ini.
Doktor suci ini menyerukan, secara khusus, para orangtua dan imam yang memberi Pengakuan Dosa agar mengamati secara serius, apakah anak-anak mereka, mengucapakan dengan setia, setiap pagi dan malam hari. Juga seprti St. Leonardus dari Porto Maurito, ia sesungguh-sungguh merekomendasikannya kepada setiap orang, “Kepada mereka yang berdevosi maupun para pendosa, otrangtua maupun kaum muda.”
Bahkan jiwa-jiwa ayng dipersembahkan kepada Allah, akan memperoleh buah-buah yang berharga dan bermanfaat dari praktek kesalehan ini. Contoh-contoh yang banyak sekali, memperhatikan betapa doa Tiga Salam Maria ini, amat berkenan kepada Bunda Allah, dan rahmat-rahmat khusus yang mereka timba sepanjang hidupnya dan pada saat ajal menjemput, pada mereka yang tidak pernah lalai mendoakannya. Praktek ini, telah diwahyukan kepada St. Mechtildis (abad13) dengan janji suatu kematian yang baik, bila ia setia mendoakannya setiap hari.
Juga ditulis dalam wahyu-wahyu yang diterima St. Gertruda: “Sementara orang kudus menyanyikan Salam Maria pada malam Pesta Maria menerima Kabar Gembira, ia melihat tiga nyala cahaya yang luar biasa memancar dari Hati Bapa dan Putra dan Roh Kudus, tidak ada yang lebih dari kuasa, kebijaksanaan dari kelembutan Maria yang penuh kerahiman.”
Untuk dipraktekaan, apga dan malam hari, Tiga Salam Maria ini demi penghormatan atas ketiga keistimewaan anugerah, dengan seruan pada akhir doa pagi kita: “Ya, Bunda, jauhkanlah aku dari dosa berat sepanjang hari ini”, dan malam hari: “Ya, Bundaku, jauhkanlah aku dari dosa berat, sapanjang malam ini”.
Kedua Paus, Leo XII dan Pius X amat menganjurkannya.
Sumber dari Ave Maria No AM-42
Novena Tiga Salam Maria (St. Mechtildis)
Novena Tiga Salam Maria berasal dari Santa Mechtildis. Ia mendapatkan pengalaman rohani dari Bunda Maria ketika ia cemas akan keselamatan hidupnya dan ia memohon Bunda Maria untuk membantunya saat kematiannya. Bunda Maria mengabulkan permohonannya dan meminta ia agar berdoa tiga kali Salam Maria.
Santo Antonius dari Padua, Santo Leonardus dari Porto Mauritio dan Santo Alfonsus de Liguori berjasa besar dalam mewartakan doa Tiga Salam Maria ini.
Doakanlah doa ini selama sembilan hari berturut-turut.
Dan jika permohonan anda berat, lakukanlah novena ini 3x berturut-turut.
Novena Tiga Salam Maria
Bunda Maria, Perawan yang berkuasa, bagimu tidak ada sesuatu yang tak mungkin, karena kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadamu. Dengan sangat aku mohon pertolonganmu dalam kesulitanku ini, janganlah hendaknya engkau meninggalkan aku, sebab aku yakin engkau pasti dapat menolong, meski dalam perkara yang sulit, yang sudah tidak ada harapannya, engkau tetap menjadi pengantara bagi Puteramu.
Baik keluhuran Tuhan dan penghormatanku kepadamu maupun keselamatan jiwaku akan bertambah seandainya engkau sudi mengabulkan segala permohonanku ini. Karenanya, kalau permohonanku ini benar-benar selaras dengan kehendak Puteramu, dengan sangat aku mohon, o Bunda, sudilah meneruskan segala permohonanku ini ke hadirat Puteramu, yang pasti tak akan menolakmu.
Pengharapanku yang besar ini, berdasarkan atas kuasa yang tak terbatas yang dianugerahkan oleh Allah Bapa kepadamu. Dan untuk menghormati besarnya kuasamu itu, aku berdoa bersama dengan St.Mechtildis yang kau beritahukan tentang kebaikan doa "Tiga Salam Maria", yang sangat besar manfaatnya itu.
Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.
Perawan Suci yang disebut Tahta Kebijaksanaan, karena Sabda Allah tinggal padamu, engkau dianugerahi pengetahuan Ilahi yang tak terhingga oleh Puteramu, sebagai makhluk yang paling sempurna untuk dapat menerimanya.
Engkau tahu betapa besar kesulitan yang kuhadapin ini, betapa besar pengharapanku akan pertolonganmu. Dengan penuh kepercayaan akan tingginya kebijaksanaanmu, aku menyerahkan diriku seutuhnya kepadamu, supaya engkau dapat mengatur dengan segala kesanggupan dan kebaikan budi, demi keluhuran Tuhan dan keselamatan jiwaku. Sudilah kiranya Bunda dapat menolong dengan segala cara yang paling tepat untuk terkabulnya permohonanku ini.
Bunda Maria, Bunda Kebijaksanaan Ilahi, sudilah kiranya Bunda berkenan mengabulkan permohonanku yang mendesak ini. Aku memohon berdasarkan atas kebijaksanaanmu yang tiada bandingnya, yang dikaruniakan oleh Puteramu melalui Sabda Ilahi kepadamu.
Bersama dengan St. Antonius dari Padua dan St. Leonardus dari Porto Mauritio, yang rajin mewartakan tentang devosi "Tiga Salam Maria" aku berdoa untuk menghormati kebijaksanaanmu yang tiada taranya itu
Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.
Bunda yang baik dan lembut hati, Bunda Kerahiman Sejati yang akhir-akhir ini disebut sebagai "Bunda yang penuh belas kasih", aku datang padamu, memohon dengan sangat, sudilah kiranya Bunda memperlihatkan belas kasihmu kepadaku. Makin besar kepapaanku, makin besar pula belas kasihmu kepadaku. Aku tahu, bahwa aku tidak pantas mendapat karunia itu. Sebab seringkali aku menyedihkan hatimu dengan menghina Puteramu yang kudus itu. Betapapun besarnya kesalahanku, namun aku sangat menyesal telah melukai Hati Kudus Yesus dan hatikudusmu.
Engkau memperkenalkan diri sebagai "Bunda para pendosa yang bertobat" kepada St.Brigitta, maka ampunilah kiranya segala kurang rasa terima kasihku padamu. Ingatlah akan keluhuran Puteramu saja serta kerahiman dan kebaikan hatimu yang terpancar dengan mengabulkan permohonanku ini melalui perantaraan Puteramu.
Bunda Perawan yang penuh kebaikan serta lembut dan manis, belum pernah ada orang yang datang padamu dan memohon pertolongamu engkau biarkan begitu saja. Atas kerahiman dan kebaikanmu, aku berharap dengan sangat, agar aku dianugerahi Roh Kudus. Dan demi keluhuranmu, bersama St. Alfonsus Ligouri, rasul kerahimanmu serta pengajar devosi "Tiga Salam Maria", aku berdoa untuk menghormati kerahimanmu dan kebaikanmu.
Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.
Langganan:
Postingan (Atom)