Senin, 15 September 2008
Penampakan Bunda Maria kepada para Kudus
7 NOVEMBER : SP MARIA DARI MEDALI WASIAT
“Inilah lambang karunia yang kulimpahkan kepada orang-orang yang memintanya kepadaku. Barang-siapa mengenakannya akan menerima karunia yang besar.”
~ Pesan Bunda Maria kepada St. Katarina Laboure
Tengah malam Katarina Laboure dibimbing ke Kapel. Di sana ia berbicara dengan Bunda Allah. Dengan cara yang amat menyentuh hati, ia menikmati kasih sayang serta perhatian Bunda Maria yang ditujukan bagi semua orang, terutama mereka yang bertaut kepada Putera-nya dan menyebut dirinya Kristen.
Medali Wasiat yang dianugerahkan kepada kita menjadi tanda kasih sayang serta pemeliharaan yang ditawarkan Bunda Maria kepada kita semua. Mengenakan Medali Wasiat berarti menerima tawaran kasihnya.
Apa itu Yang Dikandung Tanpa Dosa?
Siapakah St. Katarina Laboure?
Tanggal 18 Juli 1830 jam setengah dua belas malam terbangunlah Sr Katarina. Dengan jelas ia mendengar suara seseorang memanggil-manggil namanya hingga tiga kali, “Suster Laboure!” Tampaklah seorang anak kecil kira-kira berumur empat atau lima tahun yang berkata kepadanya, “Mari kita pergi ke gereja, Santa Maria menunggumu.”
Sr Katarina menjawab: "Kita akan ketahuan."
Anak itu tersenyum, "Jangan khawatir, sekarang ini jam setengah dua belas, semua orang sudah tidur ...ayolah, aku menunggumu."
Sr Katarina segera bangkit dan bersiap-siap lalu pergi bersama anak itu yang selalu ada di sebelah kirinya dengan memancarkan sinar yang terang benderang. Pintu kapel yang terkunci langsung terbuka oleh sentuhan anak kecil itu. Sr Katerina amat takjub: di dalam gereja semua lilin dan lampu telah menyala, seolah-olah akan dipersembahkan Misa tengah malam. Anak itu menuntunnya ke altar. Kira-kira setengah jam lamanya Sr Katarina berlutut di sana, ketika tiba-tiba terdengar olehnya gemerisik gaun sutera. Anak itu berbisik, “Santa Maria ingin berbicara kepadamu”.
Di sebelah altar turunlah Santa Maria. Setelah berlutut di hadapan tabernakel, Bunda Maria duduk di kursi Pastor. “Dengan satu langkah saja,” kata Sr Katarina, “aku berada di dekatnya. Tanganku bertumpu di atas lutut Santa Maria. Itulah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku.” Santa Maria bercakap-cakap dengan Sr Katarina selama dua jam mengenai tugas yang hendak diberikan Tuhan kepada Sr Katarina serta kesulitan-kesulitan yang bakal dialaminya dalam mengerjakan tugas tersebut. Setelah Santa Maria pergi, anak kecil itu mengantarkan Sr Katarina kembali ke ruang tidur. Terdengarlah lonceng berbunyi dua kali tetapi Sr Katarina tidak dapat tidur lagi.
Tanggal 27 November 1830 jam setengah enam sore, Sr Katarina dan para suster pergi ke Kapel untuk bermeditasi. Samar-samar terdengar gemerisik gaun sutera. Sr Katarina mengarahkan pandangannya ke altar dan di sana ia melihat Santa Perawan Maria berdiri di atas sebuah bola besar. Gaun sutera Maria bersinar kemilau. Kerudung putihnya panjang hingga ke kaki. Di bawah kerudung kepalanya, ia mengenakan sehelai renda untuk mengikat rambutnya. Sebuah bola emas dengan salib di atasnya ada ditangannya. Santa Maria menengadah mohon berkat Tuhan bagi benda itu. Lalu tampaklah pada jari-jemarinya cincin permata yang beraneka warna dan sangat indah. Permata ini memancarkan sinar gilang-gemilang. Limpahan kemulian demikian terang hingga bola besar tempat Maria berpijak tidak tampak lagi. Sr Katarina mengerti bahwa sinar cahaya melambangkan rahmat yang dilimpahkan bagi mereka yang mencarinya; mutiara-mutiara di jari-jemari Bunda Maria yang tidak memancarkan sinar melambangkan rahmat bagi jiwa-jiwa yang lupa memintanya. Kemudian bola itu menghilang. Tangan Maria terentang ke bawah dan terbentuklah suatu bingkai yang lonjong dengan kata-kata mengelilingi kepalanya: “O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”
Santa Perawan Maria berkata, “Inilah lambang karunia yang kulimpahkan kepada orang-orang yang memintanya kepadaku. Suruhlah membuat sebuah medali menurut bentuk ini. Barangsiapa mengenakannya akan menerima karunia yang besar, terutama jika medali ini dikenakan pada lehernya.” Kemudian berbaliklah gambar tersebut dan tampaklah gambar bagian belakang medali. Yaitu huruf “M” dengan sebuah salib di atasnya. Huruf M terletak di atas sebuah palang di mana di bawahnya terdapat dua buah hati. Hati yang pertama dilingkari mahkota duri - hati Yesus. Hati yang kedua tertusuk pedang - hati Maria. Penjelasannya amat sederhana. Kita umat Kristen telah ditebus oleh Tuhan yang telah disalibkan di hadapan ibu-Nya, Maria Ratu Para Martir. Dua belas bintang mengelilingi penampakan tersebut.
Sr Katarina bertanya bagaimana ia dapat mengusahakan medali itu dibuat. Bunda Maria mengatakan bahwa ia harus pergi kepada Bapa Pengakuannya, Romo Jean Marie Aladel karena: "Ia adalah hambaku." Pada mulanya Romo Aladel tidak dapat percaya akan apa yang dikatakan Sr Katarina, namun demikan, setelah dua tahun berlalu, ia pergi juga kepada Uskup Agung Quelen di Paris. Tanggal 20 Juni 1832 Uskup Agung Quelen memerintahkan agar segera dibuat 2000 Medali.
Ketika Sr Katarina menerima medalinya, ia berkata, "Sekarang medali ini harus disebarluaskan." Devosi kepada medali yang dianjurkan oleh Sr Katarina secara ajaib menyebar dengan cepat. Pertobatan dan mukjizat-mukjizat yang terjadi melalui Medali Santa Perawan Maria tak terhitung banyaknya. Sehingga, nama resmi yang diberikan kepada medali tersebut "Medali dari Yang Dikandung Tanpa Dosa" segera dilupakan orang. Mereka lebih suka menyebutnya Miraculous Medal (Medali Ajaib) atau di Indonesia disebut Medali Wasiat.
Pada tahun 1836 Komisi Khusus yang ditunjuk oleh Bapa Uskup Agung menyatakan bahwa penampakan Santa Perawan Maria di Kapel Biara Puteri-Puteri Kasih di 140 Rue du Bac, Paris, Perancis adalah benar.
Kita pun diberi keistimewaan untuk mengenakan Medali Wasiat. Mengenakannya berarti menerima tawaran perlindungan Bunda Maria yang membawa kuasa Putera-nya, Yesus Kristus ke dalam hidup kita.
"O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”
sumber : 1. AVE MARIA No. 3 April 1996; diterbitkan oleh Marian Centre Indonesia; 2. berbagai sumber
“Inilah lambang karunia yang kulimpahkan kepada orang-orang yang memintanya kepadaku. Barang-siapa mengenakannya akan menerima karunia yang besar.”
~ Pesan Bunda Maria kepada St. Katarina Laboure
Tengah malam Katarina Laboure dibimbing ke Kapel. Di sana ia berbicara dengan Bunda Allah. Dengan cara yang amat menyentuh hati, ia menikmati kasih sayang serta perhatian Bunda Maria yang ditujukan bagi semua orang, terutama mereka yang bertaut kepada Putera-nya dan menyebut dirinya Kristen.
Medali Wasiat yang dianugerahkan kepada kita menjadi tanda kasih sayang serta pemeliharaan yang ditawarkan Bunda Maria kepada kita semua. Mengenakan Medali Wasiat berarti menerima tawaran kasihnya.
Apa itu Yang Dikandung Tanpa Dosa?
Siapakah St. Katarina Laboure?
Tanggal 18 Juli 1830 jam setengah dua belas malam terbangunlah Sr Katarina. Dengan jelas ia mendengar suara seseorang memanggil-manggil namanya hingga tiga kali, “Suster Laboure!” Tampaklah seorang anak kecil kira-kira berumur empat atau lima tahun yang berkata kepadanya, “Mari kita pergi ke gereja, Santa Maria menunggumu.”
Sr Katarina menjawab: "Kita akan ketahuan."
Anak itu tersenyum, "Jangan khawatir, sekarang ini jam setengah dua belas, semua orang sudah tidur ...ayolah, aku menunggumu."
Sr Katarina segera bangkit dan bersiap-siap lalu pergi bersama anak itu yang selalu ada di sebelah kirinya dengan memancarkan sinar yang terang benderang. Pintu kapel yang terkunci langsung terbuka oleh sentuhan anak kecil itu. Sr Katerina amat takjub: di dalam gereja semua lilin dan lampu telah menyala, seolah-olah akan dipersembahkan Misa tengah malam. Anak itu menuntunnya ke altar. Kira-kira setengah jam lamanya Sr Katarina berlutut di sana, ketika tiba-tiba terdengar olehnya gemerisik gaun sutera. Anak itu berbisik, “Santa Maria ingin berbicara kepadamu”.
Di sebelah altar turunlah Santa Maria. Setelah berlutut di hadapan tabernakel, Bunda Maria duduk di kursi Pastor. “Dengan satu langkah saja,” kata Sr Katarina, “aku berada di dekatnya. Tanganku bertumpu di atas lutut Santa Maria. Itulah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku.” Santa Maria bercakap-cakap dengan Sr Katarina selama dua jam mengenai tugas yang hendak diberikan Tuhan kepada Sr Katarina serta kesulitan-kesulitan yang bakal dialaminya dalam mengerjakan tugas tersebut. Setelah Santa Maria pergi, anak kecil itu mengantarkan Sr Katarina kembali ke ruang tidur. Terdengarlah lonceng berbunyi dua kali tetapi Sr Katarina tidak dapat tidur lagi.
Tanggal 27 November 1830 jam setengah enam sore, Sr Katarina dan para suster pergi ke Kapel untuk bermeditasi. Samar-samar terdengar gemerisik gaun sutera. Sr Katarina mengarahkan pandangannya ke altar dan di sana ia melihat Santa Perawan Maria berdiri di atas sebuah bola besar. Gaun sutera Maria bersinar kemilau. Kerudung putihnya panjang hingga ke kaki. Di bawah kerudung kepalanya, ia mengenakan sehelai renda untuk mengikat rambutnya. Sebuah bola emas dengan salib di atasnya ada ditangannya. Santa Maria menengadah mohon berkat Tuhan bagi benda itu. Lalu tampaklah pada jari-jemarinya cincin permata yang beraneka warna dan sangat indah. Permata ini memancarkan sinar gilang-gemilang. Limpahan kemulian demikian terang hingga bola besar tempat Maria berpijak tidak tampak lagi. Sr Katarina mengerti bahwa sinar cahaya melambangkan rahmat yang dilimpahkan bagi mereka yang mencarinya; mutiara-mutiara di jari-jemari Bunda Maria yang tidak memancarkan sinar melambangkan rahmat bagi jiwa-jiwa yang lupa memintanya. Kemudian bola itu menghilang. Tangan Maria terentang ke bawah dan terbentuklah suatu bingkai yang lonjong dengan kata-kata mengelilingi kepalanya: “O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”
Santa Perawan Maria berkata, “Inilah lambang karunia yang kulimpahkan kepada orang-orang yang memintanya kepadaku. Suruhlah membuat sebuah medali menurut bentuk ini. Barangsiapa mengenakannya akan menerima karunia yang besar, terutama jika medali ini dikenakan pada lehernya.” Kemudian berbaliklah gambar tersebut dan tampaklah gambar bagian belakang medali. Yaitu huruf “M” dengan sebuah salib di atasnya. Huruf M terletak di atas sebuah palang di mana di bawahnya terdapat dua buah hati. Hati yang pertama dilingkari mahkota duri - hati Yesus. Hati yang kedua tertusuk pedang - hati Maria. Penjelasannya amat sederhana. Kita umat Kristen telah ditebus oleh Tuhan yang telah disalibkan di hadapan ibu-Nya, Maria Ratu Para Martir. Dua belas bintang mengelilingi penampakan tersebut.
Sr Katarina bertanya bagaimana ia dapat mengusahakan medali itu dibuat. Bunda Maria mengatakan bahwa ia harus pergi kepada Bapa Pengakuannya, Romo Jean Marie Aladel karena: "Ia adalah hambaku." Pada mulanya Romo Aladel tidak dapat percaya akan apa yang dikatakan Sr Katarina, namun demikan, setelah dua tahun berlalu, ia pergi juga kepada Uskup Agung Quelen di Paris. Tanggal 20 Juni 1832 Uskup Agung Quelen memerintahkan agar segera dibuat 2000 Medali.
Ketika Sr Katarina menerima medalinya, ia berkata, "Sekarang medali ini harus disebarluaskan." Devosi kepada medali yang dianjurkan oleh Sr Katarina secara ajaib menyebar dengan cepat. Pertobatan dan mukjizat-mukjizat yang terjadi melalui Medali Santa Perawan Maria tak terhitung banyaknya. Sehingga, nama resmi yang diberikan kepada medali tersebut "Medali dari Yang Dikandung Tanpa Dosa" segera dilupakan orang. Mereka lebih suka menyebutnya Miraculous Medal (Medali Ajaib) atau di Indonesia disebut Medali Wasiat.
Pada tahun 1836 Komisi Khusus yang ditunjuk oleh Bapa Uskup Agung menyatakan bahwa penampakan Santa Perawan Maria di Kapel Biara Puteri-Puteri Kasih di 140 Rue du Bac, Paris, Perancis adalah benar.
Kita pun diberi keistimewaan untuk mengenakan Medali Wasiat. Mengenakannya berarti menerima tawaran perlindungan Bunda Maria yang membawa kuasa Putera-nya, Yesus Kristus ke dalam hidup kita.
"O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”
sumber : 1. AVE MARIA No. 3 April 1996; diterbitkan oleh Marian Centre Indonesia; 2. berbagai sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar