Selasa, 09 September 2008
Legio Maria (Laskar Maria)
Legio Maria (Laskar Maria)
Pada 7 Desember 1921 di Dublin, Irlandia, 15 orang awam Katolik berkumpul untuk membicarakan bagaimana melaksanakan pelayanan sebagai kaum awam yang merasul. Setelah memohon bantuan Roh Kudus dan mendoakan rosario, mereka memutuskan untuk pergi dalam kelompok-kelompok kecil, bisa hanya berdua, mengunjungi Rumah Sakit di Dublin yang penuh dengan pasien-pasien miskin, tanpa kerabat dan orang jompo. Mereka kemudian juga memutuskan untuk kembali bertemu setiap minggunya. Peristiwa inilah yang mendasari lahirnya Legio Maria: berdoa bersama-sama, melaksanakan pekerjaan merasul dan pertemuan mingguan. Dari awal yang sederhana, dibimbing oleh Roh Kudus dan semangat Bunda Maria dalam karya pelayanan, bentuk kerasulan Legio Maria ini menyebar ke seluruh dunia.
Legio Maria kini berkarya di lebih dari 1900 keuskupan di seluruh dunia dan diperkirakan kini telah memiliki lebih dari 3 juta orang anggota aktif dan menjadikannnya organisasi kaum awam yang paling banyak anggotanya dalam hirarki Gereja Katolik.
Walaupun merupakan organisasi kaum awam, hirarki Gereja Katolik sangat mendukung Legio Maria ini. Pada tahun 1965 Frank Duff sebagai pendiri Legio Maria diundang oleh Paus Paulus VI menghadiri Konsili Vatikan II sebagai wakil dari kaum awam. Ini menandakan pengakuan, penghargaan dan juga dukungan Gereja bagi karya kerasulan awam Legio Maria.
Terakhir kali Paus Yohanes Paulus II hadir dalam pertemuan Legio Maria di Italia, 30 Oktober 1982 dan mengucapkan pidato yang indah sebagai berikut:
”Kalian adalah semangat Maria yang mulia, bukan saja karena kejayaan para Legioner membawa nama Maria sebagai benderanya, tetapi di atas itu karena mendasarkan metode spiritualitas dan kerasulan dalam prinsip yang dinamis dalam kesatuan dengan Bunda Maria, dalam kebenaran bahwa Maria berpartisipasi langsung dalam rencana keselamatan. Dalam kata lain, kalian berkehendak untuk mewujudkan pelayanan kalian kepada semua orang yang adalah wajah Kristus sendiri, dengan semangat dan kasih Maria.”
Seperti semangat sejak awal didirikannya oleh Frank Duff, Legio Maria di seluruh dunia berkarya dan merasul dalam semangat yang sama dengan para Legioner di seluruh dunia, yakni karya pelayanan dan doa, sebagai alat Roh Kudus dalam semangat Maria. Pelayanan Legio Maria mencakup kunjungan ke orang sakit, orang jompo, penjara, kunjungan kepada orang-orang dan keluarga yang membutuhkan bantuan kerohanian. Dalam hal kehidupan kerohanian mereka sendiri, setiap anggota berkumpul untuk pertemuan mingguan dalam kelompok kecil yang disebut presidium untuk berdoa bersama dan merencanakan karya kerasulan mereka.
Anggota Legio Maria sendiri terbagi atas dua jenis:
Anggota Aktif, yang bertemu setiap minggu selama kurang lebih 1,5 jam untuk berdoa, melaporkan dan menerima penugasan pelayanan. Para Legioner diwajibkan untuk merahasiakan hal-hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan mereka, termasuk juga penugasan mereka. Mereka juga wajib mendoakan doa Catena yang merupakan doa wajib mereka, setiap hari.
Anggota Auxilier, adalah anggota pendoa Legio Maria, biasanya adalah kaum rohaniawan/wati atau para imam yang tidak mungkin menjalankan penugasan seperti anggota aktif Legio Maria, tetapi mereka mendoakan karya Legio Maria. Ada pula kaum awam yang tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas anggota aktif tetapi bersedia mendoakan Doa Tessera setiap hari, di mana di dalam Doa Tessera juga ada Doa Rosario juga dapat diangkat sebagai anggota Auxilier.
Presidium terdiri dari sekitar 6 hingga 20 anggota aktif. Dalam struktur ketentaraan Romawi kuno, presidium adalah unit terkecil dengan tugas khusus. Nama ini yang juga dipakai untuk unit terkecil Legio Maria, di mana para anggotanya berkarya dalam doa dan pelayanan. Umumnya sebuah presidium terdiri di sebuah paroki, beranggotakan umat paroki tersebut dengan sepengetahuan pastor paroki yang kemudian juga bertindak sebagai penasehat presidium. Tetapi bisa saja di sebuah paroki terdapat lebih dari satu presidium di mana dapat dibentuk presidium-presidium yang khusus, seperti di paroki Prapatan terdapat presidium khusus untuk anak-anak dan ibu-ibu, walaupun secara umum, presidium Legio Maria harus terbuka bagi semua orang awam Katolik, laki-perempuan di atas 18 tahun yang tergerak oleh semangat Roh Kudus untuk menerima tugas-tugas yang diberikan. Frank Duff sendiri menyatakan bahwa keanggotaan Legio Maria terbuka bagi semua orang Katolik, bukan orang-orang yang khusus tapi orang Katolik biasa yang hidup dalam kehidupan yang biasa pula, yang berpendidikan atau tidak, pekerja, pensiunan dan pengangguran, tanpa memandang kelas, warna kulit atau ras, bahkan yang oleh kebanyakan orang kebanyakan dianggap primitif atau tertekan.
Mengenai hirarki dalam Legio Maria, ya, Legio Maria memiliki hirarki juga. Unit terkecil nya, seperti sudah disebutkan tadi, dinamakan presidium. Presidium-presidium berada di bawah Kuria. Kuria yang akan menentukan pembukaan sebuah presidium baru, apabila terdapat anggota-anggota baru yang memiliki anggota aktif yang lebih senior. Beberapa Kuria membentuk Komisium, beberapa Komisium membentuk Regia dan akhirnya Senatus yang melakukan koordinasi para Legioner di sebuah negara. Di atas itu terdapat Konsilium yang disebut Konsilium Legionis Maria yang berada di Dublin, Irlandia.
Struktur ketentaraan Romawi dipakai sebagai semangat para Legioner untuk, seperti para prajurit Romawi berserah setia pada kaisarnya lewat jendralnya, berserah setia untuk memuliakan Allah. Para legioner juga ingin meneladani para tentara Romawi yang dikenal karena keberanian, semangat, disiplin dan keberhasilan mereka. Para Legioner menghayati bahwa komando tertinggi mereka adalah Bunda Maria sendiri yang menginginkan semua anak-anaknya, kita semua, lebih dekat pada Putra tunggalnya Yesus Kristus.
Walaupun kedengarannya militan, Legioner justru mengambil semangatnya pada semangat jiwa Maria sendiri, kerendahhatian Maria, kepatuhannya pada rencana Tuhan, kasihnya yang besar, doa-doanya yang tak kunjung putus, kesuciannya, kesabarannya, kebijaksanaannya, cintanya pada Tuhan, dan di atas segalanya, adalah iman Maria yang tak tersaingi oleh manusia lain.
Nama-nama presidium atau kuria sendiri diambil berdasarkan sebutan Bunda Maria, misalnya ”Ratu Rosari”. Bisa juga dari gelarnya, misalnya ”Yang Dikandung Tanpa Noda” atau juga peristiwa dalam hidup Bunda Maria.
Di atas sebetulnya sudah dijelaskan sedikit, ada dua sisi yang harus berjalan beriringan, yaitu kehidupan doa bersama dan kehidupan karya kerasulan. Secara mendetil ada 4 hal yang tercakup dalam buku panduan Legio Maria, yaitu:
1. Kehadiran yang tetap dan tepat waktu pada setiap pertemuan mingguan presidium dan memberikan laporan yang jelas terhadap tugas-tugas yang diterima sebelumnya.
2. Doa Catena setiap hari
3. Pelaksanaan karya aktif legioner dalam semangat iman dan dalam kesatuan dengan Bunda Maria
4. Rasa hormat mendalam terhadap aspek kerahasiaan dari banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan atau yang dipelajari dalam karya para legioner.
Doa Catena sendiri sebetulnya adalah doa Magnificat, pujian Maria saat bertemu Elizabeth, yang didahului antifon dari Kitab Salomo 6:10 ”Siapakah Puteri itu yang datang sebagai fajar menyingsing kemerah-merahan, indah penaka bulan, gemerlap laksana surya, dahsyat bagaikan balatentara yang siap sedia bertempur?”
Anggota aktif bertemu setiap minggu sekitar 1,5 jam dengan Pemimpin Rohani mereka (atau asistennya) untuk berdoa bersama, melaporkan hasil penugasan mereka dan menerima penugasan mereka dari Ketua Presidium untuk seminggu kemudian. Penugasan anggota Legioner adalah pekerjaan yang kira-kira membutuhkan waktu dua jam dalam setiap minggunya dan harus disetujui oleh Pemimpin Rohani. Legioner wajib menjaga kerahasiaan mutlak akan hal-hal sensitif yang dibicarakan atau dipelajari dalam rapat mereka atau dalam pelayanan mereka. Anggota aktif setiap hari wajib berdoa Catena (Magnificat). Pelayanan setiap presidium dapat berbeda-beda tapi setiap anggota Legio Maria wajib melaksanakannya bersama dengan seorang anggota lainnya, berdua. Anggota baru menjalankan tugasnya bersama anggota yang lebih senior hingga ia dapat mendampingi anggota yang lebih baru kelak. Misi yang paling utama adalah melakukan hubungan dengan orang lain yang sedang berada dalam kesulitan-kesulitan dan mendampingi serta menjaga agar iman mereka tetap bertahan. Beberapa kemungkinan tugas mereka sehubungan dengan misi Legio Maria adalah misalnya membantu dan mempersiapkan orang-orang untuk memperoleh Sakramen-sakramen Gereja, bisa juga dengan mengajar iman Katolik, bisa kepada anak-anak atau orang dewasa, membantu pastor paroki melakukan sensus umat di wilayahnya, mengunjungi orang-orang yang dipenjara, orang-orang sakit baik yang dirawat di rumah sakit atau di rumah, dan mengunjungi orang jompo. Bisa juga membantu membagikan rosario atau media Katolik di wilayahnya.
Anggota auxsilier, kelompok pendoa Legio Maria adalah kaum awam beriman atau pastor atau biarawan/biarawati yang tidak mampu atau tidak bersedia melaksanakan tugas-tugas anggota aktif. Anggota auxilier mendoakan doa Tessera, yang terdiri dari permohonan turunnya Roh Kudus, rangkaian doa rosario, doa Catena dan doa-doa penutup. Anggota auxilier dihubungi sekurang-kurangnya sekali setahun oleh anggota aktif di presidium mana mereka tergabung. Mereka akan hadir bersama-sama anggota aktif saat Acies, sekitar 25 Maret, pada pesta Hari Raya Kabar Sukacita, peringatan wajib Gereja Katolik. Anggota auksilier dihormati pula pada setiap tanggal 8 September, hari Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria.
Semua orang Katolik yang tergerak hatinya oleh Roh Kudus dapat menjadi Legioner. Umumnya hanyalah syarat umur, yaitu minimal 18 tahun, tetapi secara khusus, dapat dibentuk sebuah presidium khusus untuk remaja antara 10 hingga 18 tahun yang berada di bawah bimbingan Legioner yang sudah senior. Anggota Presidium Yunior ini tentu saja menjalankan tugasnya sesuai dengan tingkatan umur dan kemampuan mereka. Untuk bergabung dalam suatu presidium, seseorang harus mengajukan keinginannya kepada presidium tersebut, lalu mengikuti pertemuan-pertemuan dan menerima penugasan, dalam masa percobaan selama sekitar 3 bulan. Bila orang tersebut memenuhi syarat dasar, seperti tepat waktu dan menjalankan penugasannya, ia dapat diterima sebagai anggota penuh dengan mengucapkan janji Legioner di depan presidium.
Pada 7 Desember 1921 di Dublin, Irlandia, 15 orang awam Katolik berkumpul untuk membicarakan bagaimana melaksanakan pelayanan sebagai kaum awam yang merasul. Setelah memohon bantuan Roh Kudus dan mendoakan rosario, mereka memutuskan untuk pergi dalam kelompok-kelompok kecil, bisa hanya berdua, mengunjungi Rumah Sakit di Dublin yang penuh dengan pasien-pasien miskin, tanpa kerabat dan orang jompo. Mereka kemudian juga memutuskan untuk kembali bertemu setiap minggunya. Peristiwa inilah yang mendasari lahirnya Legio Maria: berdoa bersama-sama, melaksanakan pekerjaan merasul dan pertemuan mingguan. Dari awal yang sederhana, dibimbing oleh Roh Kudus dan semangat Bunda Maria dalam karya pelayanan, bentuk kerasulan Legio Maria ini menyebar ke seluruh dunia.
Legio Maria kini berkarya di lebih dari 1900 keuskupan di seluruh dunia dan diperkirakan kini telah memiliki lebih dari 3 juta orang anggota aktif dan menjadikannnya organisasi kaum awam yang paling banyak anggotanya dalam hirarki Gereja Katolik.
Walaupun merupakan organisasi kaum awam, hirarki Gereja Katolik sangat mendukung Legio Maria ini. Pada tahun 1965 Frank Duff sebagai pendiri Legio Maria diundang oleh Paus Paulus VI menghadiri Konsili Vatikan II sebagai wakil dari kaum awam. Ini menandakan pengakuan, penghargaan dan juga dukungan Gereja bagi karya kerasulan awam Legio Maria.
Terakhir kali Paus Yohanes Paulus II hadir dalam pertemuan Legio Maria di Italia, 30 Oktober 1982 dan mengucapkan pidato yang indah sebagai berikut:
”Kalian adalah semangat Maria yang mulia, bukan saja karena kejayaan para Legioner membawa nama Maria sebagai benderanya, tetapi di atas itu karena mendasarkan metode spiritualitas dan kerasulan dalam prinsip yang dinamis dalam kesatuan dengan Bunda Maria, dalam kebenaran bahwa Maria berpartisipasi langsung dalam rencana keselamatan. Dalam kata lain, kalian berkehendak untuk mewujudkan pelayanan kalian kepada semua orang yang adalah wajah Kristus sendiri, dengan semangat dan kasih Maria.”
Seperti semangat sejak awal didirikannya oleh Frank Duff, Legio Maria di seluruh dunia berkarya dan merasul dalam semangat yang sama dengan para Legioner di seluruh dunia, yakni karya pelayanan dan doa, sebagai alat Roh Kudus dalam semangat Maria. Pelayanan Legio Maria mencakup kunjungan ke orang sakit, orang jompo, penjara, kunjungan kepada orang-orang dan keluarga yang membutuhkan bantuan kerohanian. Dalam hal kehidupan kerohanian mereka sendiri, setiap anggota berkumpul untuk pertemuan mingguan dalam kelompok kecil yang disebut presidium untuk berdoa bersama dan merencanakan karya kerasulan mereka.
Anggota Legio Maria sendiri terbagi atas dua jenis:
Anggota Aktif, yang bertemu setiap minggu selama kurang lebih 1,5 jam untuk berdoa, melaporkan dan menerima penugasan pelayanan. Para Legioner diwajibkan untuk merahasiakan hal-hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan mereka, termasuk juga penugasan mereka. Mereka juga wajib mendoakan doa Catena yang merupakan doa wajib mereka, setiap hari.
Anggota Auxilier, adalah anggota pendoa Legio Maria, biasanya adalah kaum rohaniawan/wati atau para imam yang tidak mungkin menjalankan penugasan seperti anggota aktif Legio Maria, tetapi mereka mendoakan karya Legio Maria. Ada pula kaum awam yang tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas anggota aktif tetapi bersedia mendoakan Doa Tessera setiap hari, di mana di dalam Doa Tessera juga ada Doa Rosario juga dapat diangkat sebagai anggota Auxilier.
Presidium terdiri dari sekitar 6 hingga 20 anggota aktif. Dalam struktur ketentaraan Romawi kuno, presidium adalah unit terkecil dengan tugas khusus. Nama ini yang juga dipakai untuk unit terkecil Legio Maria, di mana para anggotanya berkarya dalam doa dan pelayanan. Umumnya sebuah presidium terdiri di sebuah paroki, beranggotakan umat paroki tersebut dengan sepengetahuan pastor paroki yang kemudian juga bertindak sebagai penasehat presidium. Tetapi bisa saja di sebuah paroki terdapat lebih dari satu presidium di mana dapat dibentuk presidium-presidium yang khusus, seperti di paroki Prapatan terdapat presidium khusus untuk anak-anak dan ibu-ibu, walaupun secara umum, presidium Legio Maria harus terbuka bagi semua orang awam Katolik, laki-perempuan di atas 18 tahun yang tergerak oleh semangat Roh Kudus untuk menerima tugas-tugas yang diberikan. Frank Duff sendiri menyatakan bahwa keanggotaan Legio Maria terbuka bagi semua orang Katolik, bukan orang-orang yang khusus tapi orang Katolik biasa yang hidup dalam kehidupan yang biasa pula, yang berpendidikan atau tidak, pekerja, pensiunan dan pengangguran, tanpa memandang kelas, warna kulit atau ras, bahkan yang oleh kebanyakan orang kebanyakan dianggap primitif atau tertekan.
Mengenai hirarki dalam Legio Maria, ya, Legio Maria memiliki hirarki juga. Unit terkecil nya, seperti sudah disebutkan tadi, dinamakan presidium. Presidium-presidium berada di bawah Kuria. Kuria yang akan menentukan pembukaan sebuah presidium baru, apabila terdapat anggota-anggota baru yang memiliki anggota aktif yang lebih senior. Beberapa Kuria membentuk Komisium, beberapa Komisium membentuk Regia dan akhirnya Senatus yang melakukan koordinasi para Legioner di sebuah negara. Di atas itu terdapat Konsilium yang disebut Konsilium Legionis Maria yang berada di Dublin, Irlandia.
Struktur ketentaraan Romawi dipakai sebagai semangat para Legioner untuk, seperti para prajurit Romawi berserah setia pada kaisarnya lewat jendralnya, berserah setia untuk memuliakan Allah. Para legioner juga ingin meneladani para tentara Romawi yang dikenal karena keberanian, semangat, disiplin dan keberhasilan mereka. Para Legioner menghayati bahwa komando tertinggi mereka adalah Bunda Maria sendiri yang menginginkan semua anak-anaknya, kita semua, lebih dekat pada Putra tunggalnya Yesus Kristus.
Walaupun kedengarannya militan, Legioner justru mengambil semangatnya pada semangat jiwa Maria sendiri, kerendahhatian Maria, kepatuhannya pada rencana Tuhan, kasihnya yang besar, doa-doanya yang tak kunjung putus, kesuciannya, kesabarannya, kebijaksanaannya, cintanya pada Tuhan, dan di atas segalanya, adalah iman Maria yang tak tersaingi oleh manusia lain.
Nama-nama presidium atau kuria sendiri diambil berdasarkan sebutan Bunda Maria, misalnya ”Ratu Rosari”. Bisa juga dari gelarnya, misalnya ”Yang Dikandung Tanpa Noda” atau juga peristiwa dalam hidup Bunda Maria.
Di atas sebetulnya sudah dijelaskan sedikit, ada dua sisi yang harus berjalan beriringan, yaitu kehidupan doa bersama dan kehidupan karya kerasulan. Secara mendetil ada 4 hal yang tercakup dalam buku panduan Legio Maria, yaitu:
1. Kehadiran yang tetap dan tepat waktu pada setiap pertemuan mingguan presidium dan memberikan laporan yang jelas terhadap tugas-tugas yang diterima sebelumnya.
2. Doa Catena setiap hari
3. Pelaksanaan karya aktif legioner dalam semangat iman dan dalam kesatuan dengan Bunda Maria
4. Rasa hormat mendalam terhadap aspek kerahasiaan dari banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan atau yang dipelajari dalam karya para legioner.
Doa Catena sendiri sebetulnya adalah doa Magnificat, pujian Maria saat bertemu Elizabeth, yang didahului antifon dari Kitab Salomo 6:10 ”Siapakah Puteri itu yang datang sebagai fajar menyingsing kemerah-merahan, indah penaka bulan, gemerlap laksana surya, dahsyat bagaikan balatentara yang siap sedia bertempur?”
Anggota aktif bertemu setiap minggu sekitar 1,5 jam dengan Pemimpin Rohani mereka (atau asistennya) untuk berdoa bersama, melaporkan hasil penugasan mereka dan menerima penugasan mereka dari Ketua Presidium untuk seminggu kemudian. Penugasan anggota Legioner adalah pekerjaan yang kira-kira membutuhkan waktu dua jam dalam setiap minggunya dan harus disetujui oleh Pemimpin Rohani. Legioner wajib menjaga kerahasiaan mutlak akan hal-hal sensitif yang dibicarakan atau dipelajari dalam rapat mereka atau dalam pelayanan mereka. Anggota aktif setiap hari wajib berdoa Catena (Magnificat). Pelayanan setiap presidium dapat berbeda-beda tapi setiap anggota Legio Maria wajib melaksanakannya bersama dengan seorang anggota lainnya, berdua. Anggota baru menjalankan tugasnya bersama anggota yang lebih senior hingga ia dapat mendampingi anggota yang lebih baru kelak. Misi yang paling utama adalah melakukan hubungan dengan orang lain yang sedang berada dalam kesulitan-kesulitan dan mendampingi serta menjaga agar iman mereka tetap bertahan. Beberapa kemungkinan tugas mereka sehubungan dengan misi Legio Maria adalah misalnya membantu dan mempersiapkan orang-orang untuk memperoleh Sakramen-sakramen Gereja, bisa juga dengan mengajar iman Katolik, bisa kepada anak-anak atau orang dewasa, membantu pastor paroki melakukan sensus umat di wilayahnya, mengunjungi orang-orang yang dipenjara, orang-orang sakit baik yang dirawat di rumah sakit atau di rumah, dan mengunjungi orang jompo. Bisa juga membantu membagikan rosario atau media Katolik di wilayahnya.
Anggota auxsilier, kelompok pendoa Legio Maria adalah kaum awam beriman atau pastor atau biarawan/biarawati yang tidak mampu atau tidak bersedia melaksanakan tugas-tugas anggota aktif. Anggota auxilier mendoakan doa Tessera, yang terdiri dari permohonan turunnya Roh Kudus, rangkaian doa rosario, doa Catena dan doa-doa penutup. Anggota auxilier dihubungi sekurang-kurangnya sekali setahun oleh anggota aktif di presidium mana mereka tergabung. Mereka akan hadir bersama-sama anggota aktif saat Acies, sekitar 25 Maret, pada pesta Hari Raya Kabar Sukacita, peringatan wajib Gereja Katolik. Anggota auksilier dihormati pula pada setiap tanggal 8 September, hari Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria.
Semua orang Katolik yang tergerak hatinya oleh Roh Kudus dapat menjadi Legioner. Umumnya hanyalah syarat umur, yaitu minimal 18 tahun, tetapi secara khusus, dapat dibentuk sebuah presidium khusus untuk remaja antara 10 hingga 18 tahun yang berada di bawah bimbingan Legioner yang sudah senior. Anggota Presidium Yunior ini tentu saja menjalankan tugasnya sesuai dengan tingkatan umur dan kemampuan mereka. Untuk bergabung dalam suatu presidium, seseorang harus mengajukan keinginannya kepada presidium tersebut, lalu mengikuti pertemuan-pertemuan dan menerima penugasan, dalam masa percobaan selama sekitar 3 bulan. Bila orang tersebut memenuhi syarat dasar, seperti tepat waktu dan menjalankan penugasannya, ia dapat diterima sebagai anggota penuh dengan mengucapkan janji Legioner di depan presidium.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar