Selasa, 09 September 2008

Maria Bunda para Novis

Maria Bunda para Novis

Devosi kepada Bunda Maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan keagamaan seseorang, dipengaruhi oleh lingkungannya, dalam kehidupan masyarakat bercorakkan ritual dan fungsional.
Devosi para novis juga dipengaruhi oleh kalangan tersebut, bila telah mendoakan Doa Rosario, Novena Tiga Salam Maria, Doa Malaikat Tuhan dan Ziarah secara tekun, rajin dan setia merasa sudah berdevosi kepada nya.
Rumusan doa-doa tertentu bila didoakan secara benar dan tekun, dipercaya membawa keselamatan. Nampaknya mutu devosi kepada Bunda maria diukur oleh kenyataan sejauh mana mereka setia, tekun dan rajin mendaraskan rumusan doa-doa dan berziarah ke tempat ziarah Bunda maria.

Sedangkan penghayatan iman yang bersifat fungsional, nampak dalam sikap penghormatan kepada Bunda maria yang digunakan menurut kepentingan dan kebutuhannya sendiri. Misalnya bila ingin berhasil dalam ujian, maka mohon pertolongan melalui Doa Rosario atau Novena Tiga Salam Maria. Nampaknya devosi kepada nya difungsikan untuk kepentingan, dan dilakukan karena menguntungkan serta pula dipakai untuk membela kepentingannya sendiri yang sebagian besar bercirikan egoistic.

Kiranya perlu diperbaiki pandangan dan ritual yang bercorak egoistic, perlu dikembangkan lebih dalam lagi devosi kepada Bunda maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan iman yang personal mendalam dan dipraktekan dalam prilaku dan hidup sehari-hari.

Bila Devosi kepada Bunda maria dihayati dalam kerangka rencana Keselamatan Allah, yang terlaksana dalam hidup Sengsa, Wafat dan kebangkitan Kristus. Akan sangat membantu perkembangan iman kita akan Misteri-Nya, kita pun akan semakin bertambah dalam Hikmat Sabda Tuhan. Karena Yesus Kristus adalah Sumber Kehidupan. Maka, secara otomatis kitapun akan bertambah peka dan menyerupai Putra-Nya. Bunda Maria adalah Bejana yang Suci yang dipakai Allah untuk mengenapi Hidup itu sendiri di dalam, kesatuan Maria dan Yesus sangatlah erat serta tak dapat dipishakan “Perantara Penebusan”.

Bila, kita ingin berdevosi kepada Bunda Maria sebaiknya bermeditasi dan mengkontemplasikan kehidupan Sang Putra Allah, karena kita dapat terjebak kepada pumusatan yang dapat menyesatkan iman kita.

Contoh sederhana dengan diawali doa :

Ya, Bunda Maria yang tak bernoda,
Engkau hamba Allah Bapa yang setia,
Bunda Putra yang sangat terpuji,
Jadikanlah hatiku seperti hatimu,
Seraya merenungkan,
Misteri-misteri yang terungkap,
Dan terpendam didalam hatimu.
Perkenankanlah aku,
Selalu hidup dengan Putramu Yesus Kristus,
Penyelamatku,
Yang telah ditentukan sebagai,
Jalan, kebenaran dan hidup.
Dengan pertolongan rahmat yang telah,
Engkau terima,
Munuju kesatuan Misteri Tritunggal Yang Maha Kudus.
Amin.

Lalu ada tiga sikap yang perlu pula diusahakan dan dikembangkan agar devosi, pribadi kepada Bunda maria didasari oleh Penghayatan Iman yang benar dan Personal.
Pertama : Maria menjadi model utama iman kita dan persembahan diri kita juga.
Sikap Bunda maria yang perlu menjadi “Sikap Dasar” kita adalah “Terjadilah kepadaku menurut kehendak-Mu”- “Fiat” dalam menanggapi tawaran dari Allah. Bunda maria juga bersikap menerima dan proaktif kepada Putra Alla, Yesus Kristus yang ia kandung; agar kitapun dapat menyerahkan kepada dunia. Kedua sikap Maria tersebut menyatakan kesadaran terhadap Rencana allah bukan menurut kehendak kita yang berlaku dan kesiapsediaan total untuk memenuhi Rencana Allah. Sikap yang demikian akan tumbuh dan berkembang, bila sering merefleksikan dan merenungkan hidup dan panggilan Maria.
Kedua : Kedekatan dengan Maria mengarahkan kita untuk menghayati Misteri Kristus
“Sabda dan Ekaristi”. Relasi personal dengan Bunda maria memampukan kita untuk mengalami perasaan hati Maria yang merenungkan misteri hidup Yesus yaitu peristiwa Inkarnasi dan Kelahiran-Nya, peristiwa hidup Publik-Nya, serta peristiwa Sengsara dan Kebangkitan-Nya. Kemampuan untuk dapat mengalami perasaan hati Bunda Maria tersebut, mengandaikan adanya keterlibatan dalam pereyaan LIturgis Maria sebagai Bunda Gereja “Bait Allah/Taber Nakel”-“Rahimnya telah diberkati”.
Dengan setia dan tekun mendengarkan “Sabda Putra Allah” seperti didalam setiap Renungan dalam Peristiwa-peristiwanya, atau dapat juga dikembangkan dalam peristwa-peristiwa yang ada di dalam Injil.
Ketiga : Maria merupakan Bunda dan sahabat sejati dalam panggilan. Walaupun Ibu Allah beliau tidak mendapatkan perilaku istimewa tetapi menerima dan menyerahkan kembali keseluruhan hidupnya kedalam Tangan Allah.
Bila di dalam kehidupan pribadi dan kerasulan, Bunda maria mendapat tempat, maka ia hadir sebagai Bunda dan sahabat sejati. Kehadirannya dalam kehidupan kita memberi dukungan, mengobarkan semangat dan memberikan inspirasi. Bunda maria hadir dalam kehidupan kita, bila kita berdoa bersama Maria bagi orang-orang yang dipercayakan kepada kita pula dan bila kita mencinti serta memperkenalkan Bunda Maria. Seperti “saat Bunda Maria berkunjung ke rumah saudarinya Elizabeth” tampak jelas bagaimana sapaan itu pula akan kita terima.
Selamat merenungkan.

Tidak ada komentar: