Selasa, 09 September 2008

Rosario Paus Yohanes Paulus II

Rosario Paus Yohanes Paulus II

Duapuluh Misteri Rosario


Seorang dari mereka yang telah bangkit mengulurkan seuntai rosario kepada kedua teman agar dengan itu mereka dapat memanjat masuk ke dalam Firdaus.


PENGANTAR

Rosario atau “mahkota mawar” adalah doa merenungkan kehidupan Yesus, yang meliputi kontemplasi atas peristiwa-peristiwa tertentu dalam Injil, yaitu “misteri-misteri”, bersama Bunda Maria. “Mendaras rosario tidak lain adalah menatap wajah Kristus bersama Maria” (RVM, #3).

Selama berabad-abad, “tak terbilang orang kudus mencintai doa ini dan Pimpinan Gereja senantiasa menganjurkannya” (RVM, #1).

Banyak peristiwa sehubungan dengan Santa Perawan Maria di mana ia mendorong kita untuk mendaraskan rosario. Semua orang bebas untuk mengambil manfaat dari pesan-pesan yang disampaikan dalam peristiwa-peristiwa tersebut.

Meditasi berikut disusun berdasarkan Kitab Suci, Katekismus Gereja Katolik, dan Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Rosario Perawan Maria.

Pendekatan ini bertujuan menjamin kesetiaan pada warisan iman Katolik.

Paus Yohanes Paulus II telah menyempurnakan dimensi Kristologis rosario dengan menambahkan “Peristiwa Cahaya”, yang disusun berdasarkan peristiwa-peristiwa tertentu dari pewartaan Kristus di depan publik.

Sebab itulah, dapat dengan tepat dikatakan bahwa rosario adalah “ringkasan seluruh Injil.”

DOA MACAM APAKAH ROSARIO ITU?

Dalam Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae (Rosario Perawan Maria), Paus Yohanes Paulus II menulis, “Rosario dimulai dengan pengalaman Maria sendiri. Justru karena ini, rosario merupakan doa kontemplatif yang sangat indah. Tanpa dimensi kontemplatif ini, doa rosario akan kehilangan maknanya; hal ini dengan jelas ditandaskan Paus Paulus VI: `Tanpa kontemplasi, doa rosario menjadi ibarat tubuh tanpa jiwa, dan ada bahaya bahwa pendarasannya akan menjadi pengulangan kata-kata secara mekanis'” (RVM, #12).

Rosario, yang didasarkan pada pengulangan, mensyaratkan suatu iman yang hidup dan kasih yang tulus mesra kepada Kristus sang Penebus dan kepada BundaNya, Santa Perawan Maria.

“Sesungguhnya, doa rosario hanyalah suatu metode kontemplasi. Sebagai metode, doa rosario merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Bagaimanapun juga, belajar dari pengalaman berabad-abad, metode ini hendaknya tidak diremehkan. Untuk itu, kita dapat mengutip pengalaman orang-orang kudus yang tak terbilang jumlahnya” (RVM, #28).

MANIK-MANIK ROSARIO

“Sarana tradisional yang digunakan untuk pendarasan rosario adalah untaian biji-bijian. Pada tahap yang paling sederhana, biji-biji itu sering menjadi sekedar alat hitung untuk menandai alur Salam Maria” (RVM, #36).

“Tetapi, akan sangat berbeda, kalau doa rosario dipandang sebagai luapan kasih yang tanpa kenal lelah kepada orang yang sangat dikasihi; di sini ungkapan-ungkapan bisa tetap serupa tetapi isinya selalu baru karena perasaan-perasaan yang menyelimutinya” (RVM, #26).

“Pertama-tama perlu dicamkan bagaimana biji-biji itu menyatu pada salib; dari sini alur doa dimulai dan diakhiri. Ini melambangkan kehidupan dan doa orang beriman yang terpusat pada Kristus” (RVM, #36).

SEJARAH ROSARIO

Rosario merupakan bagian dari bentuk-bentuk baru devosi kepada Santa Perawan yang berkembang pesat dalam aspek-aspeknya yang lebih populer, yang menandai akhir abad keduabelas. Cistercian dan, dari awal abad berikutnya, ordo-ordo pengemis yang hebat, dalam kegigihan mereka melawan bidaah, memberikan sumbangan yang tak sedikit dalam penyebarluasan rosario.... Manik-manik rosario, yang telah dipergunakan untuk devosi-devosi serupa, dipakai guna menjamin pendarasan yang lebih mudah dan lebih penuh perhatian. Segera saja pemakluman misteri-misteri dari kehidupan Yesus dan Maria diperkenalkan dalam pendarasan rosario ini.... St Dominikus dan para biarawannya, dalam misi pewartaan mereka kepada orang banyak, sungguh berperan besar dalam hal ini, namun demikian tidaklah mudah menentukan dengan tepat bentuk yang mereka gunakan dan sebarluaskan. Semacam persetujuan resmi diberikan ketika St Pius V menetapkan suatu rumusan yang baku dan seragam untuk doa Salam Maria.

“Sangatlah terkenal kejadian-kejadian dalam abad ke-19 dan ke-20, di mana Bunda Kristus menampakkan diri dan memperdengarkan suara untuk mendorong umat Allah melaksanakan doa kontemplatif ini. Secara khusus saya menyebut penampakan di Lourdes dan Fatima”(RVM, #7).

Sepanjang Milenium Kedua, banyak Paus menganjurkan devosi kepada Santa Perawan Maria, dan sejak masa Paus Leo XIII, “Paus Rosario”, semuanya telah merekomendasikan doa rosario serta memperkayanya dengan memberikan indulgensi-indulgensi bagi pendarasannya.

Paus Yohanes Paulus II senantiasa memiliki devosi istimewa kepada Bunda Allah. Jubah kepausannya bersulamkan kata-kata pertama (Totus tuus) dari doa kepada Santa Perawan Maria. Ia senantiasa membawa rosario bersamanya dan terus-menerus mendaraskannya. Surat Apostolik tentang Rosario merupakan suatu kenangan abadi akan penghargaannya yang tinggi terhadap doa ini.

BAGAIMANA BERDOA ROSARIO

“Dewasa ini, di berbagai wilayah Gereja, ada banyak cara untuk mengawali doa rosario” (RVM, #37)

Salah satu caranya adalah sebagai berikut:

Dimulai dengan membuat Tanda Salib, seraya mengatakan:

Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.

Ya Allah, datanglah menolongku;
Ya Tuhan, bersegeralah menolongku.

Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus,
seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. Amin.

Di awal setiap perpuluhan, kita memaklumkan “misteri” yang hendak direnungkan, misalnya, misteri pertama dari Peristiwa Gembira adalah “Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel”.

Setelah hening sejenak untuk berefleksi, kita mendaraskan “Bapa Kami”, sepuluh “Salam Maria”, dan “Kemuliaan”.

Suatu doa permohonan dapat ditambahkan setelah setiap perpuluhan.

Di akhir rosario, dapat dipanjatkan Litani Santa Perawan Maria atau doa lainnya kepada Bunda Maria.

PERISTIWA-PERISTIWA ROSARIO

Rosario terdiri dari duapuluh “misteri” (peristiwa-peristiwa atau saat-saat penting dalam hidup Yesus dan Maria) yang, sesuai Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae, dikelompokkan ke dalam empat peristiwa.

Yang pertama adalah Peristiwa Gembira (didaraskan pada hari Senin dan Sabtu); yang kedua adalah Peristiwa Cahaya (didaraskan pada hari Kamis); yang ketiga adalah Peristiwa Sedih (didaraskan pada hari Selasa dan Jumat); dan yang keempat adalah Peristiwa Mulia (didaraskan pada hari Rabu dan Minggu).

“Pengaturan ini tidak dimaksud untuk membatasi kebebasan sah dalam doa perorangan dan doa jemaat, di mana perlu dipertimbangkan kebutuhan spiritual dan pastoral jemaat dan adanya perayaan-perayaan liturgis khusus yang barangkali menuntut penyesuaian yang serasi” (RVM, #38).

Sebagai sarana penolong bagi perjalanan rosario yang meditatif dan kontemplatif, berikut disajikan dua teks untuk masing-masing “misteri”: satu dari Kitab Suci, yang lainnya dari Katekismus Gereja Katolik.

Gambar-gambar kudus dapat dipergunakan untuk membantu kita memusatkan pikiran pada misteri yang direnungkan.

Tidak ada komentar: